Minggu, 28 September 2014

Kegiatan Merangkum Pada Pembelajaran Fisika

Tugas Merangkum Pada Pembelajaran Fisika
Oleh : Andy Kurniawan


Abstrak
            Kegiatan interaksi pembelajaran fisika harus selalu ditingkatkan efektifitas dan efesiensinya. Untuk itu guru fusuka perlu menggunakan berbagai teknik penyajian atau yang biasa disebut dengan metode mengajar agar para siswanya dapat belajar secara efektifdan efesien, mengena pada tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah satu metode mengajar yang dapat dilakukan oleh guru fisika adalah dengan pemberian tugas merangkum kepada siswa. Dengan pemberian tugas merangkum ini diharapkan siswa akan dapat lebih aktif dalam belajar dan lebih termotivasi untuk meningkatkan belajar yang lebh baik karena siswa diberikan kesempatan untuk belajar mandiri guna mengembangkan segenap potensi yang ada dalam dirinya. Selain itu  pemberian tugas merangkum ini diharapkan akan memiliki hasil belajar yang lebih mantap.

Kata kunci : Merangkum, pembelajaran, fisika


Pendahuluan
            Pada hakikatnya peristiwa pembelajaran merupakan satu proses komunikasi yang melibatkan kurikulum sebagai pesan, guru sebagai komunikator , dan siswa sebagai komunikan dan berbagai bentuk objek serta aktivitas sebagai media.
            Tirik berat tugas dalam proses pembelajaran masih berada di pundak guru. Hal ini antara lain disebabkan masih sederhana dan terbatasnya kondisi yang ada. Untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar, guru harus memilih pola kegiatan belajar mengajar yang dapat menciptakan situasi pembelajaran yang memungkinkan untuk terjadinya interaksi pembelajaran. Dengan adanya interaksi pembelajaran yang baik memungkinkan materi pelajaran yang sulit dapat dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
            Kenyataan yang ada di Indonesia saat ini sebagian besar pengajaran di sekolah diberikan secara klasikal. Metode yang paling banyak digunakan oleh guru dalam mengajar dan yang dianggapo palong tepat dan efesien adalah metode ceramah. IL. Pasaribu dan IB. Simanjuntak (1983: 29) mengatakan bahwa cara ini memang sangat baik untuk menyajikan informasi secara lisan tentang informasi suatu mata pelajaran.
            Pada dasarnya belajara merupakan peristiwa yang bersifa individual, yaitu  peristiwa terjadinya perubahan tingkah laku sebagai dampak dari pengalaman individu. Pengalaman individu ini dpat berupa situasi belajar yang sengaja diciptakan oleh orang lain di luar individu, yang dalam hal ini adalah guru sebagai perancang proses belajar mengajar. Oleh karena itu guru sebagai pengajar hendaknya dapat juga menerapkan pengajaran yang bersifat individual. Yang dapat dilakukan olelh gureu dalam hal ini adalah pemberian tugas (Hamalik, 1992: 167). Sedangkan bentuk tugas tersebut menurut Djamarah (2002: 173) dapat berupa membuat rangkuman suatu bahan pelajaran.
            Dengan memberikan tugas merangkum maka siswa berkesempatan untuk mengembangkan kreativitasnya (Djamarah. 2002: 98), membiasakan siswa untu berpikir (Roestiyah NK, 1989: 75). Dengan demikian diharapkan nantinya pelajaran yang telah dipelajarinya dapat dikuasainya dengan baik dan hasilnya dapat lebioh tahan lama melekat dalam benak siswa sehingga hasil belajarnyapun diharapkan dapat meningkat.
           
Pengertian Merangkum
Hampir sebagian besar kegiatan pembelajaran dilakukan dengan membaca, oleh karena itu agar dapat belajar dengan baik maka harus dapat membaca dengan baik pula. Dalam Belajar Dan Faktor-faktorYang Mempengaruhinya, Slameo (1995: 84) menyaakan bahwa salah satu metode membaca yang baik dan banyak digunakan untuk belajar adalah belajar untuk SQR4 (Survey, Question, Read, Recie, Write, & Review). Maksudnya sebelum membaca perlu ditinjau/diselidiki terlebih dahulu gambar/garis besar bab/buku yang akan dibaca. Seelah iu mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan is bab/buku itu, kemudian baru mambaca. Selanjunya menghafal pokok-pokok pentingnya dan mencata pokok-pokok penting itu untuk membuat ringkasan atau kesimpulan tentang apa yang sudah dipelajarai atau dengan menuliskan jawaban-jawaban dari pertanyaan yang dibuat sendiri atau yang sudah ada di dalam buku. Kegiatan terakhir adalah mengulag atau mengingat kembali semua bahan yang sudah dipelajari.
Tetapi mungkin juga bagian-bagian tertentu perlu diinga sampai hal-hal yang sekecil-kecilnya. Dalam hal ini Dorothy H. Keither mengemukakan bahwa membaca yang efesien mengharuskan siswa membaca denagn perlahan-lahan untuk mendapakan gambaran yang lengkap tentang ide-ide yang harus dipelajari, kemudian harus dicatat detilnya. Dalam mencatat ini tidak diperlukan kalimat yang lengkap melainkan hanya garis besarnya saja (Kartono, 1995: 59).
Membaca buku bukanlah hanya untuk mengetahui kata-katanya saja, tetapi juga mengharuskan  pembaca mengikuti jalan pikiran si pengarang buku. Salah satu cara belajar yang baik seperti yang dikemukakan oleh Nasution (1995: 55-56) yaitu jangan membaca belaka, tetapi juga harus mengungkapkan kembali apa saja yang telah dibaca dengan menggunakan kalimat sendiri. Beberapa saran untuk mempertinggi efesiensi membaca yaitu :
a.       Baca suatu pelajaran denngan cepat untuk mengetahui garis besarnya.
b.      Baca lebih lambat untuk kedua kalinya guna membahas bagian-bagiannya serta menyelidiki hubungannya dengan keseluruhan. Catat hal-hal yang pokok.
c.       Ulangi dan camkan apa yang telah dibaca.
d.      Buat rangkuman.
Dalam Rahasia Sukses Belajar, Djamarah (2002: 97-107) menguraikan beberapa kiat belajar di sekolah, antara lain membuat cataan mengenai hal-hal penting dari penjelasan guru, memanfaatkan perpustakaan sekolah.
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa merangkum adalah suau upaya meringkas atau mengurutkan hal;-hal penting dari suatu pokok bahasan yang dibahas oleh guru dalam proses pembelajaran. Dilihat dari sudut materi, bahwa materi yang dirangkum oleh siswa sama dengan materi yang dibahas oleh guru. Sedangkan dari segi uraian pembahasannya, bahwa rangkuman siswa jauh lebih sedikit atau lebih ringkas dibandingkan dengan uraian yang dibahas oleh guru.
Kegiatan merangkum ini dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu :
1.      Merangkum melalui proses pembelajaran dengan pokok bahasan yang dijelaskan oleh guru.
2.      Merangkum melalui tugas membaca buku acuan dengan pokok bahasan yang ditetapkan oleh guru.
3.      Merangkum melalui pengamaan fakta aau eksperimen, melihat fenomena riil yang harus ditulis sesuai dengan pokok bahasan yang ditetapkan oleh guru.
Unsur-unsur yang diperlukan dalam merangkum adalah sebagai berikut :
1.      Mengenal judul pokok bahasan.
2.      Mengetahui urutan materi atau pokok bahasan.
3.      Mengetahui inti dari pokok bahasan.
4.      Memahami istilah, definisi, simbol, satuan dan dimensi.
5.      Menuliskan dalam bentuk tugas rangkuman dan diserahkan pada guru.

Peranan Merangkum Dalam Proses Pembelajaran
 Teori belajar psikologi daya menyatakan bahwa otak manusia terdiri atas berbagai kemampuan yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu, seperti mengamati, menanggapi, mengingat, berpikir. IL. Pasaribu dan B. Simanjuntak (1983: 93) mengatakan bahwa bagian-bagian tersebut dapat ditingkatkan kemampuannya melalui latihan. Sedangkan menurut Djamarah (2002: 173) latihan tersebut dapat berupa membuat rangkukman.
Dalam Psikologi Pendidikan, Suryabrata (1986: 44-46) menyatakan bahwa berfungsinya ingatan karena dipengaruhi oleh tiga aspek, yaitu mencamkan, menyimpan kesan-kesan, dan mereproduksi kesan-kesan. Aktifitas mencamkan yang dilakukan dengan sengaja disebut menghafal. Adapun salah sau faktor yang dapat mempertinggi pencaman adalah penggolongan kesatuan dalam ruang. Prinsip inilah yang mendasari penggunaan bagan, tabel, ikhtisar (rangkuman).
Selanjutnya mengenai kemampuan berpikir, Suryabrata (1986: 55-57) mengemukakan bahwa proses berpikir itu ada tiga langkah, yaitu :
1.      Pembentukan pengertian.
2.      Pembentukan pendapat.
3.      Penarikan kesimpulan. 
Penarikan kesimpulan untuk menyatakan pendapat merupakan hasil perbuaan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Dan lathan yang dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir antara lain adalah membuat diagram atau ikhtisar (rangkkuman) (Suryabrata, 1986: 66).
Belajar dapat dkatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan, menata, menempatkan bagian-bagian pelajaran ke dalam satu kesatuan pengertian. Hal semacam ini dapat membuat siswa yang belajar akan lebih mengerti dan lebih jelas, serta memahami bahan pelajaran tersebut. Memahami tidak hanya sekedar tahu, akan tetapi juga menghendaki agar subjek belajar dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah dipahami itu.
Pemahaman akan selalu mengelami perkembangan, sehingga diharapkan pemahaman itu akan bersifat kreatif. Dan jika siswa memahaminya maka siswa akan memberikan jawaban yang pasti atas berbagai masalah dalam belajar (Sardiman AM, 1992: 43).
Proses pemahaman siswa ini dapat terbantu dengan mengadakan pengulagan kembali bahan pelajaran dan latihan sehingga dapat menimbulkan daya kreatif siswa. Menngenai kreativitas siswa, Sund mengemukakan beberapa ciri  potensi kreatif individu, antara lain adalah memiliki latar belakang membaca yang cukup luas dan kemampuan membuat analisis dan sistesis (Slameto, 195: 16-17).
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru hendaknya dapat memadukan pembelajaran klasikal dan belajar mandiri. Belajar mandiri merupakan ajang pelatihan bagi siswa untuk bekerja sendiri meningkatkan kemampuan dan penguasaan terhadap bahan pelajaran. Cara yang dapat digunakan oleh guru agar siswa dapat belajar mandiri adalah pemberian tugas merangkum kepada siswa. Adapun peranan merangkum dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
1.      Supaya siswa mengulangi kembali materi pelajaran yang telah diterimanya di kelas. Dengan demikian proses pemahamanya dapat berkembang sesuai dengan perkembangan pemikiran siswa itu sendiri.
2.      Agar siswa membaca buku acuan yang berhubungan dengan materi yang dibahas. Karena sebagian besar proses belajar dlakukan dengan membaca.
3.      Agar siswa dapat membuat suatu kesimpulan dari materi yang telah dipelajarinya  dan mampu menyatakan kembali dengan menggunakan kalimatnya sendiri.
4.      Agar siswa dapat memecahkan persoalan yang dihadapinya.
5.      Agar siswa dapat bertukar hasil pemikiran dengan sesama temannya.
Sedangkan keunggulan dari tugas merangkum adalah sebagai berikut :
1.      Dapat mempertinggi proses pencaman siswa terhadap suatu materi pelajaran.
2.      Membantu mengembangkan proses berpikir siswa.
3.      Dapat meningkatkan pemahama siswa terhadap suatu materi pelajaran.
4.      Meningkatkan kemampuan membaca siswa.
5.      Melatih siswa untuk mengutarakan pendapat dengan menarik kesmpulan dari materi yang sedang dipelajari.
6.      Menimbulkan daya kreativ siswa.
Adapun kelamahan dari tugas merangkkum ini adalah sebagai berikut :
1.      Banyak menghabiskan waktu, baik itu membaca, mangamati, dan menyimpulkannya.
2.      Tugas-tugas siswa menjadi bertambah.
3.      Kadang-kadang siswa hanya menyalin hasil kerja temannya.
4.      Jika tugas itu dianggap siswa terlalu berat dapat menurunkan motivasi siswa untuk belajar.

Tujuan Merangkum
Setiap saat dalam kehidupan individu selalu terjadi satu proses pembelajaran, baik yang dilakukan dengan sengaja maupun yang dilakukan secara tidak sengaja, yang disadari maupun yang tidak disadari. Dari proses pembelajaran tersebut akan diperoleh suatu hasil yang disebut dengan tujuan pembelajaran atau hasil pembelajaran yang biasa disingkat dengan hasil belajar. Agar diperoleh hasil yang optimal maka proses pembelajaran harus dilakukan secara sadar dan disengaja serta terorganisir secara baik. Oleh karena merangkum ini merupakan suatu cara belajar maka dengan demikian tujuan merangkumpun sama dengan tujuan belajar.
Dalam Motivasi dan Interaksi Belajar Mengajar, Sardiman AM (192: 28-29) mengemukakan tiga tujuan belajar, yaitu :
1.      Untuk mendapatkan pengetahuan.
Tujuan ini memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya dalam kegiatan belajar. Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir dan pemilikan pengetahuan. Kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Cara yang dapat digunakan untuk kepentingan tujuan ini umumnya dilakukan dengan model ceramah dan pemberian tugas-ugas bacaan. Dengan demikian diharapkan akan menambah pengetahuan siswa dan sekaligus siswa akan mencarinya sendiri untuk mengembangkan cara berpikir dalam rangka memperkaya pengetahuannya.

2.      Penanamman konsep dan keterampilan.
Penanaman / merumuskan konsep memerlukan suatu keterampilan, baik yang bersifat jasmani maupun yang bersifat rohani. Keterampilan rohani menyangkut penghayatan, keterampilan berpikir dan kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan satu masalah. Konsep keerampilan ini dalat ditingkatkan dengan banyak melatih kemampuan seperti mengungkapkan secara lisan maupun tulisan dan bukan hanya sekedar menghafal.

3.      Pembentukan sikap.
Dalam menumbuhkan sikap mental, psikologi dan pribadi siswa dibutuhkan kecakapan mengerahkan motivasi dan berpikir dengan menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai model atau contoh.

Proses belajar merupakakn perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Proses belajar terjadi jika seseorang menunjukkan tingkah laku yang berbeda. Perubahan tingkah laku ini menurut Bloomdalam WS. Winkel (2002: 245) meliputi tiga ranah, yaitu :
a.       Ranah kognitif (cognitive doman), meliputi :
  1. Pengetahuan (knowledge)
  2. Pemahaman (comprehension)
  3. Penerapan (application)
  4. Analisis (analysis)
  5. Sintesis (synthesis)
  6. Evaluasi (evaluation)

b.      Ranah afektif (affecive doman), meliputi :
  1. Penerimaan (receiving)
  2. Partisipasi (responding)
  3. Penilaian/penenuan sikap (valuing)
  4. Organisasi (organization)
  5. Pembentukan pola hidup (characterization by value or value complex)

c.       Ranah psikomotorik (psychomotoric doman), meliputi :
  1. Persepsi (perception)
  2. Kesiapan (set)
  3. Gerakan terbimbing (guide response)
  4. Gerakan yang terbiasa (mechanical response)
  5. Gerakan yang kompleks (complex response)
  6. Penyesuaian pola gerakan (adjustment)
  7. Kreativitas (creativity)

Kemampuan inelektual seorang siswa diharapkan dapat berbuat lebih dari hanya sekedar mengingat atau menghafal. Dan seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa merangkum dapat dikatakan menuliskan kembali hal-hal penting dari suatu pokok bahasan yang sedang dibahas oleh guru ataupun melalui bacaan yang salah satu gunanya untuk meingkatkan pemahaman terhadap suatu materi pelajaran. Khusus mengenai pemahaman ini Winataputra dan Rosita (1994: 181-182) mengemukakan “…Pemahaman berarti bahwa siswa mampu memahami (mengartikan) apa yang sedang dikomunkasikan kepadanya dan dapat mempergunakan materi yang dikomunikasikan tadi tanpa perlu menghubungkannya dengan materi lain”.
Selanjutnya dikemukakan pula bahwa ada tiga kegiatan yang dijadikan petunjuk terjadinya pemahaman, yaitu penerjemahan, penafsiran, dan ekstrapolasi. Penerjemahan terjadi apabila seorang siswa dapat mengubah bentuk komunikasi dari materi yang diberikan padanya dengan tidak mengubah makna komunikasi tersebut.
Kegiatan penafsiran terjadi apabila siswa dapat menjelaskan atau menarik kesimpulan dari materi yang diberikan padanya, tetapi materi yang diberikan iu bukanlah maeri yang telah dipelajari sebelumya. Sedangkan ekstrapolasi terjadi apabila siswa dapat menarik kesimpulan dari komunikasi yang diberikan padanya.

Tugas Merangkum Sebagai Alat Motivasi Dalam Proses Pembelajaran
Motivasi berpangkal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan (Sardiman AM, 1992: 101). Sedangkan menuru Mc Donald, ”Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya felling dan didahului dengan tanggapan terhadapp adanya tujuan” (Sardiman, 1992: 73).
Dalam kegiaan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjaminkelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.
Motivasi selalu berkaitan dengan soal kebutuhan. Menurut Morgan seperti yang dikutip oleh Sardiman AM (1992: 78), ada beberapa jenis kebutuhan misalnya kebutuhan untuk melakukan suatu aktivitas, kebutuhan untuk menyenangkan orang lain, kebutuhan untuk mencapai hasil, kebutuhan untuk mengatasi kesulitan.
Selajutnya Sardiman Am (1992: 81) mengemukakan beberapa ciri tentang motivasi, antara lain tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap berbagai macam masalah, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas rutin/mekanis, dapat mempertahankan pendapatnya, senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Di dalam kegiata pembelajaran peranan motivasi baik intrnsik maupun ekstrinsk sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan siswa yang datang ke sekolah memiliki berbagai pemahaman tentang dirinya dan pemahaman tentang kemampuan mereka sendiri. Namun walaupun demikian guru dapat mempengaruhi gambaran siswa tentang dirinya itu dengan maksud agar tercapai gambaran diri mereka yang lebih positif dengan memberikan rangsangan-rangsangan tertentu agar tumbuh motivasi dalam diri siswa itu sendiri. Dengan adanya motvasi ini, maka setiap siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatf, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Sardiman Am (192: 91-94) mengemukakan beberapa bentuk dan cara untuk memotivasi dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, antara lain memberi angka, hadiah, persaingan/kompetisi, ego-involvemet, memberi ulangan, menngetahui hasil, memberi pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat, dan tujuan yang diakui.
Semua motif memberikan dorongan yang kuat terhadap belajar. Dorongan untuk berkembang itu dapat dinyatakan dengan kegiatan sendiri terhadap materi pelajaran melalui proses pembelajaran yang menarik. Keberhasilan proses  pembelajaran ergantung pada usaha guru untuk dapat membangkitkan motovasi pada siswanya untuk belajar. Jika minat siswa dapar dibangkitkan, kemudian seluruh perhatianya dapat dipusatkan kepada materi pelajaran yang diberikan oleh guru, maka kelas akan menjadi tenang dan kondusif. Dengan demikian proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, materi pelajaran akan mudah diterima dan dimengerti oleh siswa untuk selajutnya akan disimpan dan diingatnya, dan kemudian pada waktunya nanti akan mudah disimak dan dimunculkan kembali.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran motivasi berfungsi sebagai pendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, untuk mencapai tujuan, dan menyeleksi perbuatan mana yang harus dilakukan guna mencapai tujuan tadi. Selain itu motivasi juga berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.
Sehubungan dengan motovasi ini, Djamarah (2002: 83) mengemukakan bahwa penggunaan metode mengajar yang tepat dan bervariasi merupakan alat motivasi ekstrinsik dalam proses pembelajaran. Dan salah satu metode mengajar yang dapat digunakan adalah pemberian tugas merangkum kepada siswa. Pemberian tugas merangkum kepada siswa ini juga berkaitan dengan kebutuhan untuk melakukan aktivitas, dan untuk mencapai hasil seperti yang telah dikemukan pada uraian sebelumnya. Disamping itu dengan pemberian tugas merangkum ini diharapkan siswa memiliki motovasi yang kuat untuk belajar. Dan apabila siswa telah memiliki ciri-ciri tentang motivasi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka diharapkan hasil belajarnyapun akan menjadi lebih baik.

Belajar Fisika
Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (Soetarmo, 1986 :1). Brockhaus berpendapat bahwa ”Fisika adalah pelajaran tenang kejadian dalam alam yang memungkinkan penelitian dan percobaan, pengukuran yang didapat, penyajian secara matematis dan berdasarkan peraturan-peraturan umum”. Sedangkan Gerhsen berpendapat bahwa ” Fisika adalalh suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam sesederhana-sesederhananya dan berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataannya...” (Druxes, 1983: 1). Kertiasa (1985: 1) berpendapat bahwa ”...Bidang garapan fisika adalah zat dan energi. Jadi dapat dikatakan bahwa fisika adalah ilmu tentang zat dan energi”.
Belajar fisika lebih banyak memerlukan pemahaman daripada penghapalan. Dalam Sumber-sumber Ilmu Pengeahuan Alam (UNESCO, 1965: vii) dikatakan bahwa keberhasilan belajar fisika terleak pada kemampuan memahami tiga hal pokok fisika, yaitu konsep, hukum, dan teori. Pemahaman terhadap tiga hal pokok itu ditunjukkan melalui kemampuan menerapkan berbagai hasil pokok tersebut.
Belajar fisika itu bukanlah hanya sekedar mendengarkan hal yang sedang dipelajari, tetapi juga bertindak terhadap hal yang sedang dipelajari itu. Seperti mengamati, melakukan percobaan, membaca, membuat catatan, mengerjakan latihan. Dalam Sumber-sumber Ilmu Pengeahuan Alam (UNESCO, 1965: 25-29) dikemukakan beberapa cara mempelajari IPA, yaitu eksperimen, membaca, mengamati, karya wiwsata, dan menggunakan alat-alat visual. Selain dari cara-cara yang telah dikemukakan itu, menurut Amien (1987: 101) kegiatan belajar IPA juga dapat dilakukan dengan cara diskusi, tanya jawab, seminar, demontrasi, pemecahan masalah.
Mengembangkan kecakapan membaca dapat sejalan dengan mempelajari IPA. Karena dengan membaca, maka materi pelajaran dapat dikuasai dengan lebih baik. Dan dengan membaca juga akan diperoleh keterangan yang lebih banyak mengenai hal yang berhubungan dengan materi yang sedang dipelajari itu. Namun sebelum membaca hendaklah ditetapkan terlebih dahulu tujuan, kemudian membaca bagian-bagian yang penting, dan coba memahami hal yang sedang dibaca itu. Selain iu perlu juga membuat catatan-catatan mengenai apa yang sedang dibaca itu (UNESCO, 1965: 25).

Faktor-faktor Yang Mempengaruhui Belajar Fisika
Belajar merupakan proses untuk mengubah tingkah laku siswa. Dalam proses belajar ini banyak faktor yang mempegaruhinya. Sri Rahayu dalam Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi (1995: 63-69) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu secara umum ke dalam dua golongan, yaitu :
A.     Faktor endogin
Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa, yang terdiri atas :
  1. Faktor biologis
  2. Faktor psikologis
B.     Faktor eksogin
Yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa. Dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu :
  1. Faktor keluarga
  2. Faktor sekolah
  3. Faktor masyarakat
Sedangkan homas F. Staton dalam Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Sardiman AM, 1992: 39-44) menguraikan enam macam faktor pskologis dalam belajar, yaitu motivasi, konsentrasi, reaksi, organisasi, pemahaman, dan ulangan. Ada juga yang menggolongkan faktor psikologis dalam belajar itu menjadi delapan macam, yaitu perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berpikir, bakat, motif (Sardiman AM, 1992: 39-44).
Khusus belajar fisika, seperi yang diuraikan oleh Amien (1987: 99-100) bahwa salah satu metode yang sering dipakai dalam mengajar IPA adalah belajar mandiri, dan Djamarah (2002: 40-46) mengemukakan bahwa kiat belajar sendiri itu anara lain harus mempunyai fasilitas belajar, mempunyai waktu belajar, membaca buku, membuat rangkuman, memanfaatkan perpustakaan.
Sebelumnya telah diuraian mengenai beberapa cara mempelajari IPA, seperti eksperimen, membaca, karya wisata, dan menggunakan alat-alat visual. Untuk dapat melaksanakan eksperimen tentunya harus tersedia peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk eksperimen tersebut. Demikian pula halnya dengan penggunaan alat-alat visual. Selanjunya agar dapat membaca dengan baik diperlukan segala fasilitasnya antara lain buku pelajaran. Buku pelajaran ini merupakan penunjuk jalan dalam mempelajari IPA, baik itu melalui bimbingan guru maupun belajar sendiri (UNESCO, 1965: 29). Dengan adanya buku pelajaran, segala hal yang telah dijelaskan oleh guru dapat dipelajari kembali sehingga materi pelajaran dapat dipahami dengan lebih luas dan mendalam.
Kesemua fasilitas belajar seperti yang telah disebutkan itu menyangkut kemampuan sekolah untuk menyediakan sarananya, seperti laboratorium dan perpustakaan. Juga menyangkut kondisi ekonomi orang tua siswa untuk dapat menyediakan dan melengkapi segala kebutuhan belajar anaknya.
Selain daripada itu, dalam belajar sangat diperlukan kosentrasi. Mengenai hal ini Abu Ahmadi dalam Djamarah (2002:17-18) mengemukakan beberapa cara untuk meningkatkan konsentrasi dalam belajar, antara lain harus berminat terhadap pelajaran, harus mempunyai ruang khusus untuk belajar, mempunyai meja belajar dan perlengkapan belajar, mencatat bagian-bagian penting dari hal yang dipelajari.
Selanjunya seperti yang telah dikemukakan oleh Brockhous (Druxes, 1983: 3) bahwa fisika disajikan secara matematis. Arinya persamaan matematis mengisi seluruh bidang fisika. Hal ini menjadi ciri khas bagi fisika. Abdulah Aly dan Eny Rahma (1994: 23-30) menyatakan bahwa matematika memberikan ciri khas tersendiri pada IPA yang disebut dengan bahasa matematika yang sangat berguna bagi peningkatan daya abstraksi otak manusia. Matematika juga berperan sebagai faktor penunjang untuk memahami alam semesta dan dapat menjelaskan sesuatu yang tidak dapat dijangkau oleh pengalaman empirik. Weizacker mengatakan bahwa ”Matematika terbukti sebagai alat yang paling berguna untuk menjelaskan alam...” (Druxes, 1983: 42). Karena demikian eratnya hubungan antara fisika dan matematika, maka Druxes (1983: 43) berpendapat bahwa sebagian pelajar tidak menguasai materi fisika karena mereka tidak memahami matematika.
Druxes (1983: 62) menyatakan bahwa fisika memilliki struktur operatif-formal. Dan menurut RD. Wilis (1989: 155-156) tingkat operatif formal ini ditandai dengan adanya :
1.      Berpikir hipotesis-deduktif
2.      Berpikir proporsional
3.      Berpikir kombinatorial
4.      Berpikir refleksif
Sedangkan Abdullah Aly dan Eny Rahma (1984: 7-13) berpendapat bahwa perlu adanya berpikir deduktif dan berpikir induktif dalam IPA.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa belajar fisika dipengaruhi oleh berbagai faktor. Secara umum faktor tersebut adalah faktor endogin dan faktor eksogin. Sedangkan secara khusus faktor yang mempengaruhi belajar fisika itu adalah sebagai berikut :
1.      Memiliki sarana belajar yang memadai
2.      Tersedianya buku pelajaran fisika dan buku-buku lain yang mendukung
3.      Memiliki kemampuan membaca yang baik
4.      Memiliki minat yang besar terhadap pelajaran fisika
5.      Memiliki motivasi yang kuat untuk belajar fisika
6.      Pemusatan perhatian terhadap materi pelajaran fisika
7.      Tekun dalam menghadapi tugas-tugas fisika
8.      Ulet dalam menghadapi kesulitan dalam belajar fisika
9.      Senang mencari dan menyelesaikan soal-soal fisika
10.  Dorongan dari orang tua
11.  Memiliki peralaan dan bahan praktikum yang memadai di sekolah
12.  Perpustakaan yang lengkap
13.  Kemampuan berpikir deduktif dan berpikir induktif
14.  Kemampuan berpikir hipoesis-deduktif
15.  Kemampuan berpikir proporsional
16.  Kemampuan berpikir kombinatorial
17.  Kemampuan berpikir releksif

Merangkum Pada Pembelajaran Fisika
Pemberian tugas merangkum pada siswa pada pelajaran fisika dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Hal ini disebabkan siswa diberi kesempatan untuk belajar mandiri guna mendalami situasi atau pengalaman yang berbeda, melakukan latihan-latihan, mengambangkan kreativitas berpikirnya. Dengan demikian hasil belajarnya akan lebh tahan lama melekat di dalam benaknya, sehingga akan lebih mudah direproduksi kembali pada saat diperlukan oleh siswa.
Seperti yang diungkapkan oleh Roestiyah NK (1998: 133-135) bahwa tujuan pemberian tugas kepada siswa agar siswa memilki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa belajar sendiri, melakukan latihan sendiri. Dengan demikian pengalamannya dalam mempelajari sesuatu akan menjadi lebih terintegrasi. Disamping itu melalui tugas merangkum ini dimaksudkan agar siswa memperoleh pengetahuan secara mendalam, memperluas dan memperkaya pengetahuan serta kemampuannya. Melalui tugas merangkum ini siswa juga akan memiliki kesempatan untuk membandingkan hasil uraiannya dengan teman-emannya dan sekaligus dapat mempelajari hasil uraian teman-temannya. Karena siswa mendalami dan mengalami sendiri pengeahuan yang dicarinya, maka hasil belajarnyapun akan lebih bertahan lama dalam jiwanya.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumya bahwa motivasi sangat diperlukan dalam belajar. Hasil belajar akan optimal apabila disertai dengan motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran, maka akan semakin berhasil pula kegiatan pembelajaran itu.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka dengan memberikan tugas merangkum kepada siswa dalam pembelajaran fisika berarti guru telash memberikan motivasi kepada siswanya untuk belajar, untuk terlilbat aktif dalam proses pembelajaran fisika, dan merangsang kreativitas berfikir siswa serta mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran akan mengakibatkan pelajaran menjadi lebih menarik dan lebih berarti bagi siswa. Sehingga pemahamannya terhadap materi pelajaran tersebut akan menjadi lebih baik pula.
Hal yang dikemukakan di atas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Djamarah (2002: 83) bahwa penggunaan metode mengajar yang tepat dan bervariasi merupakan alat motivasi ekstrinsik dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan teknik-teknik mengajar yang variatif akan sangat efektif dalam memotivasi siswa untuk belajar. Dan apabila guru dalam proses pembelajaran hanya menggunakan satu metode saja secara monoton, maka cenderung akan mengakibatkan rasa bosan dalam diri siswa.
Dengan adanya usaha yang tekun dan ulet, serta didasarkan atas motivasi yang kuat, maka siswa yang belajar akan dapat melahirkan hasil belajar yang baik pula. Inensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian hasil belajarnya.
Keberhasilan proses pembelajaran juga tergantung pada usaha guru untuk dapat membagkitkan minat belajar siswanya. Apabila minat belajar siswa dapat dibangkitkan, kemudian seluruh perhatianya dapat dipusatkan kepada maeri pelajaran yang diberikan oleh guru, maka keadaan kelas akan menjadi kondusif. Dengan demikian proses pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan efesien, materi pelajaran akan mudah dierima dan dimengerti oleh siswa. Dan selanjutnya akan mudsah disimpan dan diingat oleh siswa, dan pada waktunya nanti akan mudah pula untuk disimak dan diungkapkan kembali oleh siswa.
Pemusatan perhatian sangat penting artinya bagi siswa. Siswa menjadi erlatih untuk memusatan perhatiannya, tidak semata-mata pada hal yang digemarinya saja melainkan juga terhadap objek yang tidak menarik perhatiannya. Dengan demikian berarti siswa harus memaksakan drinya untuk mengerahkan segenap kemampuannya guna memberikan perhatian pada pelajaran, hal ini juga memiliki makna bahwa siswa harus memperkeras kemauannya untuk belajar.
Selanjunya Mohammad Aly (1984: 49) menyaakan bahwa ”...hasil belajar iu dapat dicapai melalui proses belajar yang bersifat aktif”. Hal ini menuntut lebih banyak keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran Rousseau (Sardiman AM, 1990: 96) menjelaskan bahwa ”...pengetahuan harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, dengan bekerja sendiri dengan fasilitas yang dibuat sendiri...”. Sedangkan Montesori (Sardiman AM, 1990: 95) menegaskan bahwa ”...anak-anak memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri, membentuk sendiri. Pendidik berperan sebagai pembimbing dan mengamati bagaimana perkembangan anak didiknya”. Dengan perkaaan lain bahwa siswa itu sendiri yang seharusnya lebih banyak melakukan aktivitas dalam proses pembelajaran. Sedangkan guru hanya membimbing, merencanakan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa, dan medorong siswa agar mau melaksanakan seluruh kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan pemberian tugas merangkum, siswa akan mengerahkan segenap kemampuan dasar yang telah dimilikinya untuk berkembang menurut kemampuannya masing-masing guna memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Apalagi jika dalam melaksanakkan tugas tersebut didukung oleh minat dan perhatian yang tinggi sehingga dapat menimbulkan motivasi intrinsik bagi dirinya sendiri. Adanya motivasi yang kuat dalam belajar akan dapat melahirkan hasil belajar yang baik. Dengan kata lan bahwa adanya usaha yang tekun dan terutama didasarkan pada motivasi maka seorang saiswa yang belajar akan mendapatkan hasil belajar yang baik.Akan tetapi perlu juga diinga bahwa intensitas motivasi setiap siswa tidaklah sama sehingga akan menentukan tingkat pencapaian hasil belajarnya. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, baik itu faktor yang berasal dari dalam diri siswa maupun faktor yang berasal dari luar diri siswa.
Juga perlu diketahui bahwa teknik pemberian tugas merangkum ini tidak luput dari berbagai kelemahan. Seperti adanya siswa yang hanya menjiplak hasil kerja temannya, kurangnya sarana bagi siswa untuk melaksanakan tugas merangkum. Apalagi bila tugas merangkum dalam pembelajaran fisika ini baru pertama kali diberikan kepada siswa,tentunya siswa masih akan banyak tanya dan bingung mengenai apa yang harus mereka rangkum. Untuk itu guru harus memberikan penjelasan yang terperinci mengenai kegiatan yang akan dilakkan siswa sehubungan dengan tugas merangkum yang mereka terima. Mungkin perlu juga bagi guru untuk membuatkan satu contoh rangkuman dari meteri pelajaran sebelumnya.

Penutup
            Hasil belajar fisika ialah segala sesuatu yang dimiliki siswa sebagai akibat dari kegiatann yang dilakukan dalam proses pembelajaran fisika. Hasil belajar fisika tidak dapat dipisahkan dari metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran fisika di kelas. Metode merangkum dapat diterapkan dalam pembelajaran fisika. Dengan merangkum siswa telah diberikan kesempatan untuk belajar mandiri, sehingga siswa akan mengerahkan segenap kemampuannya guna mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sendiri. Namun sebelum kegiatan merangkum diberikan kepada siswa, guru perlu mempersiapkan segala sesuatunya agar siswa tidak lepas dari tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dengan demikian pembelajaran fisika akan dapat berjalan dengan efektif dan efesien.


Daftar Pustaka

Ali, Mohammad. 1984, Guru dalam ProsesBelajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru.
Aly, Abdullah; Eny Rahma. 1984, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta, Bumi Aksara.
Amien, Muhammad. 1987, Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode ”Discovery” dan ”Inquiry”, Jakarta, Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga kependidikan.
A.M. Sardiman. 1992, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman bagi Guru dan Calon Guru¸Jakarta, Rajawali Pers.
Dahar, Ratna Wilis. 1989,  Teori-teori Belajar, jakarta, Erlangga.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002, Rahasia Sukses Belajar, Jakarta, Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri; Aswan Zain. 2002, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta.
Druxes, Herbert; Gernot Born; Fritz Siemen. 1983, Kompodium Didaktik Fisika, Bandung, Remadja Karya.
Keiter, Dorothy H. 1995, ”Meningkatkan kemampuan Membaca”. Kartini Kartono (ed). Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan Tinggi, Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Kertiasa, Nyoman. 1993, Fisika 1 untuk Sekolah Menengah Umum kelas 1, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Mangunwiyoto, Widagdo. 1985, Buku Pelajaran Fisika Jilid 1, Jakarta, Erlangga.
Nasution, S. 1995, Didaktik Asas-asas Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara.
N.K. Roestiyah. 1985, Didaktik Metodik, Jakarta, Bina Aksara.
Pasaribu, I.L; B. Simanjuntak. 1983, Proses Belajar Mengajar, Bandung, Tarsito.
Slameto. 1995, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta, Rineka Cipta.
___________. 1979, Metodologi Pengjaran Nasional, Bandung, Djemars.
Suryabrata, Sumadi. 1987, Psikologi Pendidikan, Jakarta, Rajawali Pers.
UNESCO. 1965, Sumber-sumber Ilmu Pengetahuan Alam, Jakarta, Bharata.
Winataputra, Udin S; Tita Rosita. 1994, Materi Pokok Belajar dan Pembelajaran. Modul 1-6, Jakarta, Universitas Terbuka Depdikbud.

Winkel, W.S. 2002, Psikologi Pangajaran, Jakarta, Grasindo. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar