Jumat, 14 November 2014

CINTA ALLAH

CINTA ALLAH

Telah disebutkan bahwa Allah mencintai kita terlebih dahulu sebelum kita memiliki kemungkinan untuk mencintai-Nya. Prioritas ontologis ini harus selalu diingat. Allah dapat saja menciptakan makhluk yang tidak bisa apa-apa kecuali memuliakan Dia, dan Dia melakukan itu dalam menciptakan malaikat. Tetapi dalam kasus manusia, Dia menciptakan makhluk yang dianugerahi kehendak bebas, makhluk yang mampu mencintai-Nya secara sadar, tetapi juga mampu untuk tidak mencintai-Nya. Tidak ada cinta dengan paksaan. Cinta Allah adalah kenyataan yang meliputi penciptaan melalui tindakan penciptaan itu sendiri oleh Allah yang juga Maha Penyayang, Maha Pengasih, dan Maha Pencinta. Tetapi dari sisi manusia, adalah mungkin untuk tidak mencintai Allah sebagaimana mungkin pula untuk menolak keberadaan-Nya sendiri. Hidup di dunia ini bukan hanya ujian bagi iman kita, seperti ditegaskan Al-Quran, tetapi juga bagi cinta kita kepada Allah dan kemungkinan membalas cinta-Nya kepada kita dalam keterbatasan kita. Seperti disebutkan dalam hadis qudsi yang dikutip pada awal bab ini, adalah hak laki-laki dan perempuan untuk menjadikan Allah kekasih mereka. Atas dasar kenyataan ini, Allah meminta kita untuk menjadi kekasih bagi-Nya dalam kepenuhan kehendak bebas kita.
Halangan terbesar untuk merespons secara positif terhadap imbauan ilahi ini adalah bahwa ada banyak hal lain yang dapat menjadi objek kecintaan kita, mulai dari ego kita sendiri. Allah mengetahui keadaan ini, sehingga wahyu agama-agama dan kekuatan spiritual yang terkandung di dalamnya, dapat melepaskan ikatan kecintaan jiwa pada yang sementara dan fana lalu membelokkannya ke arah Allah. Ketika kaum Sufi berbicara tentang cinta, atau ‘isyq, mereka berpikir tentang aspeknya yang membebaskan dan bukan yang mengikat. Mencintai Allah secara penuh berarti memiliki kebebasan penuh dari setiap ikatan lain, dan karena Allah itu mutlak dan tak terbatas, maka itu berarti mengalami kebebasan mutlak dan tak terbatas.
Dalam salah satu ghazal-nya yang paling terkenal Hāfizh, penulis syair dan puisi mistik terindah dalam bahasa Persia, melantunkan:
Aku ungkapkan dan puas dengan kata-kataku,
Aku adalah hamba cinta dan terbebas dari kedua dunia.
Dulu aku terbang di dalam Taman suci, bagaimana aku bisa menjelaskan keterpisahanku?
Bagaimana aku lalu terjerat di dalam perangkap dunia ini?
Dulu aku malaikat dan surga yang agung adalah tempat tinggalku,
Adam membawaku ke biara reruntuhan kota ini.
Cinta Ilahi membebaskan kita tidak hanya dari dunia yang ini tetapi juga yang berikutnya, dipahami dalam bahasa agama biasa sebagai dunia yang penduduknya akan dihakimi dan mendapat balasan sesuai perbuatan baik atau buruknya di dunia ini. Melalui Cinta Ilahi kita kembali ke Taman suci tempat kita berada dalam kedekatan dengan Tuhan sebelum kejatuhan kita, Taman suci yang juga merupakan Taman kesatuan di atas seluruh keadaan penebusan dosa, di atas tempat tinggal di neraka dan surga seperti yang biasanya dipahami.

Oleh: Ahmad Y. Samantho
Dicuplikdari buku : GARDEN OF TRUTH karya Seyyed Hossein Nasr

Tidak ada komentar:

Posting Komentar