ETIKA DAN MORAL PERILAKU MANUSIA : Suatu Tinjauan Filsafat
Konteks perilaku manusia terhadap etika dan moralyang kemudian dikaji melalui konsep filsafat ilmu memberikan suatu pemahamanbahwa pemikiran manusia bukan saja dapat dipergunakan untuk menentukan danmempertahankan kebenaran atau hal – hal yang baik yang dapat bermanfaat bagiindividuali maupun masyarakat lain namun sekaligus juga dapat dipergunakanuntuk menemukan dan mempertahankan hal-hal yang tidak benar. Perlu disadaribahwa manusia yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa memiliki sifat yangbaik dengan berlandasankan pada ketebalan prinsip agama maupun etika dan moralPancasila, namun dalam perjalanan hidupnya akan mengalami suatu proses pasangsurut sehingga manusia itu akan terjerumus ke dalam perbuatan yang tidakseseuai dengan perintah Tuhan. Dengan demikian manusia yang memiliki akhlakyang baik dapat dikatakan masih memiliki moral dan etika yang baik juga.
PENDAHULUAN
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang palingsempurna. Manusia merupakan makhluk yang paling mulia dibandingkan denganmakhluk lainnya karena manusia dikaruniai oleh Allah SWT berupa akal, perasaan,dan kehendak yang tidak dimiliki makhluk lainnya tersebut. Ciri utama mahlukmanusia bilamana dibandingkan dengan mahluk-mahluk yang lain yakni manusiamemiliki ciri sebagai mahluk berbudaya. Kebudayaan ini terwujud karena dalamrangka interaksinya dengan semana manusia dan dengan alam lingkungan hidupnya.[1]
Menurut Abdulbkadir Muhmmad, akal adalah alat pikirsebagai sumber pengetahuan dan teknologi. Dengan akal manusia dapat menilaimana yang benar dan yang salah sebagai sumber kebenaran. Perasaan adalah alatuntuk menyatakan keindahaan sebagai sumber seni, karena dengan perasaan manusiadapat menilai mana yang indah (estetis) dan yang jelek sedangkan kehendakadalah alat untuk menyatakan pilihan sebagai sumber dari kebaikan karena dengankehendak manusia dapat menilai mana yang baik dan yang buruk sebagai sumbernilai moral. [2]
Untuk menjadi lebih baik maka sesuatu hal harussepenuhnya baik, sedikit noda saja akan menyebabkan hal tersebut menjadi tidakbaik. Ini berarti pula bahwa perbuatan manusia hanya akan dikatakan baik bilatujuan akhirnya, motivasi dan lingkungannya juga baik. Jika salah satu dariketiga hal atau faktor penentu tersebut tidak baik, keseluruhan perbuatanmanusia menjadi tidak baik, sekalipundua faktor lainnya baik.[3]
Sebagai makhluk budaya manusia perlu disadari bahwayang benar, yang indah dan yang baik itu menyenangkan, membahagiakan,menenteramkan dan memuaskan manusia. Sebaliknya yang salah, yang jelek dan yangburuk itu menyengsarakan, menyusahkan, menggelisahkan dan membosankan manusia.Dari dua sisi yang bertolak belakang ini, manusia adalah sumber penentu yangmenimbang, menilai, memutuskan untuk memilih yang paling menguntungkan (nilaimoral). [4] Dengan demikian pada kenyataanya manusia lebih cenderung menghendaki nilai kebenaran, nilai kebaikan,nilai keindahan dikarenakan sangat berguna bagi kehidupannya daripadasebaliknya.
Dalam memandang perbuatan dan mengatakan bahwaperbuatan itu baik atau buruk, adil atau tidak adil, jujur atau tidak jujur.Seseorang bisa mengatakan bahwa apa yang dijelaskan oleh temannya adalah ceritabohong saja. Disini seolah-olah mengukur suatu perbuatan itu sesuai dengannorma atau prinsip moral. Jika perbuatan itu sesuai dengan prinsipbersangkutan, kita menyebutkan baik, adil, jujur dan sebagainnya, akan tetapijika tidak sesuai kita menyebutkan buruk, tidak adil, tidak jujur dansebagainya. Disamping itu ada cara penilaian etis lain lagi yang tidak begitumemandang perbuatan, melaikan justru keadaan pelaku itu sendiri. Selain itujuga dapat menunjukan sifat watak atau akhlak yang dimiliki orang itu ataujustru dimilikinya sehingga kalau kita berbicara tentang bobot moral (baikburuknya) orang itu sendiri dan bukan tentang bobot moral salah satuperbuatannnya.
Berbicara mengenai pendekatan moral yang seringditemukan dalam kehidupan sehari-hari ini dalam tradisi pemikiran filsafatmoral tampak sebagai dua tipe teori etika yang berbeda yakni etika kewajibandan etika keutamaan. Kalau tinjau dari segi sejarah filsafat moral, maka etikakeutamaan adalah tipe teori etika yang tertua. Pada awal sejarah filsafat diYunani Sokrates, Plato, dan Aristoteles telah meletakan dasar bagi etika inidan berabad-abad lamanya etika keutamaan dikembangan terus. Etika kewajibandalam bentuk murni baru tampil di zaman modern dan agak cepat mengesampingkanetika keutamaan.[5] Dari kedua etika dimaksud perlu disadari bahwa moralitasselalu berkaitan dengan prinsip serta aturan dan serentak juga dengan kualitasmanusia itu sendiri, dengan sifat-sifat wataknya.
A. ETIKA DAN MORAL DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwaetika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tetang hak dankewajiban moral ( ahklak). [6] Seperti halnya dengan istilah yang bersangkutandengan konteks ilmiah, istilah etika pun berasal dari bahasa Yunani Kuno. KataEthos dalam bentuk tunggal mempunyai arti : tempat tinggal yang biasa, padangrumput, kandang, kebiasaan, adat, watak (ahklak), perasaan, cara berpikirsedangkan dalam bentuk jamak ta etha artinya adat kebiasaan. Dan arti terakhirinilah menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah etika yang oleh filsufYunani Besar Aristoteles (384-322 SM) sudah dipakai untuk menunjukan filsafatmoral. Jadi jika membatasi diri pada asal usul kata ini maka etika berarti ilmutentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adar kebiasaan. [7]
Selain itujuga pengertian etika adalah cabang ilmu filsafat yang membicarakan nilai danmoral yang menentukan perilaku seseorang/manusia dalam hidupnya. Etikamerupakan sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moralyang menentukan dan terwujud dalam sikap serta pola perilaku hidup manusia baiksebagai pribadi mapun sebagai kelompok. [8]
Dari penjelasan sebelumnya dapat ditarik kesimpulanbahwa Etika dijelaskan dengan membedakan tiga arti yakni :[9]
2.1 Ilmutentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral(akhlak);
2.2 Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;
2.3 Nilai mengenai benar dan salah yang dianut dari suatu golongan ataumasyarakat.
Dari ketiga arti tersebut dapat dirumuskan kembaliatau dapat dipertajam lagi sebagai berikut :
2.1 Kata etikabisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi peganganbagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya;
2.2 Etika berarti juga kumpulan asas atua nilai moral. Yang dimaksud disiniadalah kode etik;
3.3 Etika baru menjadi ilmu, bila kemungkinan-kemungkinan etis (asas-asasdan nilai-nilai tentang yang dianggap baik dan buruk begitu saja diterima dalamsuatu masyarakat, seringkali tanpa disadari menjadi bahan refleksi bagi suatupenelitian sistematis dan metodis. Etika disini sama artinya dengan filsafatmoral. [10]
Menurut Surahwardi K Lubis dalam istilah LatinEthoes atau Ethikos selalu disebut Mos sehingg dari perkataan tersebut lahirlahmoralitas atau yang sering diistilahkan dengan perkataan moral. Dalam bahasaagama Islam, istilah etika ini merupakan akhlak karena akhlak bukan sekadarmenyangkut perilaku manusia yang bersifat perbuatan yang lahiriah saja, akantetapi mencakup hal-hal yang lebih luas yaitu meliputi akidah, ibadah dansyariah. [11]
James J. Spillane SJ mengungkapkan bahwaetika atauethics memperhatikan tingkah laku manusia dalam pengambilan keputusanmoral.Etika mengarahkan atau menghubungkan penggunaan akal budi individu denganobyektivitas untuk menentukan kebenaran atau kesalahan dan tingkahlakuseseorang terhadap orang lain. [12] Sejalan dengan pikiran Surahwardi diatas,Abdullah Salim mengatakan akhlak islami cakupannya sangat luas yaitu menyangkutetos, etis, moral dan estetika. [13]
Berdasarkan beberapa pemikiran yang berkaitandengan etika diatas, Bartens sebagaimana dikutip oleh Abdul Kadir Muhammadmemberikan tiga arti etika sebagai berikut : [14]
2.1 Etika dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma moral;
2.2 Etika dipakai dalam arti kumpulan asas ataunilai moral;
2.3 Etika dipakai dalam arti ilmu
Dalam perkembangannya, etika dapat dibagi menjadidua, etika perangai dan etika moral. [15]Etika perangani adalah adat istiadatatau kebiasaan yang menggambarkan perangai manusia dalam hidup bermasyarakat didaerah tertentu, pada waktu tertentu pula. Etika perangai tersebut diakui danberlaku karena disepakati masyarakat berdasarkan hasil penilaian perilakucontohnya berbusana adat, pergaulan muda-mudi, perkawinan semenda, dan upacaraadat sedangkan etika moral berkenaan dengan kebiasaan berperilaku baik danbenar berdasarkan kodrat manusia, dan apabila etika ini dilanggar timbulkahkejahatan yaitu perbuatan yang tidak baik dan tidak benar. Kebiasaan iniberasal dari kodrat manusianyang disebut moral, contohnya berkata dan berbuatjujur, menghormati orang tua dan guru, menghargai orang lain, membela kebenarandan keadilan dan sebagainya.
Fungsi etika menurut Darji Darmodihardjo, etika memberipetunjuk untuk tiga jenis pertanyaan yang senantiasa diajukan. Pertama, apakahyang harus dilakukan dalam situasi konkret yang tengah dihadapinya, Keduabagaimana mengatur pola konsistensi dengan orang lain, Ketiga akan menjadimanusia macam apa kita ini ? dalam konteks ini, etika berfungsi sebagaipembimbing tingkah laku manusia agar dalam mengelola kehidupan initidak sampaibersifat tragis. [16]
Menurut Magnis Suseno bahwa ada 4 fungsi etikadiantaranya : [17]
2.1 Etika dapat membantu dalam menggali rasionalitas dari moral agama,seperti mengapa Tuhan memerintahkan ini, bukan itu;
2.2 Etika membantu dalam menginterprestasikan ajaran agama yang salingbertentangan;
2.3 Etika dapat membantu menerapkan ajaran moral agama terhadapmasalah-masalah baru dalam kehidupan manusia, seperti soal bayi tabung daneutanasia, yaitu tindakan mengakhiri hidup dengan sengaja kehidupan mahkluk.
2.4 Etika dapat membantu mengadakan dialog antar agama karena etikaberdasarkan diri pada argumentasi rasional belaka dan bukan pada wahyu.
Dalam rangka menjernikan istilah etika dan etiketkerap kali kedua istilah ini dicampuradukan begitu saja padahal diantaranyasangat hakiki dimana etika disini berarti moral dan etiket berarti sopansantun. Disamping perbedaan, ada juga persamaan yakni, etika dan etiketmenyangkut perilaku manusia sehingga istilah ini hanya menyangkut perilakumanusia secara normatif. Perbedaannya adalah etiket menyangkut cara suatuperbuatan harus dilakukan manusia sedangkan etika tidak terbatas pada caradilakukan suatu perbuatan, etika memberikan norma tentang perbuatan itusendiri,etika menyangkut masalah apakah suatu perbuatan boleh boleh dilakukanatau tidak boleh.[18]
Etiket berlaku hanya dalam pergaulan, bila tidakada orang lain hadir atau tidak ada saksi mata maka etika tidak berlakusedangkan untuk Etika tidak tergantung pada hadir tidaknya orang lain artinyatidak ada saksi mata. Etiket bersifat relatif, yang dianggap tidak sopan dalamsatu kebudayaan bisa saja dianggap sopan dalam kebudayaan lain sedangkan etikasangat absolut. [19]
Pengertian Moral memiliki arti (1) ajaran tentangbaik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak,budi pekerti, susila. (2) kondisi mental yang membuat orang tetap berani,bersemangat, bergairah, berdisiplin, isi hati atau keadaan perasaan. [20]
Beranjak dari pengertian moral diatas, padaprinsipnya moral merupakan alat penuntun, pedoman sekaligus alat kontrol yangpaling ampuh dalam mengarahkan kehidupan manusia. Seseoran gang tidakmemfungsikan dengan sempurna moral yang telah dalam diri manusia yang tepatnyaberada dalam hati, maka manusia tersebut akan menjadi manusia yang akan selalumelakukan perbuatan atau tindakan-tindakan yang sesat, dengan demikian manusiatelah merendahkan martabatnya sendiri.
Sejalan dengan pengertian moral sebagaimanatersebut di atas, Bartens sebagaimana dikutip oleh Kadir Muhammad mengatakanbahwa kata yang sama dekat denan etika adalah moral. Selanjutnya berbicaramengenai tingkah laku seseorang, maka ini pula berkaitan dengan kesadaran yangharus dijalankan oleh seseorang dalam memaknai dirinya sebagai manusia ciptaanTuhan. Oleh karena itu kata kunci dari moral terledak pada kesadasaranpengelolahan moral itu sendiri. Menurut Drijakara menegaskan bahwa kesadaranmoral [21]adalah kesadaran manusia tentang diri sendiri, didalam mana seringdilihat dengan berhadap baik dan buruk. Dalam hal ini manusia dapat membedakanantara halal dan yang haram, yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan,meskipun dapat dilakukan.
Adapun faktor penentu moralitas pada prinsipnyamanusia diciptakan Tuhan yang Maha Kuasa memiliki sifat yang baik, namun dalamperjalanan hidupnya akan mengalami suatu proses pasang surut sehingga manusiaitu akan terjerumus ke dalam perbuatan yang tidak seseuai dengan perintahTuhan. Dengan demikian manusia yang memiliki akhlak yang baik dapat dikatakanmasih memiliki moral yang baik.
Menurut Liliana Tedjosaputro membagi moralitas kedalam dua bagian yaitu moralitas dapat bersifat intrinsik dan moralitas yangbersifat ekstrinsik [22]namun disisi lain Immanuel Kant juga membedakanmoralitas menjadi dua bagian yaitu [23]; moralitas dibagi dalam dua bagianyaitu : moralitas hetronom dan moralitas otonom.
Sementara itu menurut Sumaryono mengemukakan tigafaktor penentu moralitas perbuatan manusia yaitu :
2.1 Motivasi
2.2 Tujuan akhir
2.3 Lingkungan perbuatan [24]
Dari uraian penjelasan mengenai moralitas dapatdisimpulkan bahwa moralitas pada dasarnya sama dengan moral dimana moralitassuatu perbuatan artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya.Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenandengan baik dan buruk.
Selain moral ada juga amoral dan immoral dimanamenurut istilah inggris oleh Concise Oxoford Dictionary kata amoral diterangkansebagai unconcerned with,out of the sphere of moral, non-moral, jadi kataInggris amoral berarti tidak berhubungan dengan konteks moral diluar suasanaetis, non moral. Dalam kamus yang sama immoral dijelaskan sebagai opposed tomorality, morally evil. Jadi kata inggris immoral berarti bertentangan denganmoralitas yang baik secara moral buruk tidak etis. Dalam Kamus Bahasa Indonesiayang baru tidak dimuat immoral akan tetapi dijelaskan hanyak amoral yangartinya tidak bermoral, tidak berkhlak. [25]
B. ETIKA DAN MORAL SEBAGAI CABANG FILSAFAT
Etika adalah salah satu bagian dari cabang filsafattetapi mengenai moral sehingga juga filsafat moral. Sebagai filsafat moral.Etika menyelidiki perbuatan baik dan buruk, benar dan salah berdasarkan kodratmanusia yang diwujudkan dalam kehendaknnya. Sebagai obyek ilmu pengetahuantelaah etika adalah moral sehingga yang dimaksud denganmoral adalah keseluruhannorma yang berbentuk perintah dan larangan yang mengatur perilaku manusia danbermasyarakat dimana manusia itu berada. Sedangkan ciri moral adalahmengandalkan kesadaran manusia, manusia dibentuk oleh moral. Dimensi lain yangditelaah etika adalah kecenderungan batin sebagau sumber perbuatan dan tujuanperbuatan dengan demikian dapat diketahui keadaan moral perilakunya.
Sebagai ilmu pengetahuan filsafat moral, etikamenelaah tujuan hidup manusia yaitu, kebahagian, kebahagian dimaksud adalahkebahagian sempurna yang memuaskan manusia,baik jasmani maupun rohani daridunia samapi ke akhirat melalui kebenaran filosofis, kebahagiaan sempurnaadalah tujuan akhir manusia.
Menurut Theo Huijbers (1995) menjelaskan, filsafatadalah kegiatan intelektual yang metodis dan sistimatis, secara refleksimenangkap makna hakiki keseluruhan yang ada. Obyek filsafat bersifat universal,mencakup segala yang dialami manusia. Berpikir secara filsafat adalah mencariarti yang sebenarnya segala hal yang ada melalui pandangan cakrawala yangpaling luas. Metode pemikiran filsafat adalah refleksi atas pengalaman danpengertian tentang suatu hal tentang cakrawala yang universal. [26] Berbedadengan Theo Huijbers dari segi obyeknya, Sumaryono, (1995) menjelaskan bahwafilsafat adalah ilmu yang berfungsi sebagai interpretasi tentang hidup manusia,tugasnya ialah meniliti dan menentukan semua fakta konkret sampai pada yang palingmendasar.
Plato (427-347 SM), filsuf Yunani yang termasyhur,murid Scorates dan guru Aristoteles mengatakan bahwa filsafat itu tidaklah laindaripada pengetahuan tentang segala yang ada. Sementara itu menurut Aristoteles( 384-322 SM) seorang dari filsuf terbesar, murid Plato dan guru Raja Iskandardari Macedonia berpendapat bahwa filsafat itu menyelediki sebab dan asas segalabenda. [27]
Selain itu juga menurut Marcus Tullis Cicero(106-43 SM) politikus dan ahli pidato Romawi, merumuskan filsafat itu adalahpengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan usaha-usaha mencapati yangtersebut. [28]
Menurut Immanuel Kant (1724-1804) yang disebutraksasa pikiran Barat, mengatakan bahwa filsafat itu ilmu pokok dan pangkal segalapengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan, yaitu :
3.1 Apakah yang dapat kita ketahui?
(Dijawab oleh metafisika)
3.2. Apakah yang boleh kita kerjakan?
(Dijawab oleh etika)
3.3 Sampai dimanakah pengharapan kita?
(Dijawab oleh agama)
3.4 Apakah yang dinamakan manusia?
(Dijawab oleh Antropologi) [29]
Al-Farabi yang merupakan Filsuf muslim terbesarsebelum Ibn Sina berkata bahwa filsafat itu ialah pengetahuan tentang alam yangmaujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang sebenarnya. [30]
Harold H. Titus dalam bukunya Living Issues inPhilosophy mengemukakan empat pengertian tentang filsafat sebagai berikut :
3.1 Philosophy is an attitude toword life and the universe (Filsafat adalahsatu sikap tentang hidup dan tentang alam semesta);
3.2 Philosophy is a method of reflective thingking and reasoned inquiry(filsafat adalah satu metode pemikiran refleksi dan penyelidikan akliah)
3.3. Philosophy is a group of problems ( filsafatadalah satu perangkat masalah)
3.4 Philosophy is a group of systems of thought (filsafat adalah satuperangkat teori atau sistem pemikiran) [31]
Walaupun tentu saja masih banyak sekali rumusan-rumusanlainnya dari para ahli lainnya namundapat disimpulkan sebagai berikut :
3.1 Filsafat adalah ilmu istimewa yang mencoba menjawab masalah-masalah yangtidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa, karena masalah-masalahtersebut itu diluar atau diatas jangkauan pengetahuan biasa;
3.2 Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budi untuk memahamisecara radikal dan integral serta sistematik hakika sarwa yang ada yakni,hakikat Tuhan, alam semesta dan manusia [32]
Ketika membahas filsafat diketahui bahwa filsafatmencakup ilmu-ilmu khusus akan tetapi perkembangan selanjutnya ilmu-ilmu khusustersebut satu demi satu memisahkan diri dari induk filsafat. Menurut H. De. Vosdidalam E.N.S.I.E mengajukan penggolongan filsafat sebagai berikut ;Metafisika, Logika, ajaran tentang ilmu pengetahuan, filsafat alam, kebudayaan,filsafat sejarah dan etika. [33]
Aliran-aliran etika dalam filsafat adalah sebagaiberikut ; aliran etika naturalisme, hedonisme, utilitarinisme, idealisme,vitalisme dan theologis[34]
Selain aliran etika dalam filsafat juga dijelaskansistem filsafat moral dimana hakikat moral dan peranannya dalam hidup manusia.Menurut pandangan hedonisme bahwa baik secara moral dengan kesenangan tidaksaja merupakan pandangan pada permulaan sejarah filsafat tetapi kemudia harisering kembali dalam berbagai variasi. Hedonisme yang menjiwai pemikiran modernitu mengakui dimensi sosial sebagai faktor yang tidak bisa disingkirkan. Dalam duniamodern sekaran gini rupanya hedonisme masih hadir dalam bentuk yang lain,hedonisme merupakan etika emplisit yang mungkin tanpa disadari dianut olehindividu dewasa ini. Eudemonisme merupakan pandangan dari filsuf Yunani besar,Aristoteles. Dalam bukunya Ethika Nikomakheia menegaskan bahwa setiap kegiatanmanusia mengejar suatu tujuan. Bisa dikatakan juga dalam setiap perbuatan inginmencapai sesuatu yang baik bagi manusia, sering manusia mencari suatu tujuanuntuk mencapai tujuan lain lagi. Menurut Aristoteles menegaskan bahwa setiaporang mencapai tujuan terakhir dengan menjalankan fungsi yang baik. BagiAristotels ada dua macam keutamaan : yang pertama membicarakan keutamaanintelektual dan kedua adalah keutamaan moral. [35]
Aliran Utilitarisme membagi menjadi dua bagiandiantaranya utilitarisme klasik dan Utilitarisme aturan. Utilitarisme dimaksudsebagai dasar etis untuk memperbahuri khususnya hukum pidana, jadi tidak inginmenciptakan suatu teori moral yang abstrak. Tujuan hukum adalah memajukankepentingan para warga negara dan bukan melaksanakan perintah-perintah ilahiatau melindungi yang disebut hak-hak kodrat. Sedangkan Utilitarisme aturanadalah merupakan sebuah varian yang menarik dari utilitarisme, menurut RichardB. Brandt melangkah lebih jauhlagi dengan mengusulkan agar bukan aturan moralsatu demi satu, melainkan sistem aturan moral sebagai keseluruhan diuji denganprinsip kegunaan, sehingga perbuatan adalah baik secara moral, bila sesuaidengan aturan yang berfungsi dalam sistem aturan moral yang paling berguna bagisuatu masyarakat. [36]
Dari penjelasan tersebut sehingga dapat disimpulkanbahwa aliran hedonisme adalah kodrat manusia itu selalu mencari kenikmatan ataukebahagian hidup. Perbuatan manusia dikatakan baik apabila perbuatan itumenghasilkan kenikmatan atau kebahagiaan bagi diri sendiri atau orang lain(universal), Aliran Utilitarisme berpendapat bahwa perbuatan baik apabilabermanfaat bagi manusia dan dikatakan buruk apabila menimbulkan mudharat/kerugianbagi manusia. Paham ini mengatakan bahwa orang baik adalah orang membawamanfaat, maksudnya supaya berusaha berbuat baik. Aliran Naturalisme berpendapatbahwa perbuatan manusia itu dikatakan baik apabila bersifat alami, tidakmerusak alam. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi perusak alam yangutama, sumber kesusahan orang banyak dan ini adalah buruk.
Sedangkan Aliran Vitalisme berpendapat bahwaperbuatan manusia mengacu kepada kehidupan sebagai kebaikan tertinggi.Perbuatan baik adalah perbuatan yang menambah daya hidup sedangkan perbuatanburuk adalah perbuatan yang mengurangi bahkan merusakan daya hidup. Usahasetiap manusia seharusnya bertujuan agar dapat hidup dan berkehendak untukhidup serta melenyapkan hal-hal yang merintangi kemajuan dan perkembangankehidupan. Manusia juga wajib menghormati serta meningkatkan daya hidupdimanapun terhdap makhluk lain da sekuat mungkin melawan maut.
Untuk dapat menentukan bahwa perbuatan itu adalahperbuatan moral, manusia melalui penilaian dengan menggunakan norma moral,moral adalah patokan atau ukuran manusiawi untuk mempertimbangkan perbuatanbenar atau salah, baik atau buruk, bermanfaat atau merugikan. Moralitasperbuatan ditentukan oleh motivasi, tujuan akhir dan lingkungan perbuatan itusendiri.
KESIMPULAN
Etika adalah cabang ilmu filsafat yang membicarakannilai dan moral yang menentukan perilaku seseorang/manusia dalam hidupnya.Etika merupakan sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan normamoral yang menentukan dan terwujud dalam sikap serta pola perilaku hidupmanusia baik sebagai pribadi mapun sebagai kelompok.
Sebagai makhluk budaya manusia perlu disadari bahwayang benar, yang indah dan yang baik itu menyenangkan, membahagiakan,menenteramkan dan memuaskan manusia. Sebaliknya yang salah, yang jelek dan yangburuk itu menyengsarakan, menyusahkan, menggelisahkan dan membosankan manusia.Dari dua sisi yang bertolak belakang ini, manusia adalah sumber penentu yangmenimbang, menilai, memutuskan untuk memilih yang paling menguntungkan (nilaimoral). Dengan demikian pada kenyataanya manusia lebih cenderung menghendaki nilai kebenaran, nilai kebaikan,nilai keindahan dikarenakan sangat berguna bagi kehidupannya daripadasebaliknya.
Untuk dapat menentukan bahwa perbuatan itu adalahmerupakan perbuatan moral yang dilakukan oleh manusia memerlukan penilaiandengan menggunakan norma moral, yakni norma karena norma adalah patokan atauukuran manusiawi untuk mempertimbangkan perbuatan benar atau salah, baik atauburuk, bermanfaat atau merugikan. Moralitas perbuatan ditentukan oleh motivasi,tujuan akhir dan lingkungan perbuatan itu sendiri.
Perbuatan manusia seutuhnya adalah perbuatan yangdilandasi oleh akal yang menyatakan benar atau salah, rasa yang menyatakan baikatau buruk dan karsa menyatakan pilihan berdasarkan kehendak bebas. Kehendakbebas adalah kesadaran dan kesadaran adalah suara hati nurani. Hati nuraniselalu menyuarakan baik, benar dan bermanfaat oleh karena itu, perbuatan yangmemenuhi ketiga unsur ini disebut perbuatan moral yaitu perbuatan yangbersumber pada hari nurani yang selalu baik, benar dan bermafaat. Perbuatanmoral mempunyai nilai moral yaitu nilaimanusia seutuhnya. Perbuatan moral menuntun manusia menuju pada kebahagian,ketertiban, kestabilan dan kemajuan.
Kebalikan dari perbuatan moral adalah perbuatanamoral yaitu perbuatan tidak baik, tidak benar, tidak bermanfaat karena tidakmemenuhi ketiga unsur manusia seutuhnya, tidak menyuarakan hati nurani.Perbuatan amoral adalah perbuatan jahat yang tidak mempunyai nilai moral,karena perbuatan itu jahat, maka pelakunya disebut penjahat. Penjahat adalahmusuh masyarakat orang baik-baik sehingga perbuatan amoral menggiring manusia menujukesengsaraan, kekacauan, kerusakan dan kehancuran.
Manusia seutuhnya disebut juga manusiawi dimanaperbuatan manusia seutuhnya disebut perbuatan manusiawi yang mempunyai nilaimanusiawi sebaliknya perbuatan yang tidak memenuhi unsur-unsur kodrat manusiatidak baik, tidak benar, tidak bermanfaat, tidak menyuarakan hati nuranidisebut perbuatan tidak manusiawi dan tidak mempunyai nilai manusiawi.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Tim Dosen Filsafat Ilmu, Fakultas FilsafatIlmu Universitas Gajahmada, Filsafat Ilmu, Liberty Yogyakarta, Januari 2010,hlm 178
[2]. AbdulkadirMuhammad, Etika Profesi Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 1
[3]. Menurut Skolastik berbunyi sebagai berikut :Bonum Ex Integra Causa, Malum Ex Quocumque defectu artinya Untuk menjadi lebihbaik maka sesuatu hal harus sepenuhnya baik, sedikit noda saja akan menyebabkanhal tersebut menjadi tidak baik , yang dikutip E. Sumaryono, Etika Profesi Hukum, Norma-Norma dalam PenegakHukum, Kanisius, Yogyakarta, 1995, hlm 19
[4]. Opcit.hlm 2
[5]. Konsepini dikemukakan oleh K. Bertens, Etika, Seri Filsafat Atmajaya 15 dijelaskanbahwa dalam penilaian etis pada taraf populer dapat dibedakan dalam 2 macampendekatan yakni, mengukur perbuatan dengan norma atau prinsip moral dankarakteristik sifat watak atau akhlak yang dimiliki orang tersebut atau justrutidak dimilikinya, Tradisi pemikiran filsafat moral tampak sebagai dua tipeteori etika yang berbeda, : Etika Kewajiban mempelajari prinsip-prinsip danaturan-aturan moral yang berlaku untuk perbuatan manusia selanjutnya etika inimenunjukan norma dan prinsip mana yang perlu diterapkan dalam hidup moralmanusia sedangkan Etika Keutamaan mempunyai orientasi yang lain, dimana etikaini menyoroti perbautan satu demi satu apakah sesuai atau tidak dengan normamoral akan tetapi lebih memfokuskan manusia itu sendiri sehingga etika inimempelajari keutamaan (virtue) artinya sifat watak yang dimiliki manusia, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1993, hlm. 211.
[6]. KamusBesar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, Departemen Pendidikan danKebudyaan, Jakarta, 1991, hlm. 271. Bandingkan dengan W.J.S. Poerwadarminta,Kamus Umum Bahasa Indonesia, dikatakan bahwa etika adalah ilmu pengetahuantetang asas-asas moral (akhak).
[7]. Opcit.hlm 4
[8]. http://kuliahfilsafat.blogspot.com/2009/04/socrates-filsafat-etika-dan-moral.html,tanggal27 April 2010, Jam 16.00 Wib
[9]. Opcit. hlm 6
[10]. Ibid
[11]. Surahwardi K. Lubis, dalam Supriadi, Etikadan Tanggungjawab Profesi Hukum di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, 2006,hlm. 7-8
[12]. James J. Spillane SJ, dalam Surahwardi K.Lubis, Etika Profesi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 1994, hlm 1
[13]. Abdullah Salim, dalam Suhrawardi K. Lubis,dijelaskan bahwa akhlak cakupannya sangat luas yaitu
a. Etos yang mengatur hubungan seseorang dengankhaliknya, al-ma’bud bi haq serta kelengkapan uluhiyah dan rubbubiyah sepertiterhadap rasul-rasul Allah, Kitabnya dan sebagainya.
b. Etis, yang mengatur sikap seseorang terhadapdirinya dan terhadap sesamanya dalam kegiatan kehidupan sehari-hari.
c. Moral,yang mengatur hubungan dengan sesamanya tetapi berlainan jenis dan atau yangmengatur kehormatan tiap pribadi
d. Estetika, rasa keindahan yang mendorongseseorang untuk meningkatkan keadaan dirinya serta lingkungannya agar lebihindah dan menuju kesempurnaan.
[14]. Bartens, dalam Supriyadi, dijelaskan bahwapemikiran etika dapat memberikan tiga arti etika sebagai berikut :
a. Etika dipakai dalam arti nilai-nilai dannorma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Arti inidapat juga disebut sistem nilai dalam hidup manusia perseorangan atau hidupbermasyarakat, misalanya etika orang Jawa, Sunda dan sebagainya;
b. Etika dipakai dalam arti kumpulan asas ataunilai moral yang dimaksud disini adalah kode etik misalanya kode etikkedokteran, Advokat dan lain-lain;
c. Etika dipakai dalam arti ilmu tentang baik danyang buruk artinya etika disini sama dengan filsafat moral.
[15]. Opcit, hlm 9
[16]. Darji Darmodihardjo dan Sidharta, Pokok-PokokFilsafat Hukum, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 1995, Cetakan I, hlm 237.
[17]. Magnis Suseno dalam C.S.T. Kansil danChristine T. Kansil, Pokok-pokok Etika Profesi Hukum, Pradnya Paramita,Jakarta, 1995, hlm 2
[18]. K.Bertens, Etika, Opcit, hlm 9
[19]. Ibid
[20]. KamusBesar Bahasa Indonesia, Opcit, hlm. 665
[21]. Drijakarta,dalam Supriyadi, Opcit hlm. 13
[22]. Liliana Tedjosaputro, etika Profesi danProfesi Hukum, Aneka ilmu, semarang, 2003 hlm. 7, menjelaskan moralitas kedalam dua bagian yakni;
a. Moralitas dapat bersifat intrinsik,berasal daridiri manusia itu sendiri sehingga perbuatan manusia itu baik atau burukterlepas atau tidak dipengaruhi oleh peraturan hukum yang ada. Moralitasintrinsik ini esensianya terdapat dalam perbuatan diri manusia itu sendiri.
b. Moralitas yang bersifat ekstrinsik penilaiannyadidasarkan pada peraturan hukum yang berlaku, baik yang bersifat perintah ataularangan, moralitas ini merupakan realitas bahwa manusia itu terkait padanilai-nilai atau norma-norma yang diberlakukan dalam kehidupan bersama.
[23]. Immanuel Kant, diterjemahkan Lili Tjahyadidalam Supriyadi, Opcit, hlm13-14 dijelaskan bahwa moralitas dapat dibedakanmenjadi dua bagian yaitu :
a. Moraltias hetronom merupakan sikap dimanakewajiban ditaati dan dilaksanakan bukan karena kewajiban itu sendiri,melainkan karena sesuatu yang berasal dari luar kehendak si pelaku sendiri;
b. Moralitas otonom merupakan kesadaran manusiaakan kewajiban yang ditaatinya sebagai suatu yang dikehendaknya karena diyakinisebagai hal yang baik. Didalam moralitas otonom orang mengikuti dan menerimahokum lantaran mau mencapat tujuan yang diinginkan ataupun lantaran takut padapenguasa, melainkan karena itu dijadikan kewajiban sendiri berkat nilainya yangbaik.
[24]. Sumaryono, Etika Profesi Hukum, Norma-Normabagi Penegak Hukum, Kanisius, Yogyakarta dalam Abdulkadir Muhammad, Ibid, hlm18-19, dijelaskan bahwa Motivasi adalah hal yang diinginkan oleh pelakuperbuatan dengan maksud untuk mencapai sasaran yang hendak dituju. Jadimotivasi itu dikehendaki secara sadar sehingga menentukan kadar moralitasperbuatan, sedangkan untuk tujuan akhir adalah diwujudkannya perbuatan yangdikehendaki secara bebas. Moralitas perbuatannya ada dalam kehendak perbuatanitu menjadi obyek perhatian kehendak artinyanya memang dikehendaki olehpelakunya. Selain itu juga unsur lingkungan perbuatan adalah segala sesuatuyang secara aksidental mengelilingi atau mewarnai perbuatan. Termasuk dalamperngertian lingkungan perbuatan adalah ; manusia yang terlibat, kualitas dankuantintas perbuatan, cara, waktu dan tempat dilakukannya perbuatan danfekuensi perbuatan.
[25]. K. Bertens, Etika, Opcit, hlm 7-8
[26]. Abdulkadir Muhammad, Opcit, hlm 27
[27]. Takdir Alisjahbana, Pembimbing keFilsafat;Metafisika, Jakarta, 1957, hlm. 16
[28]. H.Aboebakar Atjeh, Sejarah Filsafat Islam, Semarang, 1970, hlm. 10
[29]. AbdulHanifah, Rintisan Filsafat, 1950, hlm 16
[30] Al-farabi, dalam H. Endang Saifuddin Anshari,Ilmu, Filsafat dan Agama, Bina Ilmu, 1987, hlm 83.
[31]. Ibid,hlm 84
[32]. Ibid,hlm 85
[33]. Ibid,hlm 93
[34]. Hasubullah Bakry, dalam H. Endang SaifuddinAnshari, ibid hlm 96 dijelaskan bahwa :
a. Aliran etika naturalisme ialah aliran yangberangapan bahwa kebahagian manusia itu didapatkan dengan menurutkan panggilannatura (fitrah) kejadian manusia sendiri.
b. Aliran etika hedonisme ialah aliran yangberpendapat bahwa perbuatan susila itu ialah perbuatan yang menimbulkan hedone(kenikmatan dan kelesatan)
c. Aliran etika idealisme ialah aliran yangberpendirian bahwa perbuatan manusia janganlah terikat pada sebab musabablahir, tetapi haruslah berdasarkan pada prinsip kerohanian (idea) yang lebihtinggi
d. Aliran etika vitalisme ialah aliran yang menilaibaik buruknya perbuatan manusia itu sebagai ukuran ada tidaknya daya hidup(vital) yang maksimum mengendalikan perbuatan itu.
e. Aliran etika theologis ialah aliran yangberkeyakinan bahwa ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia itu dinilaidengan sesuai dan tidak sesuainya dengan perintah Tuhan (Theos – Tuhan).
[35]. K. Bertens, Etika, Opcit, hlm 242-243dijelaskan bahwa Keutamaan intelektual menyempurnakan langsung rasio itusendiri sedangkan keutamaan moral rasio menjalankan pilihan – pilihan yangperlu diadakan dalam hidup sehari-hari.
[36]. Ibid, hlm 246-253
(Di salin dari: R. Herman Katimin )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar