Sabtu, 27 September 2014

Al Haitham (Alhazeen): Fisikawan Islam Yang Terlupakan...

Ibnu Haitham, “Bapak Optika Modern”


Optika adalah salah satu cabang ilmu fisika yang telah menyusuri riwayat panjang. Manusia telah mencoba memahami optika sejak dahulu. Sekitar 140 sebelum Masehi, Ptolomeus dari Alexandria telah mendalami optika. Pada abad pertengahan, ada Galileo Galilei dari Italia yang terkenal dengan keberhasilannya menemukan empat bulan Planet Jupiter dengan menggunakan teleskop buatannya. Kemudian, Isaac Newton dari Inggris yang terkenal dengan pembuatan teleskop pemantul. Masa berikutnya ada Huygens dan Van Leeuwenhoek yang ahli dalam pembuatan mikroskop. Mendekati masa sekarang, ada Fresnel dan Doppler yang ahli dalam optika gelombang.
Sebenarnya, banyak sekali orang yang mendalami optika. Dari sekian banyak peneliti atau pemikir optika, ada seorang ahli optika yang kontribusi ilmunya sangat besar terhadap perkembangan optika modern. Ia adalah seorang Muslim bernama Ibnu Haitham.
Ibnu Haitham bernama lengkap Abu Ali Al-Hasan Ibn Al-Hasan Ibn Al-Haitham. Ia lebih dikenal dengan nama Alhazen di kalangan orang-orang Eropa. Ia lahir pada tahun 965 di Basra, Irak. Ibnu Haitham menempuh pendidikan di Basra dan Bagdad. Kedua kota tersebut merupakan pusat ilmu pengetahuan saat itu. Setelah menempuh pendidikan di kedua kota tersebut, ia pergi ke Mesir dan Spanyol.
Ibnu Haitham menghabiskan waktu yang cukup banyak dalam mengkaji berbagai ilmu pasti saat berada di Spanyol. Salah satu bidang ilmu yang berhasil dikuasainya adalah optika. Penguasaan Ibnu Haitham dalam ilmu optika sudah tidak diragukan lagi. Hal tersebut disebabkan pemikirannya yang logis berdasarkan pada metode ilmiah sehingga konsep-konsepnya menjadi dasar perkembangan ilmu optika. Pemikiran-pemikiran penting yang diungkap oleh Ibnu Haitham, antara lain tentang proses penglihatan, bagian-bagian mata, catoptrics dan dioptrics, pembiasan cahaya, cermin, dan lensa.
Salah satu konsep dasar optika yang berhasil diungkap oleh Ibnu Haitham adalah tentang proses penglihatan. Penjelasan ilmiah tentang proses penglihatan yang dikemukakan Ibnu Haitham adalah bahwa suatu objek bisa tampak atau terlihat oleh mata karena adanya sinar-sinar yang dipancarkan dari objek tersebut ke mata. Sinar-sinar tersebut difokuskan atau dibiaskan pada retina, kemudian disalurkan ke otak melalui saraf optik sehingga terbentuklah gambaran objek yang dilihat tersebut.
Kesimpulan yang dikemukakan oleh Ibnu Haitham ini bertentangan dengan teori yang dikemukakan oleh Ptolemy (Ptolomeus) dan Euclid. Menurut mereka, objek-objek bisa tampak karena ada sinar-sinar yang keluar dari mata menuju objek-objek tersebut.
Dalam optika yang berhubungan dengan mata, Ibnu Haitham adalah orang pertama yang memberi gambaran secara akurat tentang bagian-bagian mata. Istilah-istilah pada bagian-bagian mata yang diperkenalkan Ibnu Haitham, antara lain retina, kornea, humour viteous, dan humour aqueous. Istilah-istilah pada bagian-bagian mata yang dikemukakan oleh Ibnu Haitham kemudian diadopsi oleh para ilmuwan Barat dan sampai sekarang istilah-istilah tersebut masih dipergunakan.
Penelitian Ibnu Haitham dalam catoptrics (bahasan tentang optika permukaan pemantul) dikhususkan menyelidiki cermin sferis dan paraboloida serta aberasi sferis. Dalam dioptrics (bahasan tentang optika elemen pembias), Ibnu Haitham memberi hasil pengamatan yang penting tentang perbandingan antara sudut sinar datang dan sudut sinar bias tidaklah tetap, serta pengamatannya terhadap daya pembesaran lensa. Tulisan Ibnu Haitham tentang pembesaran lensa kemudian digunakan sebagai rujukan untuk mengoreksi gangguan pada mata.
Ibnu Haitham melakukan suatu pengamatan yang saksama terhadap lintasan cahaya yang melalui berbagai medium dan menemukan hukum-hukum pembiasan cahaya. Ibnu Haitham menjadi orang pertama mengungkapkan suatu hukum yang berhubungan dengan sifat-sifat cahaya yang sekarang ini dikenal dengan Hukum Snellius (600 tahun sebelum Snell menemukan hukumnya itu). Ibnu Haitham jugalah yang pertama melakukan percobaan penguraian (dispersi) cahaya menjadi warna-warna tertentu.
Karya-karya yang berhubungan dengan optika yang ditulis oleh Ibnu Haitham telah mengantarkan pada suatu era baru dalam penelitian optika, baik teori maupun terapan. Salah satu karya besar Ibnu Haitham adalah Kitab Al-Manazir (al-Manadhir) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi Opticae Theasurus. Buku tersebut banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan bahasa-bahasa lain karena terkandung banyak teori dan pengetahuan ilmiah tentang indra penglihatan. Buku tersebut telah membawa kemajuan yang besar dalam metode eksperimen dan memberi pengaruh yang sangat besar bagi para ilmuwan Barat, seperti Roger Bacon dan Johannes Kepler.
Ibnu Haitham meninggal di Kairo, Mesir, sekitar tahun 1040. Karena pengamatannya yang mendalam pada bidang optika, konsep-konsepnya menjadi dasar ilmu optika. Selain itu, dia mengantarkan optika pada kemajuan pesat masa kini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar