Tugas Merangkum Pada
Pembelajaran Fisika
Oleh : Andy Kurniawan
Abstrak
Kegiatan
interaksi pembelajaran fisika harus selalu ditingkatkan efektifitas dan efesiensinya.
Untuk itu guru fusuka perlu menggunakan berbagai teknik penyajian atau yang
biasa disebut dengan metode mengajar agar para siswanya dapat belajar secara
efektifdan efesien, mengena pada tujuan pembelajaran yang diharapkan. Salah
satu metode mengajar yang dapat dilakukan oleh guru fisika adalah dengan
pemberian tugas merangkum kepada siswa. Dengan pemberian tugas merangkum ini
diharapkan siswa akan dapat lebih aktif dalam belajar dan lebih termotivasi
untuk meningkatkan belajar yang lebh baik karena siswa diberikan kesempatan untuk
belajar mandiri guna mengembangkan segenap potensi yang ada dalam dirinya.
Selain itu pemberian tugas merangkum ini
diharapkan akan memiliki hasil belajar yang lebih mantap.
Kata kunci : Merangkum, pembelajaran, fisika
Pendahuluan
Pada
hakikatnya peristiwa pembelajaran merupakan satu proses komunikasi yang melibatkan
kurikulum sebagai pesan, guru sebagai komunikator , dan siswa sebagai komunikan
dan berbagai bentuk objek serta aktivitas sebagai media.
Tirik berat
tugas dalam proses pembelajaran masih berada di pundak guru. Hal ini antara
lain disebabkan masih sederhana dan terbatasnya kondisi yang ada. Untuk
merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar, guru harus memilih
pola kegiatan belajar mengajar yang dapat menciptakan situasi pembelajaran yang
memungkinkan untuk terjadinya interaksi pembelajaran. Dengan adanya interaksi
pembelajaran yang baik memungkinkan materi pelajaran yang sulit dapat dipahami
oleh siswa dan memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kenyataan yang
ada di Indonesia
saat ini sebagian besar pengajaran di sekolah diberikan secara klasikal. Metode
yang paling banyak digunakan oleh guru dalam mengajar dan yang dianggapo palong
tepat dan efesien adalah metode ceramah. IL. Pasaribu dan IB. Simanjuntak
(1983: 29) mengatakan bahwa cara ini memang sangat baik untuk menyajikan
informasi secara lisan tentang informasi suatu mata pelajaran.
Pada dasarnya
belajara merupakan peristiwa yang bersifa individual, yaitu peristiwa terjadinya perubahan tingkah laku
sebagai dampak dari pengalaman individu. Pengalaman individu ini dpat berupa
situasi belajar yang sengaja diciptakan oleh orang lain di luar individu, yang
dalam hal ini adalah guru sebagai perancang proses belajar mengajar. Oleh
karena itu guru sebagai pengajar hendaknya dapat juga menerapkan pengajaran
yang bersifat individual. Yang dapat dilakukan olelh gureu dalam hal ini adalah
pemberian tugas (Hamalik, 1992: 167). Sedangkan bentuk tugas tersebut menurut
Djamarah (2002: 173) dapat berupa membuat rangkuman suatu bahan pelajaran.
Dengan
memberikan tugas merangkum maka siswa berkesempatan untuk mengembangkan
kreativitasnya (Djamarah. 2002: 98), membiasakan siswa untu berpikir (Roestiyah
NK, 1989: 75). Dengan demikian diharapkan nantinya pelajaran yang telah
dipelajarinya dapat dikuasainya dengan baik dan hasilnya dapat lebioh tahan
lama melekat dalam benak siswa sehingga hasil belajarnyapun diharapkan dapat
meningkat.
Pengertian Merangkum
Hampir sebagian besar
kegiatan pembelajaran dilakukan dengan membaca, oleh karena itu agar dapat
belajar dengan baik maka harus dapat membaca dengan baik pula. Dalam Belajar
Dan Faktor-faktorYang Mempengaruhinya, Slameo (1995: 84) menyaakan bahwa salah
satu metode membaca yang baik dan banyak digunakan untuk belajar adalah belajar
untuk SQR4 (Survey, Question, Read, Recie, Write, & Review). Maksudnya
sebelum membaca perlu ditinjau/diselidiki terlebih dahulu gambar/garis besar
bab/buku yang akan dibaca. Seelah iu mengajukan pertanyaan yang berhubungan
dengan is bab/buku itu, kemudian baru mambaca. Selanjunya menghafal pokok-pokok
pentingnya dan mencata pokok-pokok penting itu untuk membuat ringkasan atau
kesimpulan tentang apa yang sudah dipelajarai atau dengan menuliskan
jawaban-jawaban dari pertanyaan yang dibuat sendiri atau yang sudah ada di
dalam buku. Kegiatan terakhir adalah mengulag atau mengingat kembali semua
bahan yang sudah dipelajari.
Tetapi mungkin juga bagian-bagian
tertentu perlu diinga sampai hal-hal yang sekecil-kecilnya. Dalam hal ini
Dorothy H. Keither mengemukakan bahwa membaca yang efesien mengharuskan siswa
membaca denagn perlahan-lahan untuk mendapakan gambaran yang lengkap tentang
ide-ide yang harus dipelajari, kemudian harus dicatat detilnya. Dalam mencatat
ini tidak diperlukan kalimat yang lengkap melainkan hanya garis besarnya saja
(Kartono, 1995: 59).
Membaca buku bukanlah hanya untuk
mengetahui kata-katanya saja, tetapi juga mengharuskan pembaca mengikuti jalan pikiran si pengarang
buku. Salah satu cara belajar yang baik seperti yang dikemukakan oleh Nasution
(1995: 55-56) yaitu jangan membaca belaka, tetapi juga harus mengungkapkan
kembali apa saja yang telah dibaca dengan menggunakan kalimat sendiri. Beberapa
saran untuk mempertinggi efesiensi membaca yaitu :
a.
Baca suatu pelajaran denngan cepat untuk
mengetahui garis besarnya.
b.
Baca lebih lambat untuk kedua kalinya guna
membahas bagian-bagiannya serta menyelidiki hubungannya dengan keseluruhan.
Catat hal-hal yang pokok.
c. Ulangi dan camkan apa yang telah dibaca.
d. Buat rangkuman.
Dalam Rahasia Sukses Belajar, Djamarah (2002: 97-107) menguraikan
beberapa kiat belajar di sekolah, antara lain membuat cataan mengenai hal-hal
penting dari penjelasan guru, memanfaatkan perpustakaan sekolah.
Berdasarkan uraian-uraian di atas maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa merangkum adalah suau upaya meringkas atau
mengurutkan hal;-hal penting dari suatu pokok bahasan yang dibahas oleh guru
dalam proses pembelajaran. Dilihat dari sudut materi, bahwa materi yang
dirangkum oleh siswa sama dengan materi yang dibahas oleh guru. Sedangkan dari
segi uraian pembahasannya, bahwa rangkuman siswa jauh lebih sedikit atau lebih
ringkas dibandingkan dengan uraian yang dibahas oleh guru.
Kegiatan merangkum
ini dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu :
1.
Merangkum melalui proses pembelajaran
dengan pokok bahasan yang dijelaskan oleh guru.
2.
Merangkum melalui tugas membaca buku acuan
dengan pokok bahasan yang ditetapkan oleh guru.
3.
Merangkum melalui pengamaan fakta aau
eksperimen, melihat fenomena riil yang harus ditulis sesuai dengan pokok
bahasan yang ditetapkan oleh guru.
Unsur-unsur yang
diperlukan dalam merangkum adalah sebagai berikut :
1.
Mengenal judul pokok bahasan.
2.
Mengetahui urutan materi atau pokok
bahasan.
3.
Mengetahui inti dari pokok bahasan.
4.
Memahami istilah, definisi, simbol, satuan
dan dimensi.
5.
Menuliskan dalam bentuk tugas rangkuman dan
diserahkan pada guru.
Peranan Merangkum Dalam Proses
Pembelajaran
Teori belajar psikologi daya
menyatakan bahwa otak manusia terdiri atas berbagai kemampuan yang
masing-masing mempunyai fungsi tertentu, seperti mengamati, menanggapi,
mengingat, berpikir. IL. Pasaribu dan B. Simanjuntak (1983: 93) mengatakan
bahwa bagian-bagian tersebut dapat ditingkatkan kemampuannya melalui latihan.
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 173) latihan tersebut dapat berupa membuat
rangkukman.
Dalam Psikologi Pendidikan, Suryabrata (1986:
44-46) menyatakan bahwa berfungsinya ingatan karena dipengaruhi oleh tiga
aspek, yaitu mencamkan, menyimpan kesan-kesan, dan mereproduksi kesan-kesan.
Aktifitas mencamkan yang dilakukan dengan sengaja disebut menghafal. Adapun
salah sau faktor yang dapat mempertinggi pencaman adalah penggolongan kesatuan
dalam ruang. Prinsip inilah yang mendasari penggunaan bagan, tabel, ikhtisar
(rangkuman).
Selanjutnya
mengenai kemampuan berpikir, Suryabrata (1986: 55-57) mengemukakan bahwa proses
berpikir itu ada tiga langkah, yaitu :
1.
Pembentukan pengertian.
2.
Pembentukan pendapat.
3.
Penarikan kesimpulan.
Penarikan
kesimpulan untuk menyatakan pendapat merupakan hasil perbuaan akal untuk
membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada. Dan
lathan yang dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir antara lain adalah
membuat diagram atau ikhtisar (rangkkuman) (Suryabrata, 1986: 66).
Belajar dapat
dkatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan, menata, menempatkan bagian-bagian
pelajaran ke dalam satu kesatuan pengertian. Hal semacam ini dapat membuat
siswa yang belajar akan lebih mengerti dan lebih jelas, serta memahami bahan
pelajaran tersebut. Memahami tidak hanya sekedar tahu, akan tetapi juga
menghendaki agar subjek belajar dapat memanfaatkan bahan-bahan yang telah
dipahami itu.
Pemahaman akan
selalu mengelami perkembangan, sehingga diharapkan pemahaman itu akan bersifat
kreatif. Dan jika siswa memahaminya maka siswa akan memberikan jawaban yang
pasti atas berbagai masalah dalam belajar (Sardiman AM, 1992: 43).
Proses pemahaman
siswa ini dapat terbantu dengan mengadakan pengulagan kembali bahan pelajaran
dan latihan sehingga dapat menimbulkan daya kreatif siswa. Menngenai
kreativitas siswa, Sund mengemukakan
beberapa ciri potensi kreatif individu,
antara lain adalah memiliki latar belakang membaca yang cukup luas dan kemampuan
membuat analisis dan sistesis (Slameto, 195: 16-17).
Berdasarkan uraian
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
guru hendaknya dapat memadukan pembelajaran klasikal dan belajar mandiri.
Belajar mandiri merupakan ajang pelatihan bagi siswa untuk bekerja sendiri
meningkatkan kemampuan dan penguasaan terhadap bahan pelajaran. Cara yang dapat
digunakan oleh guru agar siswa dapat belajar mandiri adalah pemberian tugas
merangkum kepada siswa. Adapun peranan merangkum dalam proses pembelajaran
adalah sebagai berikut :
1.
Supaya siswa mengulangi kembali materi
pelajaran yang telah diterimanya di kelas. Dengan demikian proses pemahamanya
dapat berkembang sesuai dengan perkembangan pemikiran siswa itu sendiri.
2.
Agar siswa membaca buku acuan yang
berhubungan dengan materi yang dibahas. Karena sebagian besar proses belajar
dlakukan dengan membaca.
3.
Agar siswa dapat membuat suatu kesimpulan
dari materi yang telah dipelajarinya dan
mampu menyatakan kembali dengan menggunakan kalimatnya sendiri.
4.
Agar siswa dapat memecahkan persoalan yang
dihadapinya.
5.
Agar siswa dapat bertukar hasil pemikiran
dengan sesama temannya.
Sedangkan
keunggulan dari tugas merangkum adalah sebagai berikut :
1.
Dapat mempertinggi proses pencaman siswa
terhadap suatu materi pelajaran.
2.
Membantu mengembangkan proses berpikir
siswa.
3.
Dapat meningkatkan pemahama siswa terhadap
suatu materi pelajaran.
4.
Meningkatkan kemampuan membaca siswa.
5.
Melatih siswa untuk mengutarakan pendapat
dengan menarik kesmpulan dari materi yang sedang dipelajari.
6.
Menimbulkan daya kreativ siswa.
Adapun kelamahan
dari tugas merangkkum ini adalah sebagai berikut :
1.
Banyak menghabiskan waktu, baik itu
membaca, mangamati, dan menyimpulkannya.
2.
Tugas-tugas siswa menjadi bertambah.
3.
Kadang-kadang siswa hanya menyalin hasil
kerja temannya.
4.
Jika tugas itu dianggap siswa terlalu berat
dapat menurunkan motivasi siswa untuk belajar.
Tujuan Merangkum
Setiap saat dalam kehidupan individu selalu terjadi satu proses
pembelajaran, baik yang dilakukan dengan sengaja maupun yang dilakukan secara
tidak sengaja, yang disadari maupun yang tidak disadari. Dari proses
pembelajaran tersebut akan diperoleh suatu hasil yang disebut dengan tujuan
pembelajaran atau hasil pembelajaran yang biasa disingkat dengan hasil belajar.
Agar diperoleh hasil yang optimal maka proses pembelajaran harus dilakukan
secara sadar dan disengaja serta terorganisir secara baik. Oleh karena
merangkum ini merupakan suatu cara belajar maka dengan demikian tujuan
merangkumpun sama dengan tujuan belajar.
Dalam Motivasi dan Interaksi Belajar Mengajar,
Sardiman AM (192: 28-29) mengemukakan tiga tujuan belajar, yaitu :
1.
Untuk mendapatkan pengetahuan.
Tujuan ini memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya dalam
kegiatan belajar. Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir dan pemilikan
pengetahuan. Kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Cara yang dapat
digunakan untuk kepentingan tujuan ini umumnya dilakukan dengan model ceramah
dan pemberian tugas-ugas bacaan. Dengan demikian diharapkan akan menambah
pengetahuan siswa dan sekaligus siswa akan mencarinya sendiri untuk
mengembangkan cara berpikir dalam rangka memperkaya pengetahuannya.
2.
Penanamman konsep dan keterampilan.
Penanaman / merumuskan konsep memerlukan suatu keterampilan, baik yang
bersifat jasmani maupun yang bersifat rohani. Keterampilan rohani menyangkut
penghayatan, keterampilan berpikir dan kreativitas untuk menyelesaikan dan
merumuskan satu masalah. Konsep keerampilan ini dalat ditingkatkan dengan
banyak melatih kemampuan seperti mengungkapkan secara lisan maupun tulisan dan
bukan hanya sekedar menghafal.
3.
Pembentukan sikap.
Dalam menumbuhkan sikap mental, psikologi dan pribadi siswa dibutuhkan
kecakapan mengerahkan motivasi dan berpikir dengan menggunakan pribadi guru itu
sendiri sebagai model atau contoh.
Proses belajar
merupakakn perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman.
Proses belajar terjadi jika seseorang menunjukkan tingkah laku yang berbeda.
Perubahan tingkah laku ini menurut Bloomdalam
WS. Winkel (2002: 245) meliputi tiga ranah, yaitu :
a. Ranah kognitif (cognitive doman), meliputi :
- Pengetahuan (knowledge)
- Pemahaman (comprehension)
- Penerapan (application)
- Analisis (analysis)
- Sintesis (synthesis)
- Evaluasi (evaluation)
b. Ranah afektif (affecive doman), meliputi :
- Penerimaan (receiving)
- Partisipasi (responding)
- Penilaian/penenuan
sikap (valuing)
- Organisasi (organization)
- Pembentukan pola
hidup (characterization by value or
value complex)
c. Ranah psikomotorik (psychomotoric doman), meliputi :
- Persepsi (perception)
- Kesiapan (set)
- Gerakan terbimbing (guide response)
- Gerakan yang
terbiasa (mechanical response)
- Gerakan yang
kompleks (complex response)
- Penyesuaian pola
gerakan (adjustment)
- Kreativitas (creativity)
Kemampuan inelektual seorang siswa
diharapkan dapat berbuat lebih dari hanya sekedar mengingat atau menghafal. Dan
seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa merangkum dapat dikatakan
menuliskan kembali hal-hal penting dari suatu pokok bahasan yang sedang dibahas
oleh guru ataupun melalui bacaan yang salah satu gunanya untuk meingkatkan
pemahaman terhadap suatu materi pelajaran. Khusus mengenai pemahaman ini
Winataputra dan Rosita (1994: 181-182) mengemukakan “…Pemahaman berarti bahwa
siswa mampu memahami (mengartikan) apa yang sedang dikomunkasikan kepadanya dan
dapat mempergunakan materi yang dikomunikasikan tadi tanpa perlu
menghubungkannya dengan materi lain”.
Selanjutnya dikemukakan pula bahwa ada
tiga kegiatan yang dijadikan petunjuk terjadinya pemahaman, yaitu penerjemahan,
penafsiran, dan ekstrapolasi. Penerjemahan terjadi apabila seorang siswa dapat
mengubah bentuk komunikasi dari materi yang diberikan padanya dengan tidak
mengubah makna komunikasi tersebut.
Kegiatan penafsiran terjadi apabila
siswa dapat menjelaskan atau menarik kesimpulan dari materi yang diberikan
padanya, tetapi materi yang diberikan iu bukanlah maeri yang telah dipelajari
sebelumya. Sedangkan ekstrapolasi terjadi apabila siswa dapat menarik
kesimpulan dari komunikasi yang diberikan padanya.
Tugas Merangkum Sebagai Alat Motivasi
Dalam Proses Pembelajaran
Motivasi berpangkal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai daya
penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi tercapainya suatu tujuan (Sardiman AM, 1992: 101). Sedangkan
menuru Mc Donald, ”Motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya felling dan didahului dengan tanggapan
terhadapp adanya tujuan” (Sardiman, 1992: 73).
Dalam kegiaan
belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam
diri siswa yang menimbulkan, menjaminkelangsungan dan memberikan arah kegiatan
belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai.
Motivasi selalu
berkaitan dengan soal kebutuhan. Menurut Morgan
seperti yang dikutip oleh Sardiman AM (1992: 78), ada beberapa jenis
kebutuhan misalnya kebutuhan untuk melakukan suatu aktivitas, kebutuhan untuk
menyenangkan orang lain, kebutuhan untuk mencapai hasil, kebutuhan untuk
mengatasi kesulitan.
Selajutnya Sardiman
Am (1992: 81) mengemukakan beberapa ciri tentang motivasi, antara lain tekun
menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap
berbagai macam masalah, lebih senang bekerja mandiri, cepat bosan pada
tugas-tugas rutin/mekanis, dapat mempertahankan pendapatnya, senang mencari dan
memecahkan soal-soal.
Di dalam kegiata
pembelajaran peranan motivasi baik intrnsik maupun ekstrinsk sangat diperlukan.
Hal ini dikarenakan siswa yang datang ke sekolah memiliki berbagai pemahaman
tentang dirinya dan pemahaman tentang kemampuan mereka sendiri. Namun walaupun
demikian guru dapat mempengaruhi gambaran siswa tentang dirinya itu dengan
maksud agar tercapai gambaran diri mereka yang lebih positif dengan memberikan
rangsangan-rangsangan tertentu agar tumbuh motivasi dalam diri siswa itu
sendiri. Dengan adanya motvasi ini, maka setiap siswa dapat mengembangkan
aktivitas dan inisiatf, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam
melakukan kegiatan belajar. Sardiman Am (192: 91-94) mengemukakan beberapa
bentuk dan cara untuk memotivasi dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, antara
lain memberi angka, hadiah, persaingan/kompetisi, ego-involvemet, memberi ulangan, menngetahui hasil, memberi pujian,
hukuman, hasrat untuk belajar, minat, dan tujuan yang diakui.
Semua motif
memberikan dorongan yang kuat terhadap belajar. Dorongan untuk berkembang itu
dapat dinyatakan dengan kegiatan sendiri terhadap materi pelajaran melalui
proses pembelajaran yang menarik. Keberhasilan proses pembelajaran ergantung pada usaha guru untuk
dapat membangkitkan motovasi pada siswanya untuk belajar. Jika minat siswa
dapar dibangkitkan, kemudian seluruh perhatianya dapat dipusatkan kepada materi
pelajaran yang diberikan oleh guru, maka kelas akan menjadi tenang dan
kondusif. Dengan demikian proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik,
materi pelajaran akan mudah diterima dan dimengerti oleh siswa untuk selajutnya
akan disimpan dan diingatnya, dan kemudian pada waktunya nanti akan mudah disimak
dan dimunculkan kembali.
Dari uraian di atas
dapat dikatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran motivasi berfungsi sebagai
pendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, untuk mencapai tujuan,
dan menyeleksi perbuatan mana yang harus dilakukan guna mencapai tujuan tadi.
Selain itu motivasi juga berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian
prestasi.
Sehubungan dengan
motovasi ini, Djamarah (2002: 83) mengemukakan bahwa penggunaan metode mengajar
yang tepat dan bervariasi merupakan alat motivasi ekstrinsik dalam proses
pembelajaran. Dan salah satu metode mengajar yang dapat digunakan adalah
pemberian tugas merangkum kepada siswa. Pemberian tugas merangkum kepada siswa
ini juga berkaitan dengan kebutuhan untuk melakukan aktivitas, dan untuk
mencapai hasil seperti yang telah dikemukan pada uraian sebelumnya. Disamping
itu dengan pemberian tugas merangkum ini diharapkan siswa memiliki motovasi
yang kuat untuk belajar. Dan apabila siswa telah memiliki ciri-ciri tentang
motivasi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, maka diharapkan hasil
belajarnyapun akan menjadi lebih baik.
Belajar Fisika
Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (Soetarmo, 1986 :1). Brockhaus berpendapat bahwa ”Fisika
adalah pelajaran tenang kejadian dalam alam yang memungkinkan penelitian dan
percobaan, pengukuran yang didapat, penyajian secara matematis dan berdasarkan
peraturan-peraturan umum”. Sedangkan Gerhsen
berpendapat bahwa ” Fisika adalalh suatu teori yang menerangkan gejala-gejala
alam sesederhana-sesederhananya dan berusaha menemukan hubungan antara
kenyataan-kenyataannya...” (Druxes,
1983: 1). Kertiasa (1985: 1) berpendapat bahwa ”...Bidang garapan fisika adalah
zat dan energi. Jadi dapat dikatakan bahwa fisika adalah ilmu tentang zat dan
energi”.
Belajar fisika
lebih banyak memerlukan pemahaman daripada penghapalan. Dalam Sumber-sumber Ilmu Pengeahuan Alam
(UNESCO, 1965: vii) dikatakan bahwa keberhasilan belajar fisika terleak pada
kemampuan memahami tiga hal pokok fisika, yaitu konsep, hukum, dan teori. Pemahaman
terhadap tiga hal pokok itu ditunjukkan melalui kemampuan menerapkan berbagai
hasil pokok tersebut.
Belajar fisika itu
bukanlah hanya sekedar mendengarkan hal yang sedang dipelajari, tetapi juga
bertindak terhadap hal yang sedang dipelajari itu. Seperti mengamati, melakukan
percobaan, membaca, membuat catatan, mengerjakan latihan. Dalam Sumber-sumber Ilmu Pengeahuan Alam
(UNESCO, 1965: 25-29) dikemukakan beberapa cara mempelajari IPA, yaitu
eksperimen, membaca, mengamati, karya wiwsata, dan menggunakan alat-alat
visual. Selain dari cara-cara yang telah dikemukakan itu, menurut Amien (1987:
101) kegiatan belajar IPA juga dapat dilakukan dengan cara diskusi, tanya
jawab, seminar, demontrasi, pemecahan masalah.
Mengembangkan
kecakapan membaca dapat sejalan dengan mempelajari IPA. Karena dengan membaca,
maka materi pelajaran dapat dikuasai dengan lebih baik. Dan dengan membaca juga
akan diperoleh keterangan yang lebih banyak mengenai hal yang berhubungan
dengan materi yang sedang dipelajari itu. Namun sebelum membaca hendaklah
ditetapkan terlebih dahulu tujuan, kemudian membaca bagian-bagian yang penting,
dan coba memahami hal yang sedang dibaca itu. Selain iu perlu juga membuat
catatan-catatan mengenai apa yang sedang dibaca itu (UNESCO, 1965: 25).
Faktor-faktor Yang Mempengaruhui Belajar
Fisika
Belajar merupakan proses untuk mengubah tingkah laku siswa. Dalam proses
belajar ini banyak faktor yang mempegaruhinya. Sri Rahayu dalam Bimbingan Belajar di SMA dan Perguruan
Tinggi (1995: 63-69) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu
secara umum ke dalam dua golongan, yaitu :
A.
Faktor endogin
Yaitu faktor yang
berasal dari dalam diri siswa, yang terdiri atas :
- Faktor biologis
- Faktor psikologis
B.
Faktor eksogin
Yaitu faktor yang
berasal dari luar diri siswa. Dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu :
- Faktor keluarga
- Faktor sekolah
- Faktor masyarakat
Sedangkan homas F. Staton dalam Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Sardiman
AM, 1992: 39-44) menguraikan enam
macam faktor pskologis dalam belajar, yaitu motivasi, konsentrasi, reaksi,
organisasi, pemahaman, dan ulangan. Ada juga yang menggolongkan faktor
psikologis dalam belajar itu menjadi delapan macam, yaitu perhatian,
pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berpikir, bakat, motif (Sardiman AM, 1992:
39-44).
Khusus belajar
fisika, seperi yang diuraikan oleh Amien (1987: 99-100) bahwa salah satu metode
yang sering dipakai dalam mengajar IPA adalah belajar mandiri, dan Djamarah
(2002: 40-46) mengemukakan bahwa kiat belajar sendiri itu anara lain harus
mempunyai fasilitas belajar, mempunyai waktu belajar, membaca buku, membuat
rangkuman, memanfaatkan perpustakaan.
Sebelumnya telah
diuraian mengenai beberapa cara mempelajari IPA, seperti eksperimen, membaca,
karya wisata, dan menggunakan alat-alat visual. Untuk dapat melaksanakan
eksperimen tentunya harus tersedia peralatan dan bahan-bahan yang diperlukan
untuk eksperimen tersebut. Demikian pula halnya dengan penggunaan alat-alat
visual. Selanjunya agar dapat membaca dengan baik diperlukan segala fasilitasnya
antara lain buku pelajaran. Buku pelajaran ini merupakan penunjuk jalan dalam
mempelajari IPA, baik itu melalui bimbingan guru maupun belajar sendiri (UNESCO,
1965: 29). Dengan adanya buku pelajaran, segala hal yang telah dijelaskan oleh
guru dapat dipelajari kembali sehingga materi pelajaran dapat dipahami dengan
lebih luas dan mendalam.
Kesemua fasilitas
belajar seperti yang telah disebutkan itu menyangkut kemampuan sekolah untuk
menyediakan sarananya, seperti laboratorium dan perpustakaan. Juga menyangkut
kondisi ekonomi orang tua siswa untuk dapat menyediakan dan melengkapi segala
kebutuhan belajar anaknya.
Selain daripada
itu, dalam belajar sangat diperlukan kosentrasi. Mengenai hal ini Abu Ahmadi
dalam Djamarah (2002:17-18) mengemukakan beberapa cara untuk meningkatkan
konsentrasi dalam belajar, antara lain harus berminat terhadap pelajaran, harus
mempunyai ruang khusus untuk belajar, mempunyai meja belajar dan perlengkapan
belajar, mencatat bagian-bagian penting dari hal yang dipelajari.
Selanjunya seperti
yang telah dikemukakan oleh Brockhous
(Druxes, 1983: 3) bahwa fisika
disajikan secara matematis. Arinya persamaan matematis mengisi seluruh bidang
fisika. Hal ini menjadi ciri khas bagi fisika. Abdulah Aly dan Eny Rahma (1994:
23-30) menyatakan bahwa matematika memberikan ciri khas tersendiri pada IPA
yang disebut dengan bahasa matematika yang sangat berguna bagi peningkatan daya
abstraksi otak manusia. Matematika juga berperan sebagai faktor penunjang untuk
memahami alam semesta dan dapat menjelaskan sesuatu yang tidak dapat dijangkau
oleh pengalaman empirik. Weizacker
mengatakan bahwa ”Matematika terbukti sebagai alat yang paling berguna untuk
menjelaskan alam...” (Druxes, 1983:
42). Karena demikian eratnya hubungan antara fisika dan matematika, maka Druxes (1983: 43) berpendapat bahwa
sebagian pelajar tidak menguasai materi fisika karena mereka tidak memahami
matematika.
Druxes (1983: 62) menyatakan
bahwa fisika memilliki struktur operatif-formal. Dan menurut RD. Wilis (1989:
155-156) tingkat operatif formal ini ditandai dengan adanya :
1.
Berpikir hipotesis-deduktif
2.
Berpikir proporsional
3.
Berpikir kombinatorial
4.
Berpikir refleksif
Sedangkan Abdullah
Aly dan Eny Rahma (1984: 7-13) berpendapat bahwa perlu adanya berpikir deduktif
dan berpikir induktif dalam IPA.
Berdasarkan uraian
yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa belajar fisika dipengaruhi
oleh berbagai faktor. Secara umum faktor tersebut adalah faktor endogin dan
faktor eksogin. Sedangkan secara khusus faktor yang mempengaruhi belajar fisika
itu adalah sebagai berikut :
1.
Memiliki sarana belajar yang memadai
2.
Tersedianya buku pelajaran fisika dan
buku-buku lain yang mendukung
3.
Memiliki kemampuan membaca yang baik
4.
Memiliki minat yang besar terhadap
pelajaran fisika
5.
Memiliki motivasi yang kuat untuk belajar
fisika
6.
Pemusatan perhatian terhadap materi
pelajaran fisika
7.
Tekun dalam menghadapi tugas-tugas fisika
8.
Ulet dalam menghadapi kesulitan dalam
belajar fisika
9.
Senang mencari dan menyelesaikan soal-soal
fisika
10. Dorongan
dari orang tua
11. Memiliki
peralaan dan bahan praktikum yang memadai di sekolah
12. Perpustakaan
yang lengkap
13. Kemampuan
berpikir deduktif dan berpikir induktif
14. Kemampuan
berpikir hipoesis-deduktif
15. Kemampuan
berpikir proporsional
16. Kemampuan
berpikir kombinatorial
17. Kemampuan
berpikir releksif
Merangkum Pada Pembelajaran Fisika
Pemberian tugas merangkum pada siswa pada pelajaran fisika dapat
meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Hal ini disebabkan siswa diberi
kesempatan untuk belajar mandiri guna mendalami situasi atau pengalaman yang
berbeda, melakukan latihan-latihan, mengambangkan kreativitas berpikirnya.
Dengan demikian hasil belajarnya akan lebh tahan lama melekat di dalam
benaknya, sehingga akan lebih mudah direproduksi kembali pada saat diperlukan
oleh siswa.
Seperti yang diungkapkan
oleh Roestiyah NK (1998: 133-135) bahwa tujuan pemberian tugas kepada siswa
agar siswa memilki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa belajar
sendiri, melakukan latihan sendiri. Dengan demikian pengalamannya dalam
mempelajari sesuatu akan menjadi lebih terintegrasi. Disamping itu melalui
tugas merangkum ini dimaksudkan agar siswa memperoleh pengetahuan secara
mendalam, memperluas dan memperkaya pengetahuan serta kemampuannya. Melalui
tugas merangkum ini siswa juga akan memiliki kesempatan untuk membandingkan
hasil uraiannya dengan teman-emannya dan sekaligus dapat mempelajari hasil
uraian teman-temannya. Karena siswa mendalami dan mengalami sendiri pengeahuan
yang dicarinya, maka hasil belajarnyapun akan lebih bertahan lama dalam
jiwanya.
Seperti yang telah
dikemukakan sebelumya bahwa motivasi sangat diperlukan dalam belajar. Hasil
belajar akan optimal apabila disertai dengan motivasi. Makin tepat motivasi
yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran, maka akan semakin berhasil
pula kegiatan pembelajaran itu.
Sehubungan dengan
hal tersebut, maka dengan memberikan tugas merangkum kepada siswa dalam
pembelajaran fisika berarti guru telash memberikan motivasi kepada siswanya
untuk belajar, untuk terlilbat aktif dalam proses pembelajaran fisika, dan
merangsang kreativitas berfikir siswa serta mengarahkan siswa untuk mencapai
tujuan yang hendak dicapai dalam proses pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam
proses pembelajaran akan mengakibatkan pelajaran menjadi lebih menarik dan
lebih berarti bagi siswa. Sehingga pemahamannya terhadap materi pelajaran
tersebut akan menjadi lebih baik pula.
Hal yang
dikemukakan di atas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Djamarah (2002: 83)
bahwa penggunaan metode mengajar yang tepat dan bervariasi merupakan alat motivasi
ekstrinsik dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan teknik-teknik mengajar
yang variatif akan sangat efektif dalam memotivasi siswa untuk belajar. Dan
apabila guru dalam proses pembelajaran hanya menggunakan satu metode saja
secara monoton, maka cenderung akan mengakibatkan rasa bosan dalam diri siswa.
Dengan adanya usaha
yang tekun dan ulet, serta didasarkan atas motivasi yang kuat, maka siswa yang
belajar akan dapat melahirkan hasil belajar yang baik pula. Inensitas motivasi
seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian hasil belajarnya.
Keberhasilan proses
pembelajaran juga tergantung pada usaha guru untuk dapat membagkitkan minat
belajar siswanya. Apabila minat belajar siswa dapat dibangkitkan, kemudian
seluruh perhatianya dapat dipusatkan kepada maeri pelajaran yang diberikan oleh
guru, maka keadaan kelas akan menjadi kondusif. Dengan demikian proses
pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan efesien, materi pelajaran
akan mudah dierima dan dimengerti oleh siswa. Dan selanjutnya akan mudsah
disimpan dan diingat oleh siswa, dan pada waktunya nanti akan mudah pula untuk
disimak dan diungkapkan kembali oleh siswa.
Pemusatan perhatian
sangat penting artinya bagi siswa. Siswa menjadi erlatih untuk memusatan
perhatiannya, tidak semata-mata pada hal yang digemarinya saja melainkan juga
terhadap objek yang tidak menarik perhatiannya. Dengan demikian berarti siswa
harus memaksakan drinya untuk mengerahkan segenap kemampuannya guna memberikan
perhatian pada pelajaran, hal ini juga memiliki makna bahwa siswa harus
memperkeras kemauannya untuk belajar.
Selanjunya Mohammad
Aly (1984: 49) menyaakan bahwa ”...hasil belajar iu dapat dicapai melalui
proses belajar yang bersifat aktif”. Hal ini menuntut lebih banyak keterlibatan
siswa dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran Rousseau (Sardiman AM, 1990: 96) menjelaskan bahwa ”...pengetahuan
harus diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, dengan bekerja
sendiri dengan fasilitas yang dibuat sendiri...”. Sedangkan Montesori (Sardiman AM, 1990: 95)
menegaskan bahwa ”...anak-anak memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri,
membentuk sendiri. Pendidik berperan sebagai pembimbing dan mengamati
bagaimana perkembangan anak didiknya”. Dengan perkaaan lain bahwa siswa itu
sendiri yang seharusnya lebih banyak melakukan aktivitas dalam proses
pembelajaran. Sedangkan guru hanya membimbing, merencanakan kegiatan yang akan
dilakukan oleh siswa, dan medorong siswa agar mau melaksanakan seluruh kegiatan
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dengan pemberian
tugas merangkum, siswa akan mengerahkan segenap kemampuan dasar yang telah
dimilikinya untuk berkembang menurut kemampuannya masing-masing guna memperoleh
hasil belajar yang lebih baik. Apalagi jika dalam melaksanakkan tugas tersebut
didukung oleh minat dan perhatian yang tinggi sehingga dapat menimbulkan
motivasi intrinsik bagi dirinya sendiri. Adanya motivasi yang kuat dalam
belajar akan dapat melahirkan hasil belajar yang baik. Dengan kata lan bahwa
adanya usaha yang tekun dan terutama didasarkan pada motivasi maka seorang
saiswa yang belajar akan mendapatkan hasil belajar yang baik.Akan tetapi perlu
juga diinga bahwa intensitas motivasi setiap siswa tidaklah sama sehingga akan
menentukan tingkat pencapaian hasil belajarnya. Hal ini disebabkan oleh
berbagai faktor, baik itu faktor yang berasal dari dalam diri siswa maupun
faktor yang berasal dari luar diri siswa.
Juga perlu
diketahui bahwa teknik pemberian tugas merangkum ini tidak luput dari berbagai
kelemahan. Seperti adanya siswa yang hanya menjiplak hasil kerja temannya, kurangnya
sarana bagi siswa untuk melaksanakan tugas merangkum. Apalagi bila tugas
merangkum dalam pembelajaran fisika ini baru pertama kali diberikan kepada
siswa,tentunya siswa masih akan banyak tanya dan bingung mengenai apa yang
harus mereka rangkum. Untuk itu guru harus memberikan penjelasan yang
terperinci mengenai kegiatan yang akan dilakkan siswa sehubungan dengan tugas
merangkum yang mereka terima. Mungkin perlu juga bagi guru untuk membuatkan
satu contoh rangkuman dari meteri pelajaran sebelumnya.
Penutup
Hasil belajar fisika
ialah segala sesuatu yang dimiliki siswa sebagai akibat dari kegiatann yang
dilakukan dalam proses pembelajaran fisika. Hasil belajar fisika tidak dapat
dipisahkan dari metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam proses
pembelajaran fisika di kelas. Metode merangkum dapat diterapkan dalam
pembelajaran fisika. Dengan merangkum siswa telah diberikan kesempatan untuk
belajar mandiri, sehingga siswa akan mengerahkan segenap kemampuannya guna mengembangkan
potensi yang ada pada dirinya sendiri. Namun sebelum kegiatan merangkum
diberikan kepada siswa, guru perlu mempersiapkan segala sesuatunya agar siswa
tidak lepas dari tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dengan demikian pembelajaran
fisika akan dapat berjalan dengan efektif dan efesien.
Daftar Pustaka
Ali, Mohammad. 1984, Guru dalam ProsesBelajar Mengajar,
Bandung, Sinar Baru.
Aly, Abdullah; Eny Rahma. 1984, Ilmu Alamiah Dasar, Jakarta, Bumi
Aksara.
Amien, Muhammad. 1987, Mengajarkan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode ”Discovery” dan ”Inquiry”,
Jakarta, Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
kependidikan.
A.M. Sardiman. 1992, Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar Pedoman bagi Guru dan Calon Guru¸Jakarta, Rajawali
Pers.
Dahar, Ratna Wilis. 1989, Teori-teori Belajar, jakarta, Erlangga.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002, Rahasia
Sukses Belajar, Jakarta, Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri; Aswan Zain. 2002, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta, Rineka Cipta.
Druxes, Herbert; Gernot Born; Fritz Siemen. 1983, Kompodium Didaktik Fisika, Bandung, Remadja Karya.
Keiter, Dorothy H. 1995, ”Meningkatkan
kemampuan Membaca”. Kartini Kartono (ed). Bimbingan Belajar di SMA dan
Perguruan Tinggi, Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Kertiasa, Nyoman. 1993, Fisika 1
untuk Sekolah Menengah Umum kelas 1, Jakarta, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Mangunwiyoto, Widagdo. 1985, Buku
Pelajaran Fisika Jilid 1, Jakarta, Erlangga.
Nasution, S. 1995, Didaktik Asas-asas
Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara.
N.K. Roestiyah. 1985, Didaktik
Metodik, Jakarta, Bina Aksara.
Pasaribu, I.L; B. Simanjuntak. 1983, Proses
Belajar Mengajar, Bandung, Tarsito.
Slameto. 1995, Belajar dan
Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta, Rineka Cipta.
___________. 1979, Metodologi
Pengjaran Nasional, Bandung, Djemars.
Suryabrata, Sumadi. 1987, Psikologi
Pendidikan, Jakarta, Rajawali Pers.
UNESCO. 1965, Sumber-sumber Ilmu
Pengetahuan Alam, Jakarta, Bharata.
Winataputra, Udin S; Tita Rosita. 1994, Materi
Pokok Belajar dan Pembelajaran. Modul 1-6, Jakarta, Universitas Terbuka
Depdikbud.
Winkel, W.S. 2002, Psikologi
Pangajaran, Jakarta, Grasindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar