Senin, 29 September 2014

KISAH REPUBLIK LAN FANG DI INDONESIA

KISAH REPUBLIK LAN FANG DI INDONESIA

Kisahnya bermula di abad 18. Lan Fang berawal dari sebuah kongsi tambang orang Tionghoa dari etnis Hakka. Letaknya di Pontianak, Kalimantan Barat.
Penduduk Lan Fang saat itu semacam "negara di dalam negara". Republik Lan Fang berdiri pada tahun 1777, mereka masih membayar upeti tanda tunduk kepada Kesultanan Sambas dan Mempawah di Kalbar, tapi sehari-hari mereka sangat otonom. 
Karena tata pemerintahannya sangat demokratis dibandingkan kongsi-kongsi lain yang umumnya bergaya feodal, secara tak langsung Lan Fang pun mendapat julukan "republik." Diberi tanda kutip karena secara de facto, tidak ada pengakuan internasional kepada republik ini.
Meski, kenyataannya, syarat untuk terbentuknya sebuah republik telah terpenuhi. Tak cuma punya rakyat dan wilayah, Lan Fang rutin menghelat pemilu untuk memilih "presiden." Lan Fang juga memiliki sistem perekonomian, perbankan, dan Hukum sendiri. Republik ini mampu bertahan hidup selama 107 tahun. 
Bendera Republik Lan Fang
Bendera Republik Lan Fang berbentuk empat persegi panjang berwarna kuning dengan lambang dan kalimat “Lan Fang Ta Tong Chi”. Panji kepresidenan berbentuk segi tiga berwarna kuning dengan kata “Chuao” ( Jenderal ). Pejabat tingginya berpakaian ala Tiongkok kuno, sedangkan yang berpangkat lebih rendah mengenakan pakaian ala barat.


Lo Fang Pak, seorang guru dari Kwangtung - Cina merupakan pendiri sekaligus Presiden pertama Republik Lan Fang yang berjasa menyatukan puluhan ribu orang Tionghoa yang saat itu berburu emas sampai ke Kalimantan Barat. Hebatnya, Republik Lan Fang kala itu sudah membangun jaringan transportasi, punya kitab undang - undang hukum, menyelenggarakan sistem perpajakan, mengembangkan sistem pendidikan, pertanian dan pertambangan, bahkan punya ketahanan ekonomi berdikari, lengkap dengan perbankannya.
Lo Fang Fak
Republik Lan Fang juga sangat disegani karena kemampuannya mengusir buaya di muara Kapuas. Bahkan setelah sukses membantu Sultan Kun Tien dalam perang melawan Kesultanan Mempawah dan kelompok Dayak, seluruh orang Tionghoa memilih berlindung pada Republik Lan Fang, termasuk Sultan Kun Tien sendiri.Berbagai referensi juga menyebut kalau Lan Fang memiliki hubungan perdagangan yang disebut dengan segitiga emas. Yakni, menghubungkan antara Lan Fang, Tiongkok, dan negara di Semenanjung Malaysia, hingga Vietnam. "Lemahnya kesultanan yang hanya tertarik dengan upeti membuat Lan Fang bebas bertransaksi dengan yang lain," tutur budayawan Xaverius Fuad Asali.
Setelah 47 tahun berdiri dan tercatat punya 10 Presiden yang dipilih lewat Pemilu, akhirnya Republik Lan Fang takluk di tangan penjajah Belanda.
Alkisah, pada 1884, Singkawang, Kalbar, wilayah dimana Lan Fang berada, menolak untuk dikuasai Belanda. Akibatnya, wilayah yang saat ini dijuluki Kota Seribu Kelenteng itu diserang. Warga setempat pun kocar-kacir setelah sempat bertahan selama empat atau lima tahun bertempur. Mereka melarikan diri ke Sumatera lantas ke Medan. Beberapa kemudian melanjutkan pelarian hingga ke Singapura dan melanjutkan pembangunan. Dan, tentu beranak pinak. Salah satu keturunannya adalah mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew

Upaya untuk merestorasi kembali keberadaan Republik Lan Fang sebagai bagian dari sejarah Indonesia kini sedang diupayakan, seperti dilansir JPNN. Salah satunya, adalah situs lanfangchronicles.wordpress.com yang tiga tahun ini sudah membuat pameran tentang Lan Fang di Singapura. Berbagai peninggalan Lan Fang telah pula direstorasi. Mulai dari miniatur bentuk uang, menara perlindungan, lukisan-lukisan dan foto zaman dahulu, hingga membuat pagelaran puisi tentang perang kongsi. Pagelaran tersebut bahkan masuk menjadi agenda rutin Singapore Art Fest. Ironis memang, semua itu dilakukan oleh warga Singapura, bukan Indonesia sebagai pemilik sejarah.
Sayang, banyak arsip Republik Lan Fang yang dulu hilang. Menurut Soedarto - sejarawan Kalbar, arsip-arsip tentang Lan Fang sudah tidak ada lagi di tanah air. Termasuk juga arsip-arsip sejarah lainnya.  "Semuanya ada di luar, dibawa Raffles ke Inggris," katanya. Ia juga menyebutkan kalau arsip negara yang dibawa menuju Inggris mencapai 30 ton. Kalau pun masih berada di museum Royal London, penelusuran itu sangat sulit dilakukan. Hilangnya arsip dari tanah air bukan hanya terjadi saat era penjajahan saja. Pasca kemerdekaan juga ada, prasasti dan arsip tersebut dijual dengan satu alasan: ekonomi. Soedarto menyebut barang berharga itu rela ditukar dengan rupiah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

KONSEP MANUSIA MENURUT AL QUR'AN

KONSEP MANUSIA MENURUT AL QUR'AN
Oleh : A. Kurniawan

Pendahuluan
Bila berbicara tentang manusia berarti berbicara mengenai sesuatu yag unik dan menarik, karena akan menyangkut berbagai aspek dan dimensi. Disamping sebagai makhluk individu, manusia juga adalah makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu lain. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antar manusia akan berlagsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi. Dengan demikian kegiatan hidup manusia akan selalu diiringi dengan proses interaksi atau komunikasi, baik interaksi dengan alam lingkungannya, interaksi dengan sesamanya, maupun interaksi dengan Tuhannya, baik itu disengaja atau tidak disengaja.
Sebagai makhluk individu, manusia terdiri dari jasmani dan rohani. Manusia memiliki rasa dan akal yang selalu berkembang sesuai dengan perkembangan fisik, mental dan pengalamannya. Mausia memiliki berbagai macam kebutuhan, kebutuhan biologis dan kebutuhan psikologis yang harus dipeuhinya demi kelangsungan hidupnya. Manusia memiliki potensi dasar yang dibawanya sejak lahir. Potensi ini akan terus berkembang seiring dengan perkmbangan dirinya. Salah satu potensi manusia adalah kemampuan bereksistensi. Kemapuan bereksistensi inilah yang membadakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Dengan kemampuannya ini manusia dapat menjadi manager terhadap lingkungannya.
Pendefinisian tentang manusia serta asal-usul tentang manusia sudah sejak alama dipikirkan manusia dari zaman ke zaman. Aristoteles berpendapat bahwa manusia adalah hewan yang berakal. Rene Descrates memberikan batasan ”...saya berpikir, maka saya ada”. Pendefenisian tentang manusia itu diberikan sesuai dengan latar belakang ilmu yang ditekuninya.

Konsep Manusia dalam Pandangan Ilmu Pengetahuan
Dalam biologi, manusia merupakan salah satu komponen dari sistem kehidupan alam yang menyeluruh. Semenjak bumi terbentuk, berlangsunglah proses pembentukkan hidup dari unsur-unsur kimia yang ada di bumi sebagai hasil proses alami. Diperkirakan bahwa kemudian terbentuk unit hidup berupa sel yang kelak menjadi organisme yang terdiri dari unit-unit tersebut.
Keadaan alam selalu berubah, sehingga untuk menjaga kelangsungan hidupnya, organisme perlu melakukan perubahan-perubahan yang bersifat adaptif terhadap alam. Sehingga seleksi alam akan menghasilkan berbagai ragam bentuk organisme yang terdiri dari unit-unit tersebut.
Keadaan alam selalu berubah, sehingga untuk menjaga kelangsungan hidupnya, organisme perlu melakukan perubahan-perubahan yang bersifat adaptif terhadap alam. Sehingga seleksi alam akan menghasilkan berbagai ragam bentuk organisme.
Manusia merupakan hasil dari seleksi alam yang bersifat adaptif terhadap alam tempat hidupnya. Meskipun manusia masih mengalami seleksi alami pada unsur biologinya, terdapat unsur lain yang dapat menguranginya yaitu peradaban dan kebudayaan. Timbul pertanyaan yang tentang budaya sehubungan dengan seleksi ala mini: ”budaya manusia yang telah mengarah ke jurusan yang tidak sesuai dengan seleksi alam akan membawa kepunahan? Ataukah perkembangan budaya semacam itu akan membawa manusia pada kelanggengan, yang berarti menguasai alam dengan ilmu pengetahuan dan teknologi?”.
Konsep manusia dalam antropologi, ialah melihat manusia sebagai mahkluk antropos yang memiliki unikum-unikum dan salah satu diantaranya adalah bahwa manusia menciptakan budayanya. Pada giliarannya budaya yang diciptakan manusia akan memberikan dampak bagi kehidupannya dan konsep mengenai manusia itu sendiri.
Konsep mengenai manusia tidak bisa digeneralisasi sepanjang berkaitan dengan masalah manusia dan budaya yang disandangnya. Manusia dapat benar-benar bermakna sebagai manusia bilamana ia bisa menampilkan kemampuannya mewariskan nilai-nilai ataupun ide-ide dalam budayanya pada generasi penerus dan sekaligus mampu merekam apa yang pernah diperolehnya dari generasi sebelumnya.
Menurus sosiologi, manusia harus dilihat dalam pertalaiannya dengan orang lain, dan bahwa cara hidup dan cara berfikirnya dipengaruhi dan diarahkan oleh adanya kelompok yang beradat dan kebudayaannya, dilingkungan tempat ia hidup sebagai anggotanya.
Manusia yang berkelompok inilah yang menjadi pokok perhatian sosiologi dann bukan perseorangan yang terpencil. Karena hanya dengan berkelompok manusia menjadi sempurna, karena manusia akan berbahasa, beradat dan berkebudayaan. Artiya manusia mempunyai tata cara dalam segala segi hidupnya yang disukai atau dihargai oleh kelompoknya maupun kelompok lainnya. Manusia yang hidup dalam masyarakat atau kelompok harus mengorbankan atau memberikan sebagia kebebasan pribadinya sebagai anggota masyarakat atau kelompok. Dan selanjutnya sembari menyesuaikan diri, manusia itu akan menerima perlindungan dari masyarakat atau kelompoknya itu.
Manusia moderen, dengan pertumbuhan akalnya akan selalu bergerak mencoba melepaskan diri dari aturan adat kelompok dan masyarakat tempat ia hidup. Sedangkan kebudayaan merupakan alat penyesuaian manusia kepada masyarakat atau kelompok. Sehingga bilamana seseorang anggota patuh dan dapat memenuhi tuntutan-tuntutan adat kelompoknya, maka ia akan mendapat hidup dengan aman dalam kelompoknya. Dan sebaliknya, bilamana seseorang tidak patuh dan tidak dapat memenuhi tuntutan-tuntutan adat kelompoknya, maka ia akan terkucil dari lingkungan kelompoknya atau ia akan mencari kebebasan dengan meninggalkan kelompoknya.
Psikologi memandang manusia sebagai suatu individu yang unik. Karena setiap manusia sebagai individu memiliki aspek-aspek kepribadian yang khas, yang lain dari yang lain. Sehingga membedakan satu individu dengan individu yang lainnya. Walaupun terdapat faktor-faktor tertentu yang sama pada manusia, tetapi pada kenyataannya manusia yang satu akan berbeda dengan manusia yang lainnya. Galton menyebutkan dengan Individual Differences (Dirgagunarsa, 1978:11).
Psikologi berusaha memahami, menguraikan dan menggambarkan tingkah laku dan kepribadian manusia beserta dengan aspek-aspek kepribadian yang bersifat menetap dalam diri manusia dan menjadikan ciri khas bagi manusia sebagai individu. Salah satu aspek kepribadian itu antara lain: sikap keterbukaan. Sikap keterbukaan yaitu sikap terbuka terhadap dunia luar, sikap mau memahami perasaan orang lain, sikap mau mendengar dan menerima pendapat orang lain.
Psikologi mempersoalkan aktivitas (tingkah laku) manusia, baik yang teramati (behaveaorisme) maupun yang tidak teramati (psiko analitis). Karena segenap tingkah laku manusia selalu mempunyai latar belakang psikologis. Aktivitas-aktivitas itu antara lain yaitu: perhatian, pengamatan (menyangkut penginderaan), tanggapan, fantasi, ingatan, berfikir, perasaan, dan motif (kemauan).

Konsep Manusia Menurut Al-Qur’an
Konsep manusia dalam Al-Qur’an sangat jelas. Hal itu dapat dilihat pada QS. 3: 59, QS. 6: 2, QS. 15: 28, 33, QS. 30: 20, QS. 32: 7, QS. 35: 11, QS. 40: 67, QS.40: 67, QS. 55: 14, QS. 71: 17, dan masih banyak lagi yang lain. Dapat disimpulkan bahwa raga yang dimiliki manusia materinya terdiri atas saripati yang kemudian diberi ruh kehidupan.
Khusus mengenai penciptaan manusia itu pada tingkat awalnya melewati proses yang tidak bisa dieksperimenkan dengan apapun. Dan periode berikutnya dari proses penciptaan manusia itu digambarkan oleh surat Al-Mukmin ayat 12-14. Semua bentuk biologi merupakan perujudan Ilmu Allah yang seluruhnya berada dalam posisi Hablum Minallahwahalun minanl’alam. Kesemuanya sudah sejalan dan tunduk dengan Ilmu Allah (sunatullah). Karena alam semesta merupakan bahasa ungkapan untuk budaya, maka seperti halnya alam semesta yang telah ataina thai-’iin, begitu juga hendaknya dengan kehidupan manusia. Demikianlah satu suatu budaya telah berada dalam posisi Hablum minallah wahablum minannas. Kehidupan Al-Qur’an yang direfleksikan dalam kehidupan para rosul Nya yang berposisi Hablun minallah wahablun minal’alam ataupun hablun minallah wahablun minannas merupakan turunan dari Ilmu Allah pembimbing alam semesta,’tanzillum mirobbil ’alamiiin’.
Selanjutnya raga memanifestasikan diri sebagai nafs yang berfungsi sebagai pemelihara dan mempertahankan hidup biologisnya, mulai dari proses metabolismenya sampai dengan proses naluriahnya.
Untuk menentukan segala sesuatunya, Allah telah memberikan takdir atau ukuran pada setiap perangkat yang dipunyai oleh setiap makhluk hidup yang bersifat konstan yang tak dapat diubah oleh siapapun. (QS. 7: 34, QS. 25: 2, QS. 26: 80, QS. 3: 154, QS. 12: 67). Takdir inipun diberikan kepada makhluk hidup lain selain manusia, termasuk juga kepada bumi, bulan, matahari serta alam semesta. Takdir inilah yang memberikan perbedaan antar makhluk. Hal ini dapat dimengerti bahwa masing-masing mempunyai fungsi dan peran yang berbeda-beda.
Selain mempunyai raga, manusia juga mempunyai ruh. Kedua perangkat inilah, raga dan ruh, yang membentuk diri manusia. Akal yang dimiliki manusia hanyalah salah satu fungsinafs, bukan berdiri sendiri. Berfungsinya akal senantiasa terkait pada struktur raga, yaitu otak. Inilah wujud wahana yang bisa ditempati oleh ruh, Wahana inilah yang akan mati (QS. 3: 185, QS. 21: 35, QS. 29: 57), sedangkan ruah akan kembali kepada NYA sebagai pemilik yang sah (QS. 2: 56, QS. 6: 36), yang menuju kepada kehidupan akhirat (QS. 2: 28).
Apabila takdir menentukan raga, maka fitrah mewarnai ruh. Fitrah manusia adalah mengabdi kepadaNya (QS.     :   ), beriman, beragama tauhid (QS. 30: 30). Dalam kegiatan keseharian ruh ini memanifestasikan diri sebagai qolb yang bisa diartikan sebagai benang merah yang menghubungkan manusia dengan penciptanya, Allah, sehingga qolb tidak akan pernah berbohong.
Kadang terjadi ketidak selarasan antara nafs dan qolb. Hal ini disebabkan fungsi nafsadalah mempertahankan biologis, sedangkan qolb berfungsi mempertahankan fitrahnya, kehidupan spriritualnya, menundukkan diri keharibaanNya. Dengan demikian meskipun manusia tinggal dan hidup di dunia ini, dapat dikatakan bahwa manusia adalah makhluk akherat yang spiritual, yang sedang mengembara, dalam perjalanan menuju kehidupan abadinya (QS. 6: 2, QS. 7: 11, 12, QS. 15: 26). Manusia harus senantiasa mempertahankan hidupnya di dunia untuk mencapai kehidupan akheratnya (QS. 28: 77).

Tugas dan Kedudukan Manusia menurut Al-Qur’an
Adakah kita telah menyadari bahwa diri kita ada di muka bumi ini tidaklah diciptakan secara kebetulan? (QS. 3: 191). Tetapi dengan kehendak, rencana serta perhitungan dari sang pencipta. Dalam Surat Al-Baqarah: 30, dijelaskan :
”Ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat; ”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: ”mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya serta saling menumpahkan darah (sesama mereka)? Sedangkan kami telah siap bertasbih dan memuji dan mensucikanMu? Tuhan berfirman; ”Sesungguhnya Aku akan mengilmu sesuatu yang akan kalian ilmu”.

Siapakah yang akan menjadi khalifah? Apa tugas khalifah? Dalam ayat selanjutnya dari surat Al-Baqarah tersebut dinyatakan bahwa yang akan menjadi khalifah fil ardh adalah manusia daam hal ini adalah Adam. Tugas Adam yang pertama adalah menerima suatu ilmu dari Allah yang bernama Al-Asma. Dengan ilmu yang telah didapatnya itu Adamdiperintahkan atau diberikan tugas untuk membuat suatu kehidupan budaya yang bagaikanJannah (kebun), yaitu suatu kehidupan budaya seperti yang dijelaskan dalam surat Ar-Rahman ayat 46-78.
Sebagai khalifah, kepada manusia diberikan dua alternatif pilihan seperti dijelaskan dalam surat Al-Balad ayat 10 :
” Dan kami ajarkan kepadnya Al-Quran yang mempunyai dua sudut memandang”.
                                                            (terjemah bebas QS. Al-Balad : 10)
Yaitu pilihan kehidupan NUR atau kehidupan ZHULUMAT (QS. Al-Maidah:1). Dan kepada manusia diberikan hak untuk memilih satu diantara kedua alternatif itu dengan resikonya masing-masing.
Allah tidakmenjadikan dua hati dalam rongga dada (hati) seseorang, begitu juga dengan dengan alternatif hidupnya...”
                                                            (Terjemah bebas QS. Al-Ahzab:4)
Melihat dari sudut pandang inilah, maka malaikat mengajukan pertanyaan kepada Allahtentang khalifah seperti yang dijealskan dalam surat Al-Baqarah ayat 30. karena diberikan hak memilih ini maka akan timbul perbedaan dan perselisihan yang akan mengakibatkan kehancuran dan kehancuran di muka bumi. Jika ditinjau dari makna bahasa ’khalifah’, merupakan isim mashdar dari tiga huruf pokok ’kholafa’, yang berarti berselisih, berbantahan..
Jadi kemantapan hidup manusia itu hanya ada dua kemungkinan, yaitu ”ya” atau ”tidak”, tidak ada pilihan ketiga. Dan diharapkan kepada manusia adalah dzikrun yakni hidup sadar menurut ajaran Allah sebagai reaksi dari Uli Albab yang merupakan kelanjutan tafakkaruyang berarti AL-Quran telah memenuhi alam pikiran, ’tahu dan merasai’. Dalam surat Az-Zumar ayat 23 diistilahkan sebagai taqsyairru.
Manusia yang telah mencapai taqsyairru ini apabila dikemukakan Al-Qur’an padanya, maka ’bulu romanya akan tegak, karena darahnya melonjak ke seluruh tubuhnya’. Seluruh kesadarannya akan selalu dihiasi oleh Al-Quran. Inilah inti dari IMAN.

Tujuan penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an
Saat kita merebahkan diri di pembaringan, adakah talah kita sadari apa tujuan hidup ini? Dari mana dan mau kemana kita?
”Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat ia akan lebih buta dan lebih tersesat dari jalan yang benar”.
                                                            (Terjemahan bebas QS. Bani Israil:72)
Sebagai manusia yang tak lepas dari nafsnya, tentunya inginkan kehidupan yang bahagia, hidup yang enak dan serba berkecukupan, serba enak dan bahagia, hanya saja bagaimana cara mendapatkannya? Apakah telah sesuai dengan tujuan penciptaan kita sebagai manusia? Apakah telah sejalan dengan kehendaknya? Sudut selarasnya dengan tujuan penciptaannya?
”Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Din Allah, (tetapkanlah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) Din yang lurus. Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
                                                            (Terjemah bebas QS. Ar-Ruum: 30)
Tentunya tujuan hidup yang terulang dalam cita-cita kita tidak akan sepicik seperti penggalan kalimat yang telah disebutkan di atas tadi. Dan menjadi pemikiran kita, apakah kita sudah menyelaraskan cita dan cinta kita dengan tujuan penciptaan manusia. Untuk menyelaraskan cita dan cinta kita dengan tujuan penciptaan manusia. Untuk menyelaraskannya tentunya kita harus mengetahui apa tugas dan peranan manusia, yaitu mengabdi kepadanya (QS. 51: 56), menjadi wakil Allah, menajdi abdi Allah di muka bumi (QS. 6:165).
”Tidak AKU (Allah) ciptakan jin dan manusia kecuali agar mengabdi menurut ajaran KU”
                                                            (Terjemahan bebas QS. Al-Baqarah: 30)
Dengan demikian semua tujuan hidup, cita-cita hidup haruslah merupakan turunan, penjabaran dari tugas pokok manusia sebagai khalifah fil ardh (wakil Allah di muka bumi.
Dalam hubungannya dengan surat Al-Mukminun ayat 14 sebuah hadits menegaskan tenang ruh biologis, bahwa setelah 4 kali 40 hari janin berproses dalam kandungan ibu, maka Allah meniup ruh kedalam janin sehingga janin menjadi bayi yang mulai bergerak dan hidup. Dan bila habis masanya, saat ajal tiba,ruh akan kembali kepadanya. Jadi secara biologis, ruh adalah pembangkit, penggerak kehidupan biologis. Dan secara biologis, manusia sudah tunduk dan patuh menurut ajaran Allah, atainaa thai-’iin. Begitu juga hendaknya dengan kehidupan budaya manusia. Akan tetapi pada kenyataannya kehidupan budaya manusia belum tunduk dan patuh menurut ajaran Allah sehingga menimbulkan kerusakan dan kehancuran di muka bumi, kematian budaya manusia.
Sehubungan dengan kehidupan budaya yang sudah mati sebelumnya maka Allah mengajarkan suatu ilmu Allah kepada para rosulNYA guna membentuk kehidupan budaya yang tunduk dan patuh menurut ajaran Allah seperti halnya alam semesta yang telahatainaa thai’iin. Dijelaskan dalam surat Asy-Syuraa ayat 52-53:
”Seperti itulah (tersebut dalam ayat sebelumnya) KAMI mewahyukan Al-Qur’an, sebagai satu ilmu menurut sunnah anda (Muhammad) menjadi satu ruh pembangkit budaya menurut yang telah KAMI tentukan yang apabila kalian tidak menguasai apa yang telah dinukilkan mejadi isi kitab niscaya kalian tidak mempunyai IMAN. Dan bahkan KAMI menjadikan yang demikian itu satu NUR yang memberikan pedoman hidup akan siapa saja yang menginginkan satu kehidupan yang demikian abdi-abdi kehidupan  yang tangguh tiada tanding”
”Menurut sistem kehidupan dari Allah jualah segala apa yang ada di semesta dan di bumi ini beredar. Ketahuilah! Hanya menurut ajaran Allah ini jualah segenap urusan kehidupan budaya ini berlaku teratur”
(Terjemahan bebas QS. Asy-Syuraa: 52-53).
 Juga dijelaskan dalam surat Al-Qadra ayat 1-5, tentang suatu konsep kehidupan yang ’khoir’, yang hebat, yang tangguh. Jadi yang perlu dicari dan dipelajari itu ’konsep ilmunya’ ataukah ’malamnya’?
Dari penerapan satu konsep yang tangguh tiada tanding inilah, maka akhirnya terbentuk satu kehidupan Madinah yang Baldatun Thoyyibatun Warobbun Ghofar. Satu hadits menyatakan: ”Al-Madinah adalah satu model kehidupan inilah andaikata mereka menguasaiilmuNYA”. Dalam hadist lain dikatakan: ”Al-Madinah ibarat puput besi yang menghilangkan karat besi, begitulah Al-Madinah membersihkan kekejian hidup”. Jadi untuk membentuk satu kehidupan yang Madinatul munawaroh, ’konsep ilmunya’ yang kita perlukan? Ataukah hanya sekedar namanya saja?
Bumi, selain diciptakan untuk manusia juga untuk makhluk lainnya, (QS. 14:32-34, QS. 16: 10-14, QS. 45: 12,13) Hal ini berarti bahwa bumi dan segala isinya digunakan untuk menunjang kehidupan manusia, dan manusia diberi kedudukan sebagai wakil Allah di bumi (QS. 11: 61). Dengan demikian manusia dan seluruh isi bumi harus saling menunjang kebutuhan agar tujuan penciptaan tercapai. Bumi secara keseluruhan haruslah menjadiBaldatun Thoyyiban Warobbun Ghofur. Sehingga Din sebagai huda dan furqon yang diberikan Allah, hanyalah suatu konsekuensi logis dari diberikannya irodat atau kehendak untuk bebas memilih pada diri manusia. Din telah disesuaikan dengan sifat-sifat kemanusiaan karena fitrah keduanya sama (QS. 30: 30). Apabila manusia telah memilih Dinsebagai jalan hidup, maka akan sama perilakunya dengan makhluk lainnya, yaitu sujud dan tunduk pada penciptaNya (QS. Fushilat: 11). Din adalah suplemen dan komplemen dalamsunatullahDin bukanlah aturan-aturan yang dipaksakan pada manusia untuk kembali kepada tugas dan fungsinya yang azali, yang berguna bagi kehidupan dunianya.
Dalam satu hadis ditegaskan bahwa; ”Ihsan adalah kalian hidup mengabdi menurut ajaranAllah (Al-Qur’an), seakan-akan kalian memandang yang demikian itu menjadi milik pribadi kalian. Dan jika tidak memungkinkan mencapai yang demikian itu, maka hendaklah kalian sadari bahwa yang demikian itu (Al-Qur’an) menyoroti seluruh yaitu Allah beserat ilmuNyadengan si mukmin yang bertindak sebagai ’abdi atau wakil’ Allah untuk memperlakukan objek yang bergantung juga kepada AllahIhsan sebagai satu tujuan hidup, dijelaskan dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56. Dengan berbuat pas menurut teori, maka akan tercapai ”rodhiyallahu ’anhum warodhuu ’anhu wa a-’adda lahum’ (QS. At-Taubah: 100).

AGAMA DAN NEGARA

Oleh : A. Kurniawan
Agama bersifat amat individual. Tanggung jawab agama bersifat pribadi antara makhluk dan penciptanya. Sedangkan Negara terdiri dari kumpulan dari masyarakat, dan masyarakat merupakan kumpulan dari individu yang tentunya merupakan makhluk yang beragama. Oleh karena itu tanggung jawab negara adalah pada masyarakat umum yang menjadi warganya. Dengan demikian apabila suatu negara mengalami kerusakan, kehancuran, berarti yang rusak sebenarnya adalah individu-individu yang menjadi warga negara itu. Dengan kata lain warga negara itu atau individu-individu dalam negara itu tidak beragama. Agama hanya sekedar seremonial, hanya sebagai pelengkap dalam kehidupan formal belaka. Agama hanya menjadi hiasan yang dipajang pada dinding rumah, sekedar hiasan kepala, hiasan tubuh. Meskipun suatu negara telah membuat aturan yang demikian baik, namun apabila agama individu-individu dalam negara itu tidak lagi menjadi pedoman dan pegangan hidup, maka aturan yang telah dibuat itu akan menjadi tidak berarti

TITIK TEMU ANTAR AGAMA

TITIK TEMU ANTAR AGAMA
Oleh : A. Kurniawan

Pada tingkat bawah setiap agama akan saling dan selalu berhadapan. Sedangkan pada titik tertinggi (Tuhan) akan terdapat titik temu dari setiap agama.Kesatuan berbagai agama terjadi pada tingkat esoteris yang tersembunyi dan bersifat rahasia. Karena kebenaranyang merupakan rahasia itu terbenam dalam timbunan unsur yang maha suci. Hal inilah yang menyebabkan tidak dapat meyakinkan kebanyakan orang.Kaum esoteris menghormati keyakinan kaum eksoteris, karena keyakinan tersebut didasarkan pada kitab sebagai inkarnasi sejati dari Tuhan. Namun kaum esoteris tidak dapat menerima keyakinan kaum eksoteris yang percaya bahwa yang menjadi sumber wahyu yang mereka yakini iu adalah satu-satunya cara Tuhan yang paling luhur dalam berbicara dengan manusia.Sebagian pandangan kaum esoteris tampak gelap bagi kaum eksoteris. Suatu pandangan yang berbeda dengan kebenaran yang terlihat di mata mereka.Keyakinan kaum eksoteris didasarkan pada bentuk atau ujud keyakinan, seperti kitab, nabi, dan lain-lai. Menurut kaum esoteris, jika wahyu beragam dan sama bentukya, maka tidak ada yang mutlak.Tuhan dengan sifatnya yang Esa, namun kehadirannya oleh personal dinampakkan dalam ujud yang berbeda-beda sesuai dengan ciri dan kabut yang beragam dari berbagai manusia. Jadi mengapa manusia harus saling membenci, bermusuhan, saling membunuh hanya demi mengharapkan ridha Tuhan yang Satu ??? Tuhan yang sama ???

NALURI BERAGAMA PADA MANUSIA

NALURI BERAGAMA PADA MANUSIA
Oleh : A. Kurniawan

Sedari zaman dahulu manusia telah memiliki agama dan sampai akhir zamapun manusia akan tetap beragama. Mengapa? Karena agama sudah menjadi fitrah manusia, naluri manusia yang tidak dapat dipisahkan dari dirinya, dari jiwanya. Setiap manusia tentu mempunyai naluri untuk mempercayai adanya satu kekuatan ghaib, kekutan Tuhan, kekuatan pencipta, yang berada di atas kekuatan apapun yang ada di alam ini, causa prima. Kekuatan yang maha dasyat inilah yang menjadi tempat manusia untuk menggantungkan hidupnya. Naluri beragama muncul karena adanya kepercayaan akan adanya Sang Pencipta, adanya Tuhan. Kemudian timbul pertanyaan: Manusiakah yang meng”ada”kan Tuhan, ataukah memang Tuhan yang menciptakan manusia?
            Naluri beragama, naluri berketuhanan biasanya muncul di saat manusia mengalami kesulitan yang sangat menggoncangka jiwanya. Pada kondisi ini, manusia yang mengaku atheis, tidak beragama sekalipun akan menyebut dan meminta pertolongan serta meminta perlinndungan Tuhan. Dalam keadaan wajarpun naluri berketuhananpun dapat muncul. Terutama di saat manusia menyaksikan suatu kejadian atau pemandangan yang sangat menakjubkan dan sangat berkesan dalam hatinya. Karena kesemua kejadian itu tidak akan terjadi dengan sendirinya.
            Pada mulanya mausia menciptakan satu Tuhan yang merupakan penyebab petama bagi segala sesuatu, dan penguasa langit dan bumi. Dia tidak terwakili oleh gambaran apapun dan tidak memiliki kuil sebagai tempat ibadah dan pendeta yang mengabadi kepadaNya. Dia terlalu luhur untuk ibadah manusia yang tak memadai. Perlahan-lahan ia memudar dari kesadaran umatnya. Dia telah menjadi begitu jauh sehingga manusia memutuskan tidak lagi menginginkannya. Pada akhirnya Dia dikatakan menghilang. Mengapa bisa demikian? Karena setelah menciptakan alam, Dia menata dari jauh segala urusan manusia. Benarkah Tuhan berada di tempat yang jauh? Yang tak terjangkau oleh mata manusia? Yang tak terjangkau oleh hati manusia?
            Kemudian dalam perjalanan selanjutnya muncul rasa rindu yang amat sangat dari dalam diri manusia terhadapNya. Kerinduan ini diungkapkan melalui doa dan puji-pujian. Manusia percaya bahwa Tuhan selalu mengawasi dan akan menghukum setiap dosa yang mereka perbuat. Namun anehnya, Tuhan tidak hadir dalam kehidupan keseharian manusia yang selalu memanjatkan doa tadi? Tidak ada kultus khusus untukNya, Dia tidak pernah tampil dalam penggambaran.
            Salah satu alasan mengapa agama tampak tidak relevan pada masa sekarang dikarena banyak diantara manusia tidak lagi memiliki rasa bahwa mereka dikelilingi oleh yang ghaib. Sebagian manusia memiliki rasakepercayaan yang kuat terhadap agamatetapi dengansedikit keimanan terhadap TuhanSebagian manusia berTuhan karena rasa takut akan hukumanNya dan pengharapan akan imbalanNya. Wajarlah apabila akhirnya Tuhan berada nun jauh di atas sana, di atas singgasananya di ufukil a’laa, tidak berada dari diri manusia, di dalam hati manusia itu sendiri. Bukankah Tuhan sangat dekat pada manusia bahkan lebih dekat dari urat lehernya sendiri?
            Agama bukanlah hanya sekedar rasa takut dan harapan, tapi lebih dari itu, ada rasa kerinduan yang amat sangat akan Sang Pencipta, asyaddu hubbalillah, adanya rasa butuh dan memilikinya. Oleh karena itu para ahli tasawuf selalu berusaha mengolah dan melatih nafsunya untuk meningkatkan rasa keimanan mereka terhadap Tuhan bukan hanya kepercayaan terhadap agama. Mereka cenderung berpegang pada suatu pepatah: ”Barang siapa yang tak merasakanNya, maka takkan mengetahuiNya”. ”Barang siapa yang tak mengenal dirinya maka tak akan mengenal rabbnya”.
            Oleh karena itu untuk menumbuhkan rasa memiliki terhadap agama dan Tuhan, patutlah diketahui apa sebenarnya kehendak Tuhan dengan menjadikan alam semesta ini. Patut diketahui apa sebenarnya tujuan kita diciptakan, tujuan kita ada di dunia ini.

Minggu, 28 September 2014

ETIKA DAN MORAL PERILAKU MANUSIA : Suatu Tinjauan Filsafat

ETIKA DAN MORAL PERILAKU MANUSIA : Suatu Tinjauan Filsafat

Konteks perilaku manusia terhadap etika dan moralyang kemudian dikaji melalui konsep filsafat ilmu memberikan suatu pemahamanbahwa pemikiran manusia bukan saja dapat dipergunakan untuk menentukan danmempertahankan kebenaran atau hal – hal yang baik yang dapat bermanfaat bagiindividuali maupun masyarakat lain namun sekaligus juga dapat dipergunakanuntuk menemukan dan mempertahankan hal-hal yang tidak benar. Perlu disadaribahwa manusia yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa memiliki sifat yangbaik dengan berlandasankan pada ketebalan prinsip agama maupun etika dan moralPancasila, namun dalam perjalanan hidupnya akan mengalami suatu proses pasangsurut sehingga manusia itu akan terjerumus ke dalam perbuatan yang tidakseseuai dengan perintah Tuhan. Dengan demikian manusia yang memiliki akhlakyang baik dapat dikatakan masih memiliki moral dan etika yang baik juga.

PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang palingsempurna. Manusia merupakan makhluk yang paling mulia dibandingkan denganmakhluk lainnya karena manusia dikaruniai oleh Allah SWT berupa akal, perasaan,dan kehendak yang tidak dimiliki makhluk lainnya tersebut. Ciri utama mahlukmanusia bilamana dibandingkan dengan mahluk-mahluk yang lain yakni manusiamemiliki ciri sebagai mahluk berbudaya. Kebudayaan ini terwujud karena dalamrangka interaksinya dengan semana manusia dan dengan alam lingkungan hidupnya.[1]
Menurut Abdulbkadir Muhmmad, akal adalah alat pikirsebagai sumber pengetahuan dan teknologi. Dengan akal manusia dapat menilaimana yang benar dan yang salah sebagai sumber kebenaran. Perasaan adalah alatuntuk menyatakan keindahaan sebagai sumber seni, karena dengan perasaan manusiadapat menilai mana yang indah (estetis) dan yang jelek sedangkan kehendakadalah alat untuk menyatakan pilihan sebagai sumber dari kebaikan karena dengankehendak manusia dapat menilai mana yang baik dan yang buruk sebagai sumbernilai moral. [2]
Untuk menjadi lebih baik maka sesuatu hal harussepenuhnya baik, sedikit noda saja akan menyebabkan hal tersebut menjadi tidakbaik. Ini berarti pula bahwa perbuatan manusia hanya akan dikatakan baik bilatujuan akhirnya, motivasi dan lingkungannya juga baik. Jika salah satu dariketiga hal atau faktor penentu tersebut tidak baik, keseluruhan perbuatanmanusia menjadi tidak  baik, sekalipundua faktor lainnya baik.[3]
Sebagai makhluk budaya manusia perlu disadari bahwayang benar, yang indah dan yang baik itu menyenangkan, membahagiakan,menenteramkan dan memuaskan manusia. Sebaliknya yang salah, yang jelek dan yangburuk itu menyengsarakan, menyusahkan, menggelisahkan dan membosankan manusia.Dari dua sisi yang bertolak belakang ini, manusia adalah sumber penentu yangmenimbang, menilai, memutuskan untuk memilih yang paling menguntungkan (nilaimoral). [4] Dengan demikian pada kenyataanya manusia lebih cenderung  menghendaki nilai kebenaran, nilai kebaikan,nilai keindahan dikarenakan sangat berguna bagi kehidupannya daripadasebaliknya.
Dalam memandang perbuatan dan mengatakan bahwaperbuatan itu baik atau buruk, adil atau tidak adil, jujur atau tidak jujur.Seseorang bisa mengatakan bahwa apa yang dijelaskan oleh temannya adalah ceritabohong saja. Disini seolah-olah mengukur suatu perbuatan itu sesuai dengannorma atau prinsip moral. Jika perbuatan itu sesuai dengan prinsipbersangkutan, kita menyebutkan baik, adil, jujur dan sebagainnya, akan tetapijika tidak sesuai kita menyebutkan buruk, tidak adil, tidak jujur dansebagainya. Disamping itu ada cara penilaian etis lain lagi yang tidak begitumemandang perbuatan, melaikan justru keadaan pelaku itu sendiri. Selain itujuga dapat menunjukan sifat watak atau akhlak yang dimiliki orang itu ataujustru dimilikinya sehingga kalau kita berbicara tentang bobot moral (baikburuknya) orang itu sendiri dan bukan tentang bobot moral salah satuperbuatannnya.
Berbicara mengenai pendekatan moral yang seringditemukan dalam kehidupan sehari-hari ini dalam tradisi pemikiran filsafatmoral tampak sebagai dua tipe teori etika yang berbeda yakni etika kewajibandan etika keutamaan. Kalau tinjau dari segi sejarah filsafat moral, maka etikakeutamaan adalah tipe teori etika yang tertua. Pada awal sejarah filsafat diYunani Sokrates, Plato, dan Aristoteles telah meletakan dasar bagi etika inidan berabad-abad lamanya etika keutamaan dikembangan terus. Etika kewajibandalam bentuk murni baru tampil di zaman modern dan agak cepat mengesampingkanetika keutamaan.[5] Dari kedua etika dimaksud perlu disadari bahwa moralitasselalu berkaitan dengan prinsip serta aturan dan serentak juga dengan kualitasmanusia itu sendiri, dengan sifat-sifat wataknya.      

A.       ETIKA DAN MORAL DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwaetika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tetang hak dankewajiban moral ( ahklak). [6] Seperti halnya dengan istilah yang bersangkutandengan konteks ilmiah, istilah etika pun berasal dari bahasa Yunani Kuno. KataEthos dalam bentuk tunggal mempunyai arti : tempat tinggal yang biasa, padangrumput, kandang, kebiasaan, adat, watak (ahklak), perasaan, cara berpikirsedangkan dalam bentuk jamak ta etha artinya adat kebiasaan. Dan arti terakhirinilah menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah etika yang oleh filsufYunani Besar Aristoteles (384-322 SM) sudah dipakai untuk menunjukan filsafatmoral. Jadi jika membatasi diri pada asal usul kata ini maka etika berarti ilmutentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adar kebiasaan. [7]
 Selain itujuga pengertian etika adalah cabang ilmu filsafat yang membicarakan nilai danmoral yang menentukan perilaku seseorang/manusia dalam hidupnya. Etikamerupakan sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moralyang menentukan dan terwujud dalam sikap serta pola perilaku hidup manusia baiksebagai pribadi mapun sebagai kelompok. [8]
Dari penjelasan sebelumnya dapat ditarik kesimpulanbahwa Etika dijelaskan dengan membedakan tiga arti yakni :[9]
2.1       Ilmutentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral(akhlak);
2.2      Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
2.3      Nilai mengenai benar dan salah yang dianut dari suatu golongan ataumasyarakat.

Dari ketiga arti tersebut dapat dirumuskan kembaliatau dapat dipertajam lagi sebagai berikut :
2.1       Kata etikabisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi peganganbagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya;
2.2      Etika berarti juga kumpulan asas atua nilai moral. Yang dimaksud disiniadalah kode etik;
3.3      Etika baru menjadi ilmu, bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asasdan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk begitu saja diterima dalamsuatu masyarakat, seringkali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatupenelitian sistematis dan metodis. Etika disini sama artinya dengan filsafatmoral. [10]

Menurut Surahwardi K Lubis dalam istilah LatinEthoes atau Ethikos selalu disebut Mos sehingg dari perkataan tersebut lahirlahmoralitas atau yang sering diistilahkan dengan perkataan moral. Dalam bahasaagama Islam, istilah etika ini merupakan akhlak karena akhlak bukan sekadarmenyangkut perilaku manusia yang bersifat perbuatan yang lahiriah saja, akantetapi mencakup hal-hal yang lebih luas yaitu meliputi akidah, ibadah dansyariah. [11]
James J. Spillane SJ mengungkapkan bahwaetika atauethics memperhatikan tingkah laku manusia dalam pengambilan keputusanmoral.Etika mengarahkan atau menghubungkan penggunaan akal budi individu denganobyektivitas untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dan tingkahlakuseseorang terhadap orang lain. [12] Sejalan dengan pikiran Surahwardi diatas,Abdullah Salim mengatakan akhlak islami cakupannya sangat luas yaitu menyangkutetos, etis, moral dan estetika. [13]
Berdasarkan beberapa pemikiran yang berkaitandengan etika diatas, Bartens sebagaimana dikutip oleh Abdul Kadir Muhammadmemberikan tiga arti etika sebagai berikut : [14]
2.1      Etika dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma moral;
2.2       Etika dipakai dalam arti kumpulan asas ataunilai moral;
2.3      Etika dipakai dalam arti ilmu

Dalam perkembangannya, etika dapat dibagi menjadidua, etika perangai dan etika moral. [15]Etika perangani adalah adat istiadatatau kebiasaan yang menggambarkan perangai manusia dalam hidup bermasyarakat didaerah tertentu, pada waktu tertentu pula. Etika perangai tersebut diakui danberlaku karena disepakati masyarakat berdasarkan hasil penilaian perilakucontohnya berbusana adat, pergaulan muda-mudi, perkawinan semenda, dan upacaraadat sedangkan etika moral berkenaan dengan kebiasaan berperilaku baik danbenar berdasarkan kodrat manusia, dan apabila etika ini dilanggar timbulkahkejahatan yaitu perbuatan yang tidak baik dan tidak benar. Kebiasaan iniberasal dari kodrat manusianyang disebut moral, contohnya berkata dan berbuatjujur, menghormati orang tua dan guru, menghargai orang lain, membela kebenarandan keadilan dan sebagainya.
Fungsi etika menurut Darji Darmodihardjo, etika memberipetunjuk untuk tiga jenis pertanyaan yang senantiasa diajukan. Pertama, apakahyang harus dilakukan dalam situasi konkret yang tengah dihadapinya, Keduabagaimana mengatur pola konsistensi dengan orang lain, Ketiga akan menjadimanusia macam apa kita ini ? dalam konteks ini, etika berfungsi sebagaipembimbing tingkah laku manusia agar dalam mengelola kehidupan initidak sampaibersifat tragis. [16]
Menurut Magnis Suseno bahwa ada 4 fungsi etikadiantaranya : [17]
2.1      Etika dapat membantu dalam menggali rasionalitas dari moral agama,seperti mengapa Tuhan memerintahkan ini, bukan itu;
2.2      Etika membantu dalam menginterprestasikan ajaran agama yang salingbertentangan;
2.3      Etika dapat membantu menerapkan ajaran moral agama terhadapmasalah-masalah baru dalam kehidupan manusia, seperti soal bayi tabung daneutanasia, yaitu tindakan mengakhiri hidup dengan sengaja kehidupan mahkluk.
2.4      Etika dapat membantu mengadakan dialog antar agama karena etikaberdasarkan diri pada argumentasi rasional belaka dan bukan pada wahyu.

Dalam rangka menjernikan istilah etika dan etiketkerap kali kedua istilah ini dicampuradukan begitu saja padahal diantaranyasangat hakiki dimana etika disini berarti moral dan etiket berarti sopansantun. Disamping perbedaan, ada juga persamaan yakni, etika dan etiketmenyangkut perilaku manusia sehingga istilah ini hanya menyangkut perilakumanusia secara normatif. Perbedaannya adalah etiket menyangkut cara suatuperbuatan harus dilakukan manusia sedangkan etika tidak terbatas pada caradilakukan suatu perbuatan, etika memberikan norma tentang perbuatan itusendiri,etika menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh boleh dilakukanatau tidak boleh.[18]
Etiket berlaku hanya dalam pergaulan, bila tidakada orang lain hadir atau tidak ada saksi mata maka etika tidak berlakusedangkan untuk Etika tidak tergantung pada hadir tidaknya orang lain artinyatidak ada saksi mata. Etiket bersifat relatif, yang dianggap tidak sopan dalamsatu kebudayaan bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain sedangkan etikasangat absolut. [19]
Pengertian Moral memiliki arti (1) ajaran tentangbaik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak,budi pekerti, susila. (2) kondisi mental yang membuat orang tetap berani,bersemangat, bergairah, berdisiplin, isi hati atau keadaan perasaan. [20]
Beranjak dari pengertian moral diatas, padaprinsipnya moral merupakan alat penuntun, pedoman sekaligus alat kontrol yangpaling ampuh dalam mengarahkan kehidupan manusia. Seseoran gang tidakmemfungsikan dengan sempurna moral yang telah dalam diri manusia yang tepatnyaberada dalam hati, maka manusia tersebut akan menjadi manusia yang akan selalumelakukan perbuatan atau tindakan-tindakan yang sesat, dengan demikian manusiatelah merendahkan martabatnya sendiri.
Sejalan dengan pengertian moral sebagaimanatersebut di atas, Bartens sebagaimana dikutip oleh Kadir Muhammad mengatakanbahwa kata yang sama dekat denan etika adalah moral. Selanjutnya berbicaramengenai tingkah laku seseorang, maka ini pula berkaitan dengan kesadaran yangharus dijalankan oleh seseorang dalam memaknai dirinya sebagai manusia ciptaanTuhan. Oleh karena itu kata kunci dari moral terledak pada kesadasaranpengelolahan moral itu sendiri. Menurut Drijakara menegaskan bahwa kesadaranmoral [21]adalah kesadaran manusia tentang diri sendiri, didalam mana seringdilihat dengan berhadap baik dan buruk. Dalam hal ini manusia dapat membedakanantara halal dan yang haram, yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan,meskipun dapat dilakukan.

Adapun faktor penentu moralitas pada prinsipnyamanusia diciptakan Tuhan yang Maha Kuasa memiliki sifat yang baik, namun dalamperjalanan hidupnya akan mengalami suatu proses pasang surut sehingga manusiaitu akan terjerumus ke dalam perbuatan yang tidak seseuai dengan perintahTuhan. Dengan demikian manusia yang memiliki akhlak yang baik dapat dikatakanmasih memiliki moral yang baik.
Menurut Liliana Tedjosaputro membagi moralitas kedalam dua bagian yaitu moralitas dapat bersifat intrinsik dan moralitas yangbersifat ekstrinsik [22]namun disisi lain Immanuel Kant juga membedakanmoralitas menjadi dua bagian yaitu [23]; moralitas dibagi dalam dua bagianyaitu : moralitas hetronom dan moralitas otonom.
Sementara itu menurut Sumaryono mengemukakan tigafaktor penentu moralitas perbuatan manusia yaitu :
2.1      Motivasi
2.2      Tujuan akhir
2.3      Lingkungan perbuatan [24]
Dari uraian penjelasan mengenai moralitas dapatdisimpulkan bahwa moralitas pada dasarnya sama dengan moral dimana moralitassuatu perbuatan artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya.Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenandengan baik dan buruk.
Selain moral ada juga amoral dan immoral dimanamenurut istilah inggris oleh Concise Oxoford Dictionary kata amoral diterangkansebagai unconcerned with,out of the sphere of moral, non-moral, jadi kataInggris amoral berarti tidak berhubungan dengan konteks moral diluar suasanaetis, non moral. Dalam kamus yang sama immoral dijelaskan sebagai opposed tomorality, morally evil. Jadi kata inggris immoral berarti bertentangan denganmoralitas yang baik secara moral buruk tidak etis. Dalam Kamus Bahasa Indonesiayang baru tidak dimuat immoral akan tetapi dijelaskan hanyak amoral yangartinya tidak bermoral, tidak berkhlak. [25]

B.       ETIKA DAN MORAL SEBAGAI CABANG FILSAFAT
Etika adalah salah satu bagian dari cabang filsafattetapi mengenai moral sehingga juga filsafat moral. Sebagai filsafat moral.Etika menyelidiki perbuatan baik dan buruk, benar dan salah berdasarkan kodratmanusia yang diwujudkan dalam kehendaknnya. Sebagai obyek ilmu pengetahuantelaah etika adalah moral sehingga yang dimaksud denganmoral adalah keseluruhannorma yang berbentuk perintah dan larangan yang mengatur perilaku manusia danbermasyarakat dimana manusia itu berada. Sedangkan ciri moral adalahmengandalkan kesadaran manusia, manusia dibentuk oleh moral. Dimensi lain yangditelaah etika adalah kecenderungan batin sebagau sumber perbuatan dan tujuanperbuatan dengan demikian dapat diketahui keadaan moral perilakunya.
Sebagai ilmu pengetahuan filsafat moral, etikamenelaah tujuan hidup manusia yaitu, kebahagian, kebahagian dimaksud adalahkebahagian sempurna yang memuaskan manusia,baik jasmani maupun rohani daridunia samapi ke akhirat melalui kebenaran filosofis, kebahagiaan sempurnaadalah tujuan akhir manusia.
Menurut Theo Huijbers (1995) menjelaskan, filsafatadalah kegiatan intelektual yang metodis dan sistimatis, secara refleksimenangkap makna hakiki keseluruhan yang ada. Obyek filsafat bersifat universal,mencakup segala yang dialami manusia. Berpikir secara filsafat adalah mencariarti yang sebenarnya segala hal yang ada melalui pandangan cakrawala yangpaling luas. Metode pemikiran filsafat adalah refleksi atas pengalaman danpengertian tentang suatu hal tentang cakrawala yang universal. [26] Berbedadengan Theo Huijbers dari segi obyeknya, Sumaryono, (1995) menjelaskan bahwafilsafat adalah ilmu yang berfungsi sebagai interpretasi tentang hidup manusia,tugasnya ialah meniliti dan menentukan semua fakta konkret sampai pada yang palingmendasar.
Plato (427-347 SM), filsuf Yunani yang termasyhur,murid Scorates dan guru Aristoteles mengatakan bahwa filsafat itu tidaklah laindaripada pengetahuan tentang segala yang ada. Sementara itu menurut Aristoteles( 384-322 SM) seorang dari filsuf terbesar, murid Plato dan guru Raja Iskandardari Macedonia berpendapat bahwa filsafat itu menyelediki sebab dan asas segalabenda. [27]
Selain itu juga menurut Marcus Tullis Cicero(106-43 SM) politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan filsafat itu adalahpengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha mencapati yangtersebut. [28]
Menurut Immanuel Kant (1724-1804) yang disebutraksasa pikiran Barat, mengatakan bahwa filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segalapengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu :
3.1      Apakah yang dapat kita ketahui?
           (Dijawab oleh metafisika)
3.2.     Apakah yang boleh kita kerjakan?
           (Dijawab oleh etika)
3.3      Sampai dimanakah pengharapan kita?
           (Dijawab oleh agama)
3.4      Apakah yang dinamakan manusia?
           (Dijawab oleh Antropologi) [29]

Al-Farabi yang merupakan Filsuf muslim terbesarsebelum Ibn Sina berkata bahwa filsafat itu ialah pengetahuan tentang alam yangmaujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya. [30]
Harold H. Titus dalam bukunya Living Issues inPhilosophy mengemukakan empat pengertian tentang filsafat sebagai berikut :
3.1      Philosophy is an attitude toword life and the universe (Filsafat adalahsatu sikap tentang hidup dan tentang alam semesta);
3.2      Philosophy is a method of reflective thingking and reasoned inquiry(filsafat adalah satu metode pemikiran refleksi dan penyelidikan akliah)
3.3.      Philosophy is a group of problems ( filsafatadalah satu perangkat masalah)
3.4      Philosophy is a group of systems of thought (filsafat adalah satuperangkat teori atau sistem pemikiran) [31]

Walaupun tentu saja masih banyak sekali rumusan-rumusanlainnya dari para ahli  lainnya namundapat disimpulkan sebagai berikut :
3.1      Filsafat adalah ilmu istimewa yang mencoba menjawab masalah-masalah yangtidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa, karena masalah-masalahtersebut itu diluar atau diatas jangkauan pengetahuan biasa;
3.2      Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budi untuk memahamisecara radikal dan integral serta sistematik hakika sarwa yang ada yakni,hakikat Tuhan, alam semesta dan manusia [32]

Ketika membahas filsafat diketahui bahwa filsafatmencakup ilmu-ilmu khusus akan tetapi perkembangan selanjutnya ilmu-ilmu khusustersebut satu demi satu memisahkan diri dari induk filsafat. Menurut H. De. Vosdidalam E.N.S.I.E mengajukan penggolongan filsafat sebagai berikut ;Metafisika, Logika, ajaran tentang ilmu pengetahuan, filsafat alam, kebudayaan,filsafat sejarah dan etika. [33]
Aliran-aliran etika dalam filsafat adalah sebagaiberikut ; aliran etika naturalisme, hedonisme, utilitarinisme, idealisme,vitalisme dan theologis[34]
Selain aliran etika dalam filsafat juga dijelaskansistem filsafat moral dimana hakikat moral dan peranannya dalam hidup manusia.Menurut pandangan hedonisme bahwa baik secara moral dengan kesenangan tidaksaja merupakan pandangan pada permulaan sejarah filsafat tetapi kemudia harisering kembali dalam berbagai variasi. Hedonisme yang menjiwai pemikiran modernitu mengakui dimensi sosial sebagai faktor yang tidak bisa disingkirkan. Dalam duniamodern sekaran gini rupanya hedonisme masih hadir dalam bentuk yang lain,hedonisme merupakan etika emplisit yang mungkin tanpa disadari dianut olehindividu dewasa ini. Eudemonisme merupakan pandangan dari filsuf Yunani besar,Aristoteles. Dalam bukunya Ethika Nikomakheia menegaskan bahwa setiap kegiatanmanusia mengejar suatu tujuan. Bisa dikatakan juga dalam setiap perbuatan inginmencapai sesuatu yang baik bagi manusia, sering manusia mencari suatu tujuanuntuk mencapai tujuan lain lagi. Menurut Aristoteles menegaskan bahwa setiaporang mencapai tujuan terakhir dengan menjalankan fungsi yang baik. BagiAristotels ada dua macam keutamaan : yang pertama membicarakan keutamaanintelektual dan kedua adalah keutamaan moral. [35]
Aliran Utilitarisme membagi menjadi dua bagiandiantaranya utilitarisme klasik dan Utilitarisme aturan. Utilitarisme dimaksudsebagai dasar etis untuk memperbahuri khususnya hukum pidana, jadi tidak inginmenciptakan suatu teori moral yang abstrak. Tujuan hukum adalah memajukankepentingan para warga negara dan bukan melaksanakan perintah-perintah ilahiatau melindungi yang disebut hak-hak kodrat. Sedangkan Utilitarisme aturanadalah merupakan sebuah varian yang menarik dari utilitarisme, menurut RichardB. Brandt melangkah lebih jauhlagi dengan mengusulkan agar bukan aturan moralsatu demi satu, melainkan sistem aturan moral sebagai keseluruhan diuji denganprinsip kegunaan, sehingga perbuatan adalah baik secara moral, bila sesuaidengan aturan yang berfungsi dalam sistem aturan moral yang paling berguna bagisuatu     masyarakat. [36]
Dari penjelasan tersebut sehingga dapat disimpulkanbahwa aliran hedonisme adalah kodrat manusia itu selalu mencari kenikmatan ataukebahagian hidup. Perbuatan manusia dikatakan baik apabila perbuatan itumenghasilkan kenikmatan atau kebahagiaan bagi diri sendiri atau orang lain(universal), Aliran Utilitarisme berpendapat bahwa perbuatan baik apabilabermanfaat bagi manusia dan dikatakan buruk apabila menimbulkan mudharat/kerugianbagi manusia. Paham ini mengatakan bahwa orang baik adalah orang membawamanfaat, maksudnya supaya berusaha berbuat baik. Aliran Naturalisme berpendapatbahwa perbuatan manusia itu dikatakan baik apabila bersifat alami, tidakmerusak alam. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi perusak alam yangutama, sumber kesusahan orang banyak dan ini adalah buruk.
Sedangkan Aliran Vitalisme berpendapat bahwaperbuatan manusia mengacu kepada kehidupan sebagai kebaikan tertinggi.Perbuatan baik adalah perbuatan yang menambah daya hidup sedangkan perbuatanburuk adalah perbuatan yang mengurangi bahkan merusakan daya hidup. Usahasetiap manusia seharusnya bertujuan agar dapat hidup dan berkehendak untukhidup serta melenyapkan hal-hal yang merintangi kemajuan dan perkembangankehidupan. Manusia juga wajib menghormati serta meningkatkan daya hidupdimanapun terhdap makhluk lain da sekuat mungkin melawan maut.
Untuk dapat menentukan bahwa perbuatan itu adalahperbuatan moral, manusia melalui penilaian dengan menggunakan norma moral,moral adalah patokan atau ukuran manusiawi untuk mempertimbangkan perbuatanbenar atau salah, baik atau buruk, bermanfaat atau merugikan. Moralitasperbuatan ditentukan oleh motivasi, tujuan akhir dan lingkungan perbuatan itusendiri.

KESIMPULAN      
Etika adalah cabang ilmu filsafat yang membicarakannilai dan moral yang menentukan perilaku seseorang/manusia dalam hidupnya.Etika merupakan sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan normamoral yang menentukan dan terwujud dalam sikap serta pola perilaku hidupmanusia baik sebagai pribadi mapun sebagai kelompok.
Sebagai makhluk budaya manusia perlu disadari bahwayang benar, yang indah dan yang baik itu menyenangkan, membahagiakan,menenteramkan dan memuaskan manusia. Sebaliknya yang salah, yang jelek dan yangburuk itu menyengsarakan, menyusahkan, menggelisahkan dan membosankan manusia.Dari dua sisi yang bertolak belakang ini, manusia adalah sumber penentu yangmenimbang, menilai, memutuskan untuk memilih yang paling menguntungkan (nilaimoral). Dengan demikian pada kenyataanya manusia lebih cenderung  menghendaki nilai kebenaran, nilai kebaikan,nilai keindahan dikarenakan sangat berguna bagi kehidupannya daripadasebaliknya.
Untuk dapat menentukan bahwa perbuatan itu adalahmerupakan perbuatan moral yang dilakukan oleh manusia memerlukan penilaiandengan menggunakan norma moral, yakni norma karena norma adalah patokan atauukuran manusiawi untuk mempertimbangkan perbuatan benar atau salah, baik atauburuk, bermanfaat atau merugikan. Moralitas perbuatan ditentukan oleh motivasi,tujuan akhir dan lingkungan perbuatan itu sendiri.
Perbuatan manusia seutuhnya adalah perbuatan yangdilandasi oleh akal yang menyatakan benar atau salah, rasa yang menyatakan baikatau buruk dan karsa menyatakan pilihan berdasarkan kehendak bebas. Kehendakbebas adalah kesadaran dan kesadaran adalah suara hati nurani. Hati nuraniselalu menyuarakan baik, benar dan bermanfaat oleh karena itu, perbuatan yangmemenuhi ketiga unsur ini disebut perbuatan moral yaitu perbuatan yangbersumber pada hari nurani yang selalu baik, benar dan bermafaat. Perbuatanmoral mempunyai nilai  moral yaitu nilaimanusia seutuhnya. Perbuatan moral menuntun manusia menuju pada kebahagian,ketertiban, kestabilan dan kemajuan.
Kebalikan dari perbuatan moral adalah perbuatanamoral yaitu perbuatan tidak baik, tidak benar, tidak bermanfaat karena tidakmemenuhi ketiga unsur manusia seutuhnya, tidak menyuarakan hati nurani.Perbuatan amoral adalah perbuatan jahat yang tidak mempunyai nilai moral,karena perbuatan itu jahat, maka pelakunya disebut penjahat. Penjahat adalahmusuh masyarakat orang baik-baik sehingga perbuatan amoral menggiring manusia menujukesengsaraan, kekacauan, kerusakan dan kehancuran.
Manusia seutuhnya disebut juga manusiawi dimanaperbuatan manusia seutuhnya disebut perbuatan manusiawi yang mempunyai nilaimanusiawi sebaliknya perbuatan yang tidak memenuhi unsur-unsur kodrat manusiatidak baik, tidak benar, tidak bermanfaat, tidak menyuarakan hati nuranidisebut perbuatan tidak manusiawi dan tidak mempunyai nilai manusiawi.                                               

DAFTAR PUSTAKA                 
[1]. Tim Dosen Filsafat Ilmu, Fakultas FilsafatIlmu Universitas Gajahmada, Filsafat Ilmu, Liberty Yogyakarta, Januari 2010,hlm 178
[2].  AbdulkadirMuhammad, Etika Profesi Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 1              
[3]. Menurut Skolastik berbunyi sebagai berikut :Bonum Ex Integra Causa, Malum Ex Quocumque defectu artinya Untuk menjadi lebihbaik maka sesuatu hal harus sepenuhnya baik, sedikit noda saja akan menyebabkanhal tersebut menjadi tidak baik , yang dikutip E. Sumaryono, Etika Profesi Hukum, Norma-Norma dalam PenegakHukum, Kanisius, Yogyakarta, 1995,    hlm  19
[4].  Opcit.hlm 2
[5].  Konsepini dikemukakan oleh K. Bertens, Etika, Seri Filsafat Atmajaya 15 dijelaskanbahwa dalam penilaian etis pada taraf populer dapat dibedakan dalam 2 macampendekatan yakni, mengukur perbuatan dengan norma atau prinsip moral dankarakteristik sifat watak atau akhlak yang dimiliki orang tersebut atau justrutidak dimilikinya, Tradisi pemikiran filsafat moral tampak sebagai dua tipeteori etika yang berbeda, : Etika Kewajiban mempelajari prinsip-prinsip danaturan-aturan moral yang berlaku untuk perbuatan manusia selanjutnya etika inimenunjukan norma dan prinsip mana yang perlu diterapkan dalam hidup moralmanusia sedangkan Etika Keutamaan mempunyai orientasi yang lain, dimana etikaini menyoroti perbautan satu demi satu apakah sesuai atau tidak dengan normamoral akan tetapi lebih memfokuskan manusia itu sendiri sehingga etika inimempelajari keutamaan (virtue) artinya sifat watak yang dimiliki manusia, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993, hlm. 211.
[6].  KamusBesar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, Departemen Pendidikan danKebudyaan, Jakarta, 1991, hlm. 271. Bandingkan dengan W.J.S. Poerwadarminta,Kamus Umum Bahasa Indonesia, dikatakan bahwa etika adalah ilmu pengetahuantetang asas-asas moral   (akhak).
[7].  Opcit.hlm 4
[9].   Opcit. hlm 6
[10]. Ibid
[11]. Surahwardi K. Lubis, dalam Supriadi, Etikadan Tanggungjawab Profesi Hukum di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2006,hlm. 7-8
[12]. James J. Spillane SJ, dalam Surahwardi K.Lubis, Etika Profesi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1994, hlm 1
[13].  Abdullah Salim, dalam Suhrawardi K. Lubis,dijelaskan bahwa akhlak cakupannya sangat luas yaitu
a. Etos yang mengatur hubungan seseorang dengankhaliknya, al-ma’bud bi haq serta kelengkapan uluhiyah dan rubbubiyah sepertiterhadap rasul-rasul Allah, Kitabnya dan sebagainya.
b. Etis, yang mengatur sikap seseorang terhadapdirinya dan terhadap sesamanya dalam kegiatan kehidupan sehari-hari.
c.  Moral,yang mengatur hubungan dengan sesamanya tetapi berlainan jenis dan atau yangmengatur kehormatan tiap pribadi
d. Estetika, rasa keindahan yang mendorongseseorang untuk meningkatkan keadaan dirinya serta lingkungannya agar lebihindah dan menuju kesempurnaan.
[14]. Bartens, dalam Supriyadi, dijelaskan bahwapemikiran etika dapat memberikan tiga arti etika sebagai berikut :
a. Etika dipakai dalam arti nilai-nilai dannorma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok  dalam mengatur tingkah lakunya. Arti inidapat juga disebut sistem nilai dalam hidup manusia perseorangan atau hidupbermasyarakat, misalanya etika orang Jawa, Sunda dan sebagainya;
b. Etika dipakai dalam arti kumpulan asas ataunilai moral yang dimaksud disini adalah kode etik misalanya kode etikkedokteran, Advokat dan lain-lain;
c. Etika dipakai dalam arti ilmu tentang baik danyang buruk artinya etika disini sama dengan filsafat moral.
[15]. Opcit, hlm 9
[16]. Darji Darmodihardjo dan Sidharta, Pokok-PokokFilsafat Hukum, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1995, Cetakan I, hlm 237.
[17]. Magnis Suseno dalam C.S.T. Kansil danChristine T. Kansil, Pokok-pokok Etika Profesi Hukum, Pradnya Paramita,Jakarta, 1995, hlm 2
[18].  K.Bertens, Etika, Opcit, hlm 9
[19].  Ibid
[20].  KamusBesar Bahasa Indonesia, Opcit, hlm. 665
[21].  Drijakarta,dalam Supriyadi, Opcit hlm. 13
[22]. Liliana Tedjosaputro, etika Profesi danProfesi Hukum, Aneka ilmu, semarang, 2003 hlm. 7, menjelaskan moralitas kedalam dua bagian yakni;
a. Moralitas dapat bersifat intrinsik,berasal daridiri manusia itu sendiri sehingga perbuatan manusia itu baik atau burukterlepas atau tidak dipengaruhi oleh peraturan hukum yang ada. Moralitasintrinsik ini esensianya terdapat dalam perbuatan diri manusia itu sendiri.
b. Moralitas yang bersifat ekstrinsik penilaiannyadidasarkan pada peraturan hukum yang berlaku, baik yang bersifat perintah ataularangan, moralitas ini merupakan realitas bahwa manusia itu terkait padanilai-nilai atau norma-norma yang diberlakukan dalam kehidupan bersama.
[23]. Immanuel Kant, diterjemahkan Lili Tjahyadidalam Supriyadi, Opcit, hlm13-14 dijelaskan bahwa moralitas dapat dibedakanmenjadi dua bagian yaitu :
a. Moraltias hetronom merupakan sikap dimanakewajiban ditaati dan dilaksanakan bukan karena kewajiban itu sendiri,melainkan karena sesuatu yang berasal dari luar kehendak si pelaku sendiri;
b. Moralitas otonom merupakan kesadaran manusiaakan kewajiban yang ditaatinya sebagai suatu yang dikehendaknya karena diyakinisebagai hal yang baik. Didalam moralitas otonom orang mengikuti dan menerimahokum lantaran mau mencapat tujuan yang diinginkan ataupun lantaran takut padapenguasa, melainkan karena itu dijadikan kewajiban sendiri berkat nilainya yangbaik.
[24]. Sumaryono, Etika Profesi Hukum, Norma-Normabagi Penegak Hukum, Kanisius, Yogyakarta dalam Abdulkadir Muhammad, Ibid, hlm18-19, dijelaskan bahwa Motivasi adalah hal yang diinginkan oleh pelakuperbuatan dengan maksud untuk mencapai sasaran yang hendak dituju. Jadimotivasi itu dikehendaki secara sadar sehingga menentukan kadar moralitasperbuatan, sedangkan untuk tujuan akhir adalah diwujudkannya perbuatan yangdikehendaki secara bebas. Moralitas perbuatannya ada dalam kehendak perbuatanitu menjadi obyek perhatian kehendak artinyanya memang dikehendaki olehpelakunya. Selain itu juga unsur lingkungan perbuatan adalah segala sesuatuyang secara aksidental mengelilingi atau mewarnai perbuatan. Termasuk dalamperngertian lingkungan perbuatan adalah ; manusia yang terlibat, kualitas dankuantintas perbuatan, cara, waktu dan tempat dilakukannya perbuatan danfekuensi perbuatan.
[25]. K. Bertens, Etika, Opcit, hlm 7-8
[26]. Abdulkadir Muhammad, Opcit, hlm 27
[27]. Takdir Alisjahbana, Pembimbing keFilsafat;Metafisika, Jakarta, 1957, hlm. 16
[28].  H.Aboebakar Atjeh, Sejarah Filsafat Islam, Semarang, 1970, hlm. 10
[29].  AbdulHanifah, Rintisan Filsafat, 1950, hlm 16
[30]   Al-farabi, dalam H. Endang Saifuddin Anshari,Ilmu, Filsafat dan Agama, Bina Ilmu, 1987, hlm 83.
[31].  Ibid,hlm 84
[32].  Ibid,hlm 85
[33].  Ibid,hlm 93
[34].  Hasubullah Bakry, dalam H. Endang SaifuddinAnshari, ibid hlm 96 dijelaskan bahwa :
a. Aliran etika naturalisme ialah aliran yangberangapan bahwa kebahagian manusia itu didapatkan dengan menurutkan panggilannatura (fitrah) kejadian manusia sendiri.
b. Aliran etika hedonisme ialah aliran yangberpendapat bahwa perbuatan susila itu ialah perbuatan yang menimbulkan hedone(kenikmatan dan kelesatan)
c. Aliran etika idealisme ialah aliran yangberpendirian bahwa perbuatan manusia janganlah terikat pada sebab musabablahir, tetapi haruslah berdasarkan pada prinsip kerohanian (idea) yang lebihtinggi
d. Aliran etika vitalisme ialah aliran yang menilaibaik buruknya perbuatan manusia itu sebagai ukuran ada tidaknya daya hidup(vital) yang maksimum mengendalikan perbuatan itu.
e. Aliran etika theologis ialah aliran yangberkeyakinan bahwa ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia itu dinilaidengan sesuai dan tidak sesuainya dengan perintah Tuhan (Theos – Tuhan).
[35]. K. Bertens, Etika, Opcit, hlm 242-243dijelaskan bahwa Keutamaan intelektual menyempurnakan langsung rasio itusendiri sedangkan keutamaan moral rasio menjalankan pilihan – pilihan yangperlu diadakan dalam hidup sehari-hari.
[36]. Ibid, hlm 246-253

(Di salin dari: R. Herman Katimin )