Sabtu, 04 Oktober 2014

Peran Theosofie-Freemason Dalam Pegerakan Kemerdekaan

Peran Theosofie-Freemason Dalam Pegerakan Kemerdekaan

Tulisan ini tidak bermaksud menyalahkan ataupun membenarkan gerakan Theosofie di Indonesia ataupun individu-individu yang pernah terlibat di dalamnya. Tulisan ini hanya menggambarkan peran gerakan theosofie ini dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia, dengam membuka rangkaian sejarah sesuai referensi-referensi yang ada. Mengenai paham teosofi yang memiliki pengaruh pada pandangan para pendiri bangsa ini kiranya tetap menempatkan mereka di level terhormat. Bagaimanapun Sukarno, Ki Hajar Dewantara, tokoh-tokoh Boedi Oetomo, atau kaum revolusioner yang berseberangan semacam Agus Salim sebagai tokoh Islam, bahkan Tan Malaka yang 'kiri' tetap berjasa besar karena sumbangsihnya sehingga terbentuklah negara Indonesia ini, dari ujung Barat hingga Timur, dengan beragam suku dan agama, kesatuan dalam kebhinekaan. Sudah Selayaknya kita arif dan bijaksana dalam melihat dan menilai segala sesuatu.

Teosofi adalah gerakan yang berdiri pada tanggal 17 November 1875, dan baru diresmikan tanggal 3 April 1905. Tujuan dibentuknya teosofi, yakni:
1. Untuk membentuk persaudaraan universal yang terdiri dari unsur-unsur kemanusiaan, tanpa memandang perbedaan ras, keyakinan, jenis kelamin, kasta         atau warna kulit.
2. Untuk memajukan studi perbandingan agama, filosofi dan ilmu pengetahuan
3. Untuk menginvestigasi fenomena alam yang tidak dapat dijelaskan, dan kekuatan utama manusia.

Gerakan ini berbasis pada prinsip humanisme, bahkan mungkin cenderung sekuler mengingat pokok ajaran teosofi adalah mencari kesamaan dari semua agama, serta terbuka untuk semua agama sehingga tercapai perdamaian. Hal ini serupa dengan pokok ajaran freemason.  Teosofi juga menganut pikiran terbuka terhadap berbagai pengetahuan. Walau demikian, pencuplikan dari beberapa agama tertentu terjadi dalam ritual-ritual teosofi.
Dari artikel David Reeve, dosen sejarah FSUI termuat kemungkinan adanya kaitan perkumpulan teosofi dengan kebangkitan Hindu di India dan Buddha di Sri Langka. Meskipun hal ini perlu dikaji lebih jauh. Kemungkinan opini ini berdasar pada harapan gerakan teosofi di Asia terhadap kedatangan mesiah (messias) berikutnya dari India, Krishnamurti. 
Kemungkinan kedua adalah karena perkumpulan teosofi juga menawarkan “kebijaksanaan Timur” sebagai solusi bagi Barat. Perkumpulan ini juga mengkombinasikan antara modernitas dengan tradisi. Gagasan “kebijaksanaan Timur” tentu saja populer di kalangan intelektual di beberapa negara jajahan di Asia.
Gagasan tersebut memberikan nilai baru bagi nilai-nilai dan tradisi lokal – dalam pandangan para anggota simpatisan perlengkapan kolonial, dan dalam pandangan mereka sendiri. [Paham "kebijaksanaan Timur" sempat populer kembali sepanjang dekade 1960-an hingga kini. Contoh: berbondongnya selebritas mulai dari The Beatles dan lain-lain yang mencari pencerahan ke India. Tak ada bukti sahih soal paham teosofi di era ini, kecuali pemikiran dan ideologi yang terus menyebar dari masa ke masa].
Sejak terbentuk, gerakan teosofi berkembang pesat sekitar tahun 1880-an hingga 1930-an. Saat itu hubungan antara negara-negara penjajah dan yang terjajah sedang mengalami era baru, dan paham-paham teosofi ini menjadi begitu mudah diterima oleh banyak golongan intelektual.
Di Indonesia, Perkumpulan Teosofi menawarkan peluang baru untuk pertemuan dan interaksi antara tiga kelompok besar, yaitu: orang Belanda dan orang Indonesia, orang Belanda dan Cina Indonesia, serta antara orang Indonesia asli dan orang Cina Indonesia. Ada dua kelompok lain yang juga dijembatani oleh Perkumpulan Teosofi: antara pria dan wanita, serta antara kelas atas dan kelas bawah.
Madame Blavatsky
Masuknya teosofi ke Indonesia dibawa oleh  Madame Blavatsky dan kemudian Annie-Besant. Annie Besant pernah memimpin organisasi seperti freemason, teosofi, moeslim bond, gereja bebas (liberal church) di Hindia Belanda. Alasan lain, tempat berkumpulnya anggota teosofi disebut loge (lodji - lodge). Penamaan yang sama dengan kelompok freemason.
Annie-Besant
Berdasarkan catatan A. J. Cnoop Koopmans (sekjen Loge Belanda), loge di Hindia Belanda berhasil menarik banyak peminat, terutama kalangan elit Jawa. Ketertarikan mereka tentunya disebabkan oleh hubungan yang erat antara ajaran teosofi dengan Kejawen serta propaganda yang masiv.
Melalui mereka berdua, teosofi berkembang pesat di Indonesia (Hindia Belanda). Data-data mengenai theosofie ini sebagai berikut: 1850-an Madame Blavatsky di Jawa; 1880-an Perkumpulan Teosofi di Pekalongan, Baron van Tengnagel; 1903-05 Perkumpulan Teosofi di Surabaya, Yogyakarta, Surakarta; 1907 Konferensi Perkumpulan Teosofi Pertama di Yogyakarta; 1909 Konferensi Perkumpulan Teosofi Kedua di Bandung,  445 anggota: Pewarta Teosofi; 1912 diakui oleh Pemerintah Hindia Belanda; 1916 Perkumpulan Teosofi di Bukittinggi, Sukabumi, Tasikmalaya, Gorontalo.
Misalnya saja, jejak gerakan teosofi di Bandung membawa ke dalam dunia gerakan okultisme yang dibawa oleh Belanda ke Hindia Belanda. Ada beberapa gerakan terkenal, salah satunya adalah Freemason/Vritmetselarij, yang jejaknya di Bandung berupa bangunan Loge Sint Jan, atau lebih dikenal masyarakat sebagai gedung setan. Bangunan ini telah dirubuhkan dan menjadi masjid Al Ukhuwah sekarang.

Keanggotaan teosofi yang lebih banyak diisi kalangan elit, menjadi modal utama dalam melakukan gerakan dan propaganda. Loge Solo, misalnya berhasil mengumpulkan dana untuk menerjemahkan naskah Mahabarata ke dalam bahasa Jawa pada tahun 1930. Pada tahun yang sama, Loge Bandung berhasil mengumpulkan dana sebesar 25.000 gulden.
Melalui gerakan-gerakan yang bersifat pendidikan dan ekslusif, Tidak dapat dipungkiri bahwa gerakan teosofi memberi sumbangan pada tumbuhnya nasionalisme Jawa/Hindia Belanda pada umumnya. Sejarah mengindikasikan beberapa tokoh nasional termasuk dalam kelompok teosofi/freemason seperti :
- Raden Saleh dilantik pada tahun 1836 di loge Den Haag “Endracht Maakt Macht”
- Pangeran Arionotodirojo (1858-1917). Masuk keanggotaan loge Mataram pada tahun 1887 dan memegang berbagai jabatan kepengurusan. Ia ketua Boedi   Oetomo antara tahun 1911-1914. pada tahun 1913 ia mendirikan Sarekat Islam Cabang Yogya yang banyak beranggotakan elit Jawa.
- Raden Adipati Tirto Koesoemo Bupati Karanganyar. Anggota Loge Mataram sejak tahun 1895. ketua pertama Boedi Oetomo. Pada kongres ke dua Boedi       Oetomo, yang diadakan di gedung Loge Mataram, ia mengusulkan pemakaian Bahasa Melayu, mendahului Sumpah Pemuda.
- Dr. Radjiman Wediodipoera (Wediodiningrat), 1879-1952. antara tahun 1906 dan 1936 dokter pada keratin Solo. Sarjana dan penulis mengenai falsafah       budaya. Pejabat ketua Boedi Oetomo 1914-1915.
- Sanusi Pane (Loge Bintang Timur Jakarta) dan Ki Hajar dewantara juga disinyalir anggota teosofi

Ternyata begitu banyak orang yang memiliki hubungan dengan Gerakan Teosofi. Ayah Sukarno adalah seorang teosofis dan guru Sukarno di Bandung pun begitu. Isteri Mohammad Yamin adalah seorang teosof, demikian juga dengan isteri Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo.
Sewaktu pergerakan nasionalis Indonesia memutuskan untuk merdeka, pengaruh Teosofi menurun secara dramatis pada 1930-an. Bagaimanapun, gagasan Teosofi tetap bertahan dalam pemikiran para pengikutnya, termasuk pada beberapa tokoh yang pada 1945 menulis konstitusi Indonesia.
Banyaknya tokoh dalam BPUPKI di tahun 1945 yang menulis konstitusi Indone­sia, yang memiliki hubungan erat dengan organisasi ini. Sebagaimana diketahui, di dalamnya termasuk Sukarno, Ki Hadjar Dewantara, Dr. Radjiman dan malah Dr. Supomo yang begitu berperan dalam paham negara integralistik.

Tulisan ini tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa UUD ‘45 telah secara langsung dipengaruhi oleh paham teosofi. Namun bagaimanapun juga organisasi ini beserta ide-idenya telah memberikan kontribusi suatu versi yang lebih romantis mengenai nasionalisme, di mana budaya lokal dan kepercayaan lokal—sebagaimana yang dipahami oleh kalangan intelektual—telah menjadi suatu sumber inspirasi untuk pemben­tukan suatu negara. Dan ini telah dimulai sejak 1930-an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar