Jumat, 14 November 2014

PERAN CINTA DAN KEINDAHAN DALAM KEHIDUPAN SPIRITUAL

PERAN CINTA DAN KEINDAHAN DALAM KEHIDUPAN SPIRITUAL

Pengembaraan di jalan menuju Taman Kebenaran memerlukan bukan hanya pencapaian dan perwujudan pengetahuan pemersatu, melainkan juga keterbenaman di dalam cinta dan ketertarikan pada keindahan di tingkat tertingginya. Allah telah menjadikan mungkin bagi kita manusia untuk dapat meraih-Nya tidak hanya melalui pengetahuan tetapi juga melalui cinta dan keindahan. Taman itu adalah Taman Kebenaran, sekaligus juga Taman Cinta, yang Keindahannya melebihi dan melampaui semua yang dapat kita bayangkan atau telah kita alami sebagai sesuatu yang menyenangkan dan indah di bumi ini. Tukang Kebunnya juga sang Kekasih, yang tidak hanya harus diketahui, tetapi juga dicintai dan direnungkan dalam keindahannya yang tak berhingga, yang membakar penonton dan menggiring kepada ekstasi penyatuan serta kedamaian puncak. Laki-laki dan perempuan mengalami berbagai macam cinta dan menyaksikan banyak objek yang indah dalam kehidupan di bawah sini, tetapi kebanyakan tidak mencapai Taman Kebenaran melalui pengalaman seperti itu. Oleh karena itu kita harus bertanya pada diri kita sendiri apakah cinta dan keindahan dalam konteks Tasauf dan mengapa kaum Sufi, yang begitu menekankan pengetahuan prinsipal dan mencerahkan, sangat sering berbicara tentang cinta dan keindahan, yang saling terkait tanpa terpisahkan satu sama lain.

Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, penting untuk mencuplik hadis qudsi dari Nabi mengenai hubungan antara pengetahuan dan cinta:
Dia yang mencari-Ku akan menemukan-Ku.
Dia yang menemukan-Ku akan mengetahui-Ku.
Dia yang mengetahui-Ku akan mencintai-Ku.
Dia yang mencintai-Ku, akan Aku cintai.
Dia yang Kucintai, akan Aku tebas.
Dia yang Kutebas, akan Aku tebus.
Dia yang Kutebus, Diriku sendirilah penebusnya.
Jalan menuju Kebenaran menghasilkan penemuan Kebenaran, yang berarti pengetahuan mengenai-Nya. Lebih jauh lagi, Kebenaran itu sedemikian sehingga orang tidak dapat mengetahui-Nya tanpa mencintai-Nya. Dan cinta itu akhirnya mengantarkan ke dalam rengkuhan Allah, yang pada gilirannya mencintai orang-orang di antara hamba-hamba-Nya yang mencintai Dia. Akan tetapi, dalam pengertian metafisik, cinta Allah mendahulu cinta manusia, seperti yang akan kita tinjau di bawah ini.

Oleh: Ahmad Y. Samantho
Dicuplikdari buku : GARDEN OF TRUTH karya Seyyed Hossein Nasr

Tidak ada komentar:

Posting Komentar