Tampilkan postingan dengan label Metasifika. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Metasifika. Tampilkan semua postingan

Minggu, 12 Oktober 2014

EVOLUSI BINTANG

EVOLUSI BINTANG


Pendahuluan
Bintang dikenal sebagai objek langit yang tampak di malam hari. Sebuah cahaya titik yang berkerlap-kerlip, dan terkadang bila diperhatikan dengan seksama, warnanya berubah-ubah dari putih ke biru atau merah dan sebaliknya. Sebenarnya bintang merupakan bola gas yang terbentuk karena gaya gravitasinya sendiri. Cahaya bintang berasal dari hasil reaksi fusi nuklir di mana hidrogen digabungkan untuk menghasilkan helium, gelombang eletromagnetik, dan energi. Bintang memancarkan energinya relatif konstan/stabil setiap saat. Jadi, perubahan yang terjadi tidak berasal dari bintang itu sendiri. Lalu, bagaimana bintang bisa tampak berkedip?
Penyebab utamanya adalah karena bumi memiliki atmosfer dengan temperatur yang berbeda-beda, menyebabkan lapisan-lapisan udara tersebut bergerak-gerak sehingga menimbulkan turbulensi. Turbulensi ini bentuknya sama seperti ombak atau gelombang di laut dan kolam renang.
Analogi sebuah koin yang terletak diam di dasar kolam renang akan tampak bergerak-gerak jika kita lihat dari atas permukaan air. Gerak semu ini terjadi karena adanya refraksi/pembiasan. Hal yang sama terjadi pada cahaya bintang yang melewati atmosfer bumi. Ketika memasuki atmosfer bumi, cahaya bintang akan dibelokkan oleh lapisan udara yang bergerak-gerak. Akibatnya posisi bintang akan berpindah-pindah. Tetapi karena perubahan posisinya sangat kecil untuk dideteksi mata, maka kita akan melihatnya sebagai kedipan.
Pada zaman dahulu, orang mengira semua objek di langit adalah bintang. Hingga mereka mulai mengamati dan menyadari bahwa ada beberapa objek langit yang memiliki perpindahan berbeda dengan yang lain, juga tidak berkedip. Dan diketahuilah bahwa benda tersebut planet, bukan bintang.
Benda bercahaya yang selalu tampak tidak berubah posisinya itu, oleh orang zaman dahulu dibentuk menjadi gambar-gambar visual khayalan yang kini dinamakan rasi bintang. Mereka mengkait-kaitkan bentuk rasi bintang dengan mitos-mitos dan kepercayaan yang dianut. Begitu banyak rasi bintang yang terbentuk dengan pandangan berbeda-beda tiap orang. Hingga akhirnya astronom menetapkan standar wilayah rasi bintang yang kini berjumlah 88 buah. Nama-nama rasi bintang sendiri kebanyakan diambil dari sejarah bangsa Romawi dan Yunani.
Bintang yang dapat dilihat oleh mata telanjang berjumlah kurang lebih 2860 bintang. Hingga pada massa Galilleo menemukan teleskop, ia mengarahkan teleskopnya ke pusat galaksi Bimasakti. Dari hasil pengamatan, didapat hasil bahwa ternyata terdapat lebih banyak bintang lagi di langit yang tak kasat mata. Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan instrumentasi astronomi, diketahui bahwa bintang yang ada di langit tidak seluruhnya benar-benar bintang, melainkan terbagi-bagi lagi menjadi beberapa kategori. Ada nebula, awan gas debu yang merupakan cikal bakal bintang. Cluster, yang merupakan sekumpulan bintang. Bintang itu sendiri, yang terbagi menjadi dua kategori yaitu bintang tunggal dan multiple stars, dan Planetary nebula.

Evolusi Bintang
Bintang tidak berbeda jauh dengan manusia atau makhluk hidup yang ada di Bumi. Bintang dilahirkan, berkembang, dan pada akhirnya padam, tidak bersinar lagi. Bedanya, tentu saja bintang tidak berkembang biak. Nah, proses evolusi bintang ini, bila dibandingkan dengan usia manusia atau bahkan usia seluruh peradaban manusia, tentunya memakan waktu yang sangat lama hingga milyaran tahun. Contohnya Matahari dalam tata surya kita, yang tidak tampak berubah sejak zaman nenek moyang hingga saat ini.
Lalu bagaimana para astronom bisa mempelajari evolusi bintang, jika usia mereka tidak cukup untuk melihat perkembangan bintang yang sangat lama itu? Seorang anak kecil, tidak perlu menunggu hingga usianya 80 tahun hingga ia bisa melihat pertumbuhan seorang manusia. Ia bisa melihat dari sekitarnya, bagaimana ‘rupa’ seorang remaja, dewasa, atau bahkan nenek dan kakek sekalipun. Begitu pula dengan astronom, mereka dapat meneliti bintang-bintang di langit sana terdiri dari berbagai macam usia dan tahap evolusi.


Materi Antar Bintang
Berdasarkan hasil pengamatan, luar angkasa diantara bintang-bintang ternyata tidak benar-benar kosong, namun terdapat materi berupa gas dan debu yang disebut materi antar bintang. Di beberapa tempat materi antar bintang dapat dilihat sebagai awan antar bintang yang disebut Nebula, contohnya Nebula Orion. Kerapatan awan bintang sangatlah kecil bila dibandingkan dengan udara di sekeliling kita. Walaupun demikian, awan bintang memiliki volume yang sangat besar, sehingga cukup banyak untuk membentuk ribuan bintang.
Lalu bagaimana awan antar bintang (Nebula) itu bisa membentuk bintang? Gaya gravitasi memegang peranan sangat penting dalam proses pembentukan bintang. Jika terjadi suatu peristiwa hebat, misalnya ledakan bintang, di suatu tempat sekelompok materi antar bintang akan menjadi lebih mampat daripada sekitarnya. Bagian luar awan ini akan tertarik oleh gaya gravitasi materi di bagian dalam. Akibatnya, awan akan mengerut dan semakin mampat. Peristiwa ini disebut kondensasi.
Tetapi, tidak semua awan yang berkondensasi itu akan menjadi bintang. Akibat kondensasi tekanan di dalam awan akan meningkat dan akan melawan pengerutan. Bila tekanan melebihi gaya gravitasi, awan akan tercerai kembali dan proses terbentuknya bintang tidak akan terjadi.
Pada setiap kondensasi kerapatan gas dalam awan bertambah besar. Riwayat gumpalan awan induk akan terjadi lagi di dalam gumpalan awan yang lebih kecil. Demikian seterusnya. Peristiwa ini disebut fragmentasi. Awan yang tadinya satu terpecah menjadi ratusan bahkan ribuan awan yang mengalami pengerutan gravitasi. Pada akhirnya, suhu menjadi cukup tinggi sehingga awan-awan tersebut akan memijar dan menjadi ‘embrio’ bintang yang disebut protostar. Jadi, bintang tidak terbentuk sendiri-sendiri namun berasal dari suatu kondensasi besar, bintang terbentuk dalam kelompok. Hal ini didukung oleh pengamatan. Dalam galaksi kita pun terdapat banyak gugus bintang.

Protostar

Suatu protostar yang telah mengakhiri proses fragmentasinya akan terus mengerut akibat gravitasinya sendiri. Materi dalam protostar sebagian besar adalah hidrogen dengan kerapatan seragam pada awalnya. Evolusi protostar ditandai dengan keruntuhan yang sangat cepat.
Laju evolusi pada tahap ini, temperatur di pusat bintang cukup tinggi untuk berlangsungnya pembakaran hidrogen. Pada saat itu tekanan di dalam bintang menjadi besar dan pengerutan pun berhenti. Ia menjadi bintang di deret utama. Namun bila massa bintang terlalu kecil, suhu di pusat bintang tidak akan cukup tinggi untuk berlangsungnya reaksi pembakaran hidrogen. Bintang akhirnya mendingin dan menjadi bintang katai gelap tanpa adanya reaksi ini yang berarti.
 

Evolusi Lanjut
Selanjutnya bintang mencapai deret utama berumur nol (zero age main-sequence, ZAMS). Komposisi bintang tersebut masih homogen, mencerminkan komposisi awan antar bintang yang membentuknya. Energi yang dipancarkan bintang terutama berasal dari reaksi inti yang berlangsung di pusat bintang. Yaitu reaksi fusi yang merubah hidrogen menjadi helium, dengan perlahan terjadi perubahan komposisi di pusat bintang, hidrogen berkurang dan helium bertambah. Akibatnya struktur bintang pun berubah, bintang makin terang, jari-jari bertambah besar, tempertur efektif berkurang.
Ada perbedaan proses evolusi bintang tergantung dari massa bintang tersebut. Pada bintang bermassa besar, terjadi reaksi daur karbon yang terkonsentrasi ke pusat, disebut pusat konveksi. Pada bintang tipe ini, di bagian selubungnya tidak terjadi reaksi inti. Karena itu, komposisi selubung masih sama dengan komposisi awal. Lain halnya dengan bintang bermassa rendah yang membangkitkan energinya tidak terkonsentrasi di pusat. Konveksi justru terjadi di selubung.
Akibat reaksi pembakaran hidrogen, jumlah helium di pusat bintang bertambah. Timbunan helium di pusat bintang itu mengakibatkan terjadinya pengerutan gravitasi secara perlahan. Bila massa pusat helium ini mencapai 10 % hingga 20% massa bintang, pusat helium tidak lagi mengerut dengan perlahan namun runtuh dengan cepat. Saat itu struktur bintang berubah, bagian luar bintang akan memuai dengan cepat, bintang berubah menjado bintang raksasa merah. Saat itu, bintang mempunyai 2 sumber energi yaitu pembakaran hidrogen di kulit yang melingkupi pusat helium, dan pembakaran helium di pusat bintang.
Evolusi tahap akhir suatu bintang masih belum pasti. Namun dari beberapa perhitungan didapat bahwa unsur kimia yang lebih berat dari karbon terbentuk di pusat bintang. Inti helium, berubah menjadi karbon, selanjutnya membentuk oksigen. Hal ini menyebabkan temperatur pusat meningkat, dan saat mencapai 600 derajat, inti karbon akan berinteraksi membentuk magnesium, neon, dan natrium. Demikian seterusnya akan terjadi pembakaran unsur kimia dalam bintang. Hingga akhirnya akan terbentuk inti besi. Besi merupakan inti yang paling mantap dan tidak akan bereaksi membentuk inti yang lebih berat. Selanjutnya, akan terjadi keruntuhan gravitasi pusat besi yang menyebabkan Supernova.


Supernova
Tidak semua bintang mengakhiri hidupnya dengan meledak menjadi Supernova, yaitu hanya terjadi pada bintang yang massanya 8 kali massa matahari atau lebih massif dari Matahari. Nah, supernova akan terjadi ketika bintang tersebut tidak lagi memiliki cukup bahan bakar untuk proses fusi di inti bintang. Menciptakan tekanan keluar sehingga memicu terjadinya dorongan gravitasi kedalam massa bintang yang besar.
  

Saat ledakan terjadi, bintang akan melepaskan sejumlah besar energi dan memuntahkan elemen berat seperti kalisum dan besi ke ruang antar bintang. Materi yang dilepaskan ini kemudian menjadi benih yang mengisi awan debu dan gas dimana bintang dan planet baru akan dilahirkan. Dan siklus terbentuknya bintang dimulai dari awal.
 

 

Sisa Kematian Bintang
Materi yang dilepaskan bintang pada saat terjadinya Supernova akan menjadi benih bintang baru. Lalu bagaimana nasib bintang yang mati? Untuk bintang bermassa sedang, ia akan berubah menjadi bintang katai putih. Untuk bintang bermassa besar yang setelah meledak massanya 1.4 – 3 kali massa Matahari akan berubah menjadi bintang neutron. Sedangkan yang lebih besar dari 3 kali massa Matahari akan berubah menjadi black hole.
 

 

Sabtu, 04 Oktober 2014

TELEPATI DALAM PANDANGAN ILMIAH

TELEPATI  DALAM  PANDANGAN  ILMIAH




Telepati, ilmu komunikasi jarak jauh selama ini dikaitkan dengan dunia spiritual. Bisakah dunia ilmiah menjawabnya? Apa sebenarnya telepati?

Secara etimologi, kata telepati berasal dari kata "TELE" yang berarti "Jauh" dan kata "PATHOS" yang berarti "Perasaan". Karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa telepati merupakan suatu kemampuan untuk merasakan segala sesuatu dari jauh.  
Disadari atau tidak, kita sebenarnya sering mengalami gejala-gejala dari telepati tersebut. Gejala tersebut misalnya ketika hendak mengatakan sesuatu kepada teman, namun secara bersamaan teman kita pun mengatakan perkataan yang sama dengan yang hendak kita ucapkan.
Contoh diatas, memang terkesan sebagai suatu peristiwa yang bisa terjadi karena aspek kebetulan belaka. Penilaian ini tidak sepenuhnya salah. Namun dibalik apa yang dianggap sebagai suatu kebetulan itu, sesungguhnya kekuatan telepati sudah bekerja mempengaruhi simpul-simpul saraf reflek kita.

Pada abad 18, ada seorang sarjana swedia yang bernama Emanuel Swedenborg yang tertarik dengan Occultisme. Pernah suatu ketika dia bersama sejumlah cendekiawan sedang rapat. Namun secara tiba-tiba dia meninggalkan rapat dan segera berlari keluar sambil mengatakan ada kebakaran di Stockholm. 
Melihat gelagat aneh yang ditunjukkan oleh Emanuel ini, terang saja orang yang hadir menganggap dia tidak waras lagi. Namun berselang satu jam kemudian, terdengar kabar di Stockholm terjadi kebakaran yang hebat dan menghanguskan banyak rumah dikota itu termasuk tempat rapat Emanuel. 

Mungkin, kita menganggap peristiwa ataupun hal seperti itu biasa-biasa saja. Ya bisa jadi kita menganggapnya, sekali lagi hanya kebetulan belaka. Namun gejala-gejala semacam inilah yang dikembangkan sehingga menjadi sebuah ilmu yang kita kenal sebagai ilmu telepati.

 Telapati dalam Pandangan Ilmiah




Telepati bisa dibuktikan secara ilmiah, setidaknya dari hasil percobaan beberapa ilmuwan baru-baru ini. 
Ilmuwan dari Duke University, North Carolina, Amerika melakukan penelitian dengan menggunakan tikus. Mereka membuat bentuk kasar telapati pada hewan yang memungkinkan sepasang tikus menerima instruksi dengan menggunakan pikiran mereka.
Dengan menggunakan microchip yang ditanam pada otak mereka untuk berkomunikasi satu sama salin, sepasang tikus tersebut mampu berkolaborasi dan menyelesaikan puzzle sederhana, meskipun dalam satu eksperiman mereka terpisah ribuan mil.

Peneliti mengklaim bahwa ini adalah penelitian pertama penghubung dari otak ke otak ( brain-to-brain interface). Keberhasilan ini meningkatkan harapan bahwa suatu hari hewan dan manusia bisa membaca pikiran satu sama lain.
"Sejauh yang dapat kami katakan, temuan ini mendemonstrasikan untuk pertama kalinya bahwa saluran langsung dari perubahan informasi perilaku dapat dibangun antara dua otak hewan tanpa menggunakan bentuk komunikasi yang biasa," kata seorang peneliti sebagaimana dilansir dari Daily Mail.

Kepala penelitian, Miguel Nicolelis, mengatakan penelitian ini adalah langkah maju pertama yang menghubungkan beragam pikiran menjadi 'jejaring otak' yang memungkinkan pembagian informasi diantara kelompok hewan. "Kita bahkan tidak dapat memprediksi sifat macam apa yang muncul ketika hewan mulai berinteraksi sebagai bagian dari jejaring otak," kata Miguel.
"Secara teori, Anda dapat membayangkan bahwa kombinasi dari sejumlah otak akan menyediakan solusi dimana otak individual tidak bisa mencapainya sendiri," ujar dia.

Dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Scientific Reports itu, ilmuwan menanam elektroda mikroskopik pada otak tikus yang memungkinkan satu tikus mengerjakan intsruksi dari tikus lainnya, meskipun kedua tikus itu jauh terpisah.
Tikus pertama yang disebut sebagai 'encoder', berpikir untuk menemukan air di kandangannya dengan merespons cahaya dan menekan tuas tertentu. Otak ini dihubungkan ke tikus kedua, yang disebut sebagai 'decoder', yang tidak diberi sinyal cahaya. Nah, meski tidak diberi sinyal cahaya, tikus kedua ini mengandalkan instruksi otak dan dia menekan tuas yang tepat. Demonstrasi ini menunjukan bahwa tikus kedua ini dipandu oleh pikiran tikus lainnya.
Tes yang kedua melibatkan tikus yang terpisah antara Durham, Amerika, dan Natal, Brazil. Dengan merekam sinyal otak dari tikus pertama dan mentransmisikan sinyal itu melalui internet pada tikus yang lain, ilmuwan mampu mengubah perilaku tikus kedua.

Bagaimana Cara Melatih Telepati?



Ada banyak teori cara belajar telepati. Banyak yang menghubungkannya dengan dunia spiritual, sehingga ada beberapa pantangan sesuai kepercayaan yang dianut.
Kita tidak akan membahas cara telepati dari sisi tersebut, namun berupaya mengambil jalan tengah yang bisa diterima logika. Hal yang paling dibutuhkan dalam belajar telepati adalah melatih sugesti. 

Saat melakukan sugesti kita harus mampu menyatukan dan menyelaraskan perkataan dengan kehendak batin kita. Disini dapat kita pergunakan saran yang singkat, padat dan berisi. Saran yang telah diprogram harus disimpan dan direkam di alam bawah sadar kita, jangan coba-coba untuk mengubahnya sebab konsentrasi jelas akan terganggu. Ini juga dimaksudkan agar alam bawah sadar kita terbiasa menerima saran ataupun sugesti positif. Karena pada dasarnya kekuatan batin bekerja sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh alam bawah sadar kita lebih dulu. Jadi sebelum mensugesti orang lain kita harus mensugesti batin dan alam bawah sadar kita lebih dulu.
Sugesti itu bisa keyakinan bahwa apapun sugesti yang Anda kirimkan pada orang lain akan mampu mempengaruhi alam bawah sadar orang tersebut.

Cara melatih konsentrasi



Konsentrasi sangat diperlukan saat melakukan telepati, karena konsentrasilah yang sangat berperan untuk mencapai obyek yang hendak dituju. Namun untuk mencapai konsentrasi sempurnah seseorang harus rajin berlatih. Diantara latihan tersebut Anda dapat melakukan dengan cara membaca buku sambil mendengarkan radio. 

Usahakan Anda berkonsentrasi pada bacaan buku tersebut sehingga tidak mendengar lagi suara radio tersebut. sangat bagus bila Anda bisa membaca abjad bolak-balik tanpa salah melafalkannya. ini berarti hampir sempurna. Kalau sudah melaluinya berarti Anda akan mudah dalam melakukan konsentrasi dan telepati.
Seorang ahli telepati memang sangat dituntut harus mampu berkonsentrasi dan menciptakan visualisasi batin kepada obyek tujuannya. Visualisasi ini bisa berbentuk cahaya penghubung antara telepatis dengan obyek. Disini perlu dijelaskan bahwa pada saat berkonsentrasi Anda harus mampu menghadirkan gambar orang yang akan menjadi obyek Anda, dengan catatan gambar tersebut harus jelas dan tidak hilang timbul. 

Setelah semuanya ini Anda kuasai barulah diisi dengan sugesti yang menjadi tujuan Anda. Dalam kehidupan sehari-hari mungkin Anda pernah melihat atau mengalami seorang paranormal bisa membaca pikiran orang yang menjadi lawan bicaranya. Bagi orang awam mungkin ini sangat menakjubkan sekali, namun tidak demikian dengan orang yang menguasai ilmu telepati. Hal ini sangat wajar bagi siapapun yang menguasai telepati, atau paling tidak sudah mampu mensugesti alam bawah sadarnya.

FILSAFAT METAFISIKA

FILSAFAT METAFISIKA

Filsafat berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lainnya. Ketika ilmu pengetahuan berusaha menjawab sisi praktis kehidupan, filsafat mencari sisi fundamental kehidupan. Sisi fundamental ini adalah pondasi dari segala sesuatunya maka ini juga merupakan dasar dari segala realitas di dunia. Hal ini kemudian oleh Heidegger disebut dengan metafisika, suatu realitas fundamental akan segala sesuatunya. Metafisika berasal dari kata meta yang berarti melampaui dan fisika dari kata phusis yang berarti alam. Maka, metafisika memelajari tentang segala hal yang mendasari segala hal yang ada di dalam alam semesta. Realitas ini ada tanpa harus dipertanyakan, namun hal ini cenderung dilupakan padahal manusia sering mencapai batas-batas tertentu dalam kehidupan yang tidak bisa dijawab dengan ilmu pengetahuan. Pertanyaan-pertanyaan itu hanya bisa dijawab melalui filsafat dengan memertanyakan apa yang sebenarnya ada di balik semua itu.           
Metafisika bukan hanya sekedar mengetahui, namun juga memahami. Pengetahuan inderawi hanya mengetahui dari sisi fisik semata, namun metafisika berusaha memahami apa yang sebenarnya menjadi dasar dari segala hal. Metafisika menyiratkan bahwa segala hal yang ada di dunia ini pada dasarnya adalah abstrak, bahwa itulah jawaban atas segala pertanyaan. Segala sesuatunya, senyata apapun, bila ia terus dipertanyakan, maka akan mencapai suatu batas yang tak terelakkan, yang mau tak mau mengarah pada pertanyaan asali. Maka tidak salah bila salah satu cara memahami metafisika adalah melalui repetisi pertanyaan akan suatu realitas hingga pertanyaan itu berhenti dan ia tidak lagi mendapatkan jawaban. Pada titik ini, originalitas menemukan dirinya sendiri sebagai inti dari kebenaran realitas. Realitas ini tidak lagi parsial dengan hanya membatasi diri pada dunia inderawi, namun adalah universal yang mencakup semuanya. Universalitas ini sekaligus menyertakan ide bahwa pertanyaan asali itu adalah pertanyaan sekaligus jawaban. Ia tidak lagi menjelaskan ciri-ciri yang lain melalui pengandaian karena ia sendiri adalah pengandaian sekaligus syarat atas dirinya sendiri. Ia ada dalam dirinya sendiri tanpa predikat apapun. Ia adalah subjek dalam dirinya sendiri.
Heidegger menyiratkan bahwa metafisika adalah pertanyaan utama dalam filsafat. Pada titik inilah segala hal menemukan intinya yang tak terbantahkan dalam beings. Meskipun tak terbantahkan, namun hal ini juga tidak selaras dengan pikiran manusia yang dapat terbantahkan. Oleh karena itu, pemikiran manusia tentang metafisika bisa saja berbeda, namun hal ini tidak sekaligus mematahkan bahwa metafisika itu salah. Metafisika dibangun atas logika yang runut melalui penjernihan atas berbagai ambiguitas yang muncul atasbeings dalam kehidupan. Ambiguitas itu muncul karena berbagai spekulasi yang tidak berdasar, terutama atas logika berpikir yang salah. Logika berpikir yang salah pun tidak selamanya salah, karena bila suatu logika itu dibangun kembali, maka akan merujuk pada aspek metafisika yang lain, maka itu bisa saja benar. Metafisika pada dasarnya bukan hanya sekedar hasil, namun juga proses berfilsafat menuju pada pelurusan atas ide-ide dalam kehidupan.
Hal di atas juga tidak lepas dari peran filsafat itu sendiri. Banyak orang mengabaikan filsafat karena ia merujuk pada suatu hal yang tidak ada; yang secara fisik tak terlihat namun tetap ada. Kebanyakan orang lalu terlalu banyak menuntut filsafat namun mereka pun tidak menggunakan logika yang benar. Apa yang bisa diraih di dalam filsafat pun masih kabur hingga saat ini. Ada yang mengatakan bahwa filsafat hanya berisi kritik tanpa solusi dan ada pula yang mengatakan bahwa kritik itulah solusi dari filsafat. Kedua persepsi itu hanya bertumpu pada hasil, sedangkan filsafat seperti bisa terlihat dalam metafisika adalah prses berpikir. Heidegger menyebutnya sebagaithoughtful measurement dengan memandang pondasi berpikir atas sesuatu tanpa harus berangkat dari sesuatu itu dahulu. Ukuran yang dipergunakan tidak melulu kaku seperti dalam ilmu pengetahuan. Segalanya bersifat imparsial namun melampaui sesuatu itu sendiri. Dengan kata lain, metafisika memahami nilai intrinsik dari sesuatu daripada sekedar nilai entrinsik hal itu.
Sebagai contoh, beberapa orang menganggap kepemilikan uang adalah segalanya dalam hidup. Filsafat tidak menerima itu begitu saja. Ia mencoba untuk mencari apa itu yang segalanya dalam hidup. Paham eudaimonisme mengatakan bahwa itu adalah kebahagiaan. Apakah dengan kepemilikan uang maka orang akan bahagia? Belum tentu, karena itu hanya bersifat material. Kebahagiaan tidak mudah diterjemahkan begitu saja, maka uang pun bukan jawaban. Lalu dimana metafisikanya? Hal ini terletak pada materi dan non-materi. Bahwa memiliki uang pun juga tidak salah karena manusia butuh untuk memenuhi kebutuhannya, namun menyerahkan diri demi uang juga bisa menjerumuskan manusia. Kedua logika itu tidak salah karena keduanya logis. Maka, metafisika keduanya pun juga sah karena bersifat universal. Indikator yang dipergunakan adalah terkait dengan diri manusia itu sendiri. Baik itu di luar diri manusia, toh itu berorientasi pada diri manusia.
Seperti telah dicontohkan di atas, metafisika itu ada namun tidak ada. Ia ada karena terkandung secara universal dalam suatu hal namun tidak terlihat jelas dalam hal itu. Ia mempertanyakan hal yang tidak biasa. Masih terkait uang, ilmu ekonomi berusaha mencari keuntungan sebanyak-banyaknya dengan usaha yang minimal, namun apakah itu membawa keadilan bagi semua orang itu adalah hal yang berbeda. Aspek keadilan inilah yang tak terlihat dan melampaui sisi fisik uang tersebut. Bukan nominal uang yang dicari(emerging), tapi bagaimana itu bisa menjadi baik bagi yang lain (becoming). Maka hal ini juga menjelaskan bahwa metafisika bersfat melampaui pengetahuan. Ia memahami apa yang ada dibalik suatu hal dengan mendalami pondasi fundamental hal tersebut. Heidegger menyebutnya sebagai trancendental horizon, bahwa metafisika berada pada suatu wilayah yang melampaui sisi imanen fisik dalam suatu hal. Sisi imanen dan transenden dalam suatu hal pada dasarnya sudah ada, namun manusia kebanyakan hanya melihat yang fisik saja. Maka pertanyaan-pertanyaan yang repetitif menuju pada hal yang fundamental perlu dimunculkan melalui filsafat. Manusia terlalu terikat pada yang fisik, maka ia sesungguhnya hanya perlu membangkitkan keinginan untuk membiarkan kebenaran itu terjadi.
Metafisika juga memicu berbagai kemungkinan di dalam proses berpikir. Ia tidak mencari hal yang tidak ada, melainkan sudah ada di dalamnya. Hal yang sudah ada tersebut perlu dipikirkan di luar ruang dan waktu manusia. Dengan demikian, nilai yang dimunculkan pun akan berbeda sepenuhnya dengan yang terlhat oleh indera manusia. Ia bersifat supratemporal yang membedakan antara necessary being dan contingent beings. Di satu sisi, setiap hal pada dasarnya adalah kontingen dengan keadaannya yang terikat ruang dan waktu, tapi ketika itu musnah, ada hal yang tetap ada meskipun itu tidak terjangkau indera manusia. Uang dan kebahagiaan misalnya, manusia memiliki uang bisa menuju pada kebahagiaan, namun tanpa uang pun kebahagiaan itu tetap ada dan bisa diraih tanpa kepemilikan atas uang. Kebahagiaan lebih bersifat tetap karena ia tidak relatif-material seperti uang. Ia bersifat rasional dan universal dan tetap ada meskipun tidak dipikirkan atau dimiliki secara fisik. Bahwa orang miskin pun memiliki hak yang sama dengan orang kaya di mata hukum karena hukum bukan terkait uang. Hukum lebih terkait pada aspek keadilan yang pasti yang terkandung dalam setiap diri manusia. Metafisika lebih memandang pada nilai dalam sesuatu yang membentuk hal itu daripada melihat pada sesuatu yang terkendung secara alami dalam hal tersebut.
Hal yang menarik dari bacaan Heidegger ini adalah tentang pertanyaan “why are there beings at all instead of nothing?”. Dalam penjelasannya, Heidegger sendiri mengawali jawaban atas hal itu dengan mengeliminasi “nothing” dan lebih menjawab pertanyaan yang afirmatif. Pada akhirnya, Heidegger lebih memilih untuk meniadakan hal itu dengan mengatakan bahwa ketiadaan itu tidak logis adanya. Memang demikian, bahwa manusia memiliki keterbatasan untuk hanya berpikir yang ada. Misalnya ketika manusia disuruh untuk berpikir warna yang belum pernah ia lihat, ia tidak bisa. Hal ini sebenarnya pun tidak mengeliminasi ketiadaan itu. Bukankah manusia perlu berpikir sebaliknya untuk suatu hal? Jika manusia berpikir warna merah, maka salah satu cara untuk menunjukkan esensi warna merah adalah meniadakannya. Jika ia ditiadakan, maka ia pun imajiner, toh ini pun juga merupakan metafisika. Bagaimana manusia mampu memahami perdamaian jika ia sebelumnya belum pernah melihat konflik? Bukankah suatu hal yang negatif itu juga adalah bentuk dari ketiadaan? Heidegger sendiri menjelaskan bahwa setiap hal memiliki kemungkinan, lalu mengapa ketiadaan itu tidak mungkin? Ketiadaan bisa saja ada tanpa harus bertumpu pada suatu yang ada. Metafisika memang sangat sulit dibayangkan tanpa merujuk pada sisi yang fisik terlebih dahulu, namun metafisika itu sendiri adalah imajiner. Tentang Tuhan, tidak ada yang pernah melihat Tuhan, namun hal ini juga tidak sekaligus mematahkan ide bahwa manusia tidak membutuhkan sesuatu hal yang melampaui mereka. Bisa saja hal yang metafisik itu ada terlebih dulu daripada yang fisik. Munculnya agama itu adalah karena postulat tentang Tuhan. Konsep akan Tuhan sudah ada terlebih dahulu dan kemudian disusun ke dalam sistem kepercayaan beserta ritual dan dogma menjadi agama. Agama menuntun manusia kepada Tuhan, tapi agama tidak mutlak menjadi syarat utama bagi manusia untuk memahami Tuhan. Meskipun demikian, hal ini juga tidak membuat agama menjadi hal yang buruk untuk diikuti. Hal itu menjadi buruk apabila ia bertentangan dengan rasionalitas manusia. Bila ia memiliki alasan yang logis, maka sisi metafisikanya pun akan terlihat dan dapat dipahami. Selain itu, bukankah bila tidak ada kebenaran yang paling benar maka itu juga mengarah pada ketiadaan. Metafisika bisa bermacam-macam dan bisa saling kontradiktif. Maka metafisika pun tidak membawa manusia pada kebenaran umum karena suatu hal tidak selalu dapat diukur dengan yang lain. Metafisika sebenarnya juga menyiratkan relativitas kebenaran, bahwa yang benar hanya jika secara logis ia berada di jalan yang benar. Kebenaran pada akhirnya hanya perkara interpretasi dan metafisika menyediakan jalan menuju ke sana. Semua nilai yang ada pada dasarnya juga diinterpretasikan oleh manusia, terutama dalam koridor baik dan buruk, dan ketika seseorang ditanyai tentang “apa itu kebaikan?” maka jawabannya pun bersifat material. Benar bahwa pada dasarnya metafisika itu ada dalam suatu horison yang transenden namun hal itu juga tidak semata-mata yang utama karena manusia juga bertumpu pada hal yang bersifat fisik. Maka metafisika pun adalah ada dan tidak ada; ia sendiri mengadakan dirinya sendiri meskipun secara fisik ia tidak ada karena ia diandaikan dalam pikiran menjadi ada.

Referensi:
Heidegger, Martin, 2000, Introduction to Metaphysics (translated), Yale Nota Bene:London.

FILSAFAT METAFISIKA : PANDANGAN YUNANI DAN ISLAM

FILSAFAT METAFISIKA : PANDANGAN YUNANI DAN ISLAM

I. Pendahuluan 
  1. Filsafat Metafisika. Filsafat yang berasal dari bahasa Yunani ' Philoshopia': secara harfiah, Philo: cinta, Shopia: hikmah, kebijakan. Tetapi menurut al-Shaibani, filsafat bukanlah hikmah itu sendiri melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Dalam ungkapan Arabnya yang lebih "asli" cabang ilmu tradisional Islam ini disebut 'Ulum al-Hikmah atau secara singkat "al-H}ikmah", padanan dari kata Yunani "sophia" yang artinya kebijaksanaan. Selain itu filsafat juga dapat pula diartikan mencari hakekat sesuatu, menemukan sebab dan akibat serta berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Adapun tujuan berfilsafat adalah menemukan kebenaran yang sebenarnya yang dirumuskan secara sistematis yang kemudian dinamakan sistematika filsafat. Salah satu cabang dari filsafat itu adalah "metafisika", yaitu filsafat tentang hakekat yang ada di balik fisik, tentang hakekat yang ada yang bersifat transenden, di luar atau di atas kemampuan manusia. Bidang telaah filsafati yang disebut metafisika ini merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafat termasuk pemikiran ilmiah. Diibaratkan pikiran adalah roket yang meluncur ke bintang-bintang, menembus galaksi dan awan, maka metafisika adalah landasan peluncurannya. Dunia yang sepintas lalu kelihatan sangat nyata ini, ternyata menimbulkan berbagai spekulasi tentang hakikatnya. Semua teori ilmiah hampir semuanya bersifat metafisik. Dan menurut Comte, cara berfikir metafisik sebenarnya adalah pergantian saja dari cara berfikir teologis. Baginya cara berfikir manusia harus keluar dari tradisi teologis maupun metafisik untuk menghasilkan pengetahuan yang dapat dijadikan sebagai sarana mencari kebenaran. Bidang filsafat metafisika (al-Falsafah al-Ula dalam bahasa Aristoteles dan kadang-kadang ia menggunakan istilah "Ilmu Ketuhanan") ini pula yang banyak dipersoalkan oleh kalangan ortodok seperti Ibn Taimiyah, karena dalam banyak hal menyangkut bidang yang bagi mereka merupakan wewenang agama. Dalam makalah singkat ini akan dikemukakan pembicaraan tentang filsafat metafisika ( Ma ba'da al-Tabiah), secara khusus tentang dalil adanya tuhan dari para filsul Yunani dan filsuf muslim.  
  2. Hellenisme dan Problem Metafisika Yunani. Pengaruh Hellenisme atau dunia pemikiran Yunani yang "pagan" atau mushrik- yang kemudian menjadi polemik di kalangan sarjana muslim- ikut mewarnai pemikiran filsafat Islam. Namun demikian, terdapat pemikiran filsafat yang orisinil berasal dari filosof muslim, seperti Ibn Rushd dari Spanyol (520-595 H/ 1126-1198 M) dengan filsafat Profetiknya (kenabian, yang merupakan trade mark filsafat Islam) yang tidak kita peroleh dari karya-karya Yunani. Juga ada Ibn Bajah dari Spanyol (w. 533 H/1138 M) dan Ibn Tufail dari Spanyol (w. 581 H/1185 M).Interaksi intelektual orang-orang Islam dengan dunia pemikiran Hellenik terutama terjadi antara lain di Iskandaria (Mesir), Damaskus, Antioch dan Ephesus (Siria), Harran (Mesopotamia) dan Jundisapur (Persia). Di tempat-tempat itulah lahir dorongan pertama untuk kegiatan penelitian dan penerjemahan karya-karya kefilsafatan dan ilmu pengetahuan Yunani Kuno dan memperoleh dukungan dari para penguasa Muslim.Dunia filsafat yang dihuni oleh para filsuf mengetengahkan berbagai konsep metafisik tentang hakekat yang sebenarnya di balik alam ini. Kegiatan bidang filsafat ini diawali oleh para filsuf Yunani kuno mulai dari angkatan pra-Sokrates (Thales, Anaximenes, Pythagoras, Xenophanes, Heroklitos, Parmanides, Empedokles, Anaxagoras, Demokritos), zaman Sokrates (masa Sofisme, Sokrates, Plato dan Aristoteles) sampai ke zaman Hellenisme.Secara garis besar, pendapat-pendapat mereka yang berkenaan dengan dunia metafisik kelompokkan menjadi tiga kelompok besar :  
  • Faham Monisme, satu faham yang mengatakan bahwa hakekat segala sesuatu ini berasal dari unsure tunggal,
  •  Dualisme, satu faham yang berpendapat bahwa unsur pokok segala sesuatu di alam ini dua. 
  • Pluralisme, bahwa unsur segala sesuatu di dunia ini banyak. Di samping mencoba mencari pemecahan rasional mengenai hakekat segala sesuatu di balik alam nyata ini, mereka juga mengetengahkan konsepsi "Tuhan". Namun harus dibedakan antara konsepsi metafisik yang bersifat religi dengan yang non-religi. Thales (625-545 SM) misalnya, berpendapat bahwa asal segala sesuatu ini adalah "air" (monisme), tetapi ia tidak menyatakan bahwa air adalah Tuhan. Dualisme berpendapat bahwa asal segala sesuatu ini dari dua unsur; roh dan materi, tetapi ini tidak menyatakan bahwa dua unsur tersebut adalah Tuhan. Sedangkan konsep metafisik yang bersifat religi adalah konsep yang di dalamnya memasukkan masalah ketuhanan. Dari para filsuf Yunani, beberapa di antaranya akan diturunkan dalam pembahasan ini. 
Heraklitos (540-475 SM), seorang filsuf yang hidup pada masa pra-Sokrates, menyatakan: "Segala sesuatu berasal dari satu, hukum mengikuti kehendak yang satu itu. Kebijakan tercapai hanya dengan satu cara, yakni, mengetahui zat yang menguasai dan mengatur segala sesuatu". Russel juga menukil pernyataan Heraklitos yang mirip dengan pernyataan di atas, "dari yang satu keluar segala sesuatu, dan segala sesuatu yang keluar dari yang satu bukanlah hakekat yang sebenarnya. Yang satu itu adalah "Tuhan". Ini berarti dalam masalah keyakinan terhadap Tuhan, Heraklitos menganut monotheisme,percaya pada Tuhan yang satu bukan politheisme seperti yang umum dianut oleh bangsa Yunani. Heraklitos memeluk agamanya sendiri yang berlawanan dengan agama yang umum di anut oleh orang-orang Yunani, demikian kata Russel.
Kira-kira satu abad kemudian, Plato (427-347 SM), seorang filsuf Yunani lainnya, juga memiliki pandangan monotheisme. Plato mengatakan, "Dunia inderawi ini tidak kekal, dan ia diciptakan oleh Tuhan. Tuhan adalah lambang kebaikan. Tuhan menghendaki segala suatu ini, sedapat mungkin seperti dia. Tuhan menghendaki segala sesuatu ini baik, dan tidak ada yang jelek. Tuhan adalah sumber ide, pencipta ide, Supreme Being, tidak berubah, sempurna dan Esa. Tetapi, menurut plato, Tuhan tidak menciptakan dunia ini dari tidak ada menjadi ada. Tuhan menciptakan dunia ini dari materi (bahan dunia) yang telah ada sebelumnya yang keadaannya masih tidak teratur.
Aristoteles (348-322 SM), murid Plato, juga memiliki konsepsi Tuhan yang berbeda dengan konsepsi dewa-dewa yang diyakini oleh orang Yunani umumnya. Menurutnya, Tuhan adalah penggerak yang tidak bergerak, atau unmoved mover. Tuhan adalah penyebab gerak alam, ia adalah prima causa, atau penyebab pertama. Dalam konsepsi Aristoteles, Tuhan bukanlah pencipta alam ini, melainkan hanya sebagai penggerak saja. Aristoteles jaga menyebut Tuhan itu sebagai zat murni, aktualitas murni,akal murni. Dia zat yang hidup, kekal dan baik. Tuhan hanya membentuk alam ini dari bahan yang telah ada sebelumnya. Inilah arti, Tuhan menggerakkan alam, yakni Tuhan menggerak-gerakkan "materi alam" yang sudah ada sebelumnya menjadi punya bentuk, atau form. Tuhan mengubah materi (bahan alam) menjadi punya form (bentuk).
Contoh pendekatan filsafat inilah yang dimaksud dengan argumentasi ontologi. Argumentasi ini menyatakan bahwa di dalam fikiran manusia terdapat ide tentang adanya Tuhan. Inilah pokok dalil antologi tersebut; di dalam fikiran manusia terdapat ide adanya Tuhan. Tetapi dalil (argumentasi) ini bukannya tak bisa dikritik.Immanuel Kant (Jerman) mengkritik dalil (argumentasi) ini demikian, "apa bila di dalam fikiran saya terdapat ide bahwa didalam saku baju itu terdapat uang sejumlah 300 dolar, apakah benar secara obyektif-nyata bahwa di dalam saku baju itu benar-benar ada uang sejumlah itu?". Artinya, apa yang terdapat di dalam fikiran saya bisa saja tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Misalnya, ternyata di dalam saku baju itu tidak ada uang sejumlah 300 dolar. Dengan demikian ide yang terdapat di dalam fikiran tidak sesuai dengan kenyataan, karena kenyataannya uang itu tidak ada di dalam saku baju itu. Ini berarti ide yang terdapat dalam fikiran saya hanyalah khayalan saja. Ide tersebut dikatakan khayalan karena ia tidak didukung oleh kenyataan yang sebenarnya. Dengan demikian jelaslah bahwa konsepsi saya hanya bersifat subyektif, tidak obyektif. Atau subyektifitas saya memaksakan konsepsi terhadap sesuatu obyek yang nyatanya tidak sesuai dengan kenyataan obyektif sebenarnya. Kant kemudian membalikkan proses pemikiran filsafat dengan mengatakan mulai sekarang, bukanlah subyek yang mengarah kepada obyek, melainkan obyeklah yang harus mengarah kepada subyek. Iqbal mencoba memberikan pemecahan dalam masalah ini. Menurutnya, biarlah Tuhan itu sendiri yang mengatakan dan menyampaikan tentang diri-Nya melalui firman-Nya kepada manusia sebagai subyek yang mencoba mencari Tuhan.

II. Metafisika al-Kindi (801-870 M/ 185-254 H)
Nama lengkap Al Kindi adalah Abu Yusuf, Ya'kub Ibn Ishaq al-Sabah, Ibn Imran, Ibn al- Asha'at, Ibn al-Kays al-Kindi, keturunan suku Kays. Lahir tahun 185 H (801 M) di Kufah. Nama orang tuanya Ishaq Ashshabbah dengan jabatan gubernur di Kufah pada masa pemerintahan Al- Mahdi dan Harun al-Rashid dari bani Abbas. Terkenal di Barat dengan nama Al-Kindus. Beliau adalah seorang tabib, ahli bintang dan filosof.
Pokok filsafat metafisika al-Kindi terdapat pada konsep tentang mahiyah, atau substansi, atau yang tidak hakiki. Mahiyah membicarakan tentang al-Haq al-Awwal, atau kebenaran pertama yang menjadi sebab bagi semua yang maujud. Atau dengan kata lain, mahiyah membicarakan tentang hakikat wujud. Al-Kindi membedakan yang wujud menjadi dua:
Pertama, wujud yang wajib (al-wajib al-wujud),
Kedua, wujud yang mumkin (mumkin al-wujud).
Wujud yang wajib adalah wujud yang ada dengan sendirinya, tidak disebabkan oleh yang lainnya. Ia adalah Allah. Sedangkan wujud yang mumkin adalah wujud yang disebabkan oleh yang lainnya. Alam atau asal alam (al-hayula) adalah mumkin. Ia tidak wujud dengan sendirinya, melainkan diciptakan oleh yang lainnya. Karena itu alam ini baru, keberadaan dan kelangsungannya tergantung pada wujud yang lain.
Sebagai seorang filosof yang berorientasi teologi, ia menolak dengan tegas apa yang telah dikatakan oleh Aristoteles dan pengikutnya mengenai pencitaan alam. Mereka mengatakan bahwa alam ini diciptkan bukan dari tidak ada, juga menolak argumen tentang keabadian alam. Al-Kindi menyatakan dengan tegas bahwa " karena jasad memiliki genus dan spesies, sementara yang abadi tidak punya genus, maka jasad tidak lah abadi

III. Metefisika al-Farabi (870-950 M/ 257-337 H)
Abu Nasr Muhammad al-Farabi. Beliau adalah seorang muslim keturunan Parsi, yang dilahirkan di kota Farab (Turkestan), putra dari Muhammad Ibn Auzalgh seorang panglima perang Parsi dan kemudian berdiam di Damshik. Al-Farabi belajar di Bagdad dan Harran, kemudian ia pergi ke Suria dan Mesir. Ayahnya orang Iran yang menikah dengan wanita Turkestan. Karena itu al-Farabi kadang dikatakan sebagai orang Turkestan dan kadang-kadang dikatakan orang Iran. Sejak kecil ia mempunyai kecakapan yang luar biasa dalam bahasa. Ia menguasai bahasa Iran, Turkestan dan Kurdistan. Belajar ilmu logika di kota Baghdad.
Seperti al-Kindi, ia juga membagi wujud menjadi dua; wujud yang wajib dan wujud yang mumkin. Di luar wujud itu tidak ada wujud yang lain. Wujud yang wajib itu abadi, sempurna, hakekat yang sebenarnya. Dia adalah Allah. Wujud yang sempurna ini haruslah hanya satu. Dari zat yang eka inilah muncul yang serba aneka. Wujud yang yang mumkin adalah wujud yang adanya disebabkan oleh lainnya, tidak sempurna, beraneka dan berubah-ubah
IV. Metafisika Ibn Sina (980-1037 M/ 370-428 H)
Menurut penjelasannya sendiri, beliau dilahirkan di desa Afshanah dekat dengan Bukhara, di Transoxiana (Persia Utara). Dilahirkan dalam suasana kekacauan di mana khilafat Abbasiyah mengalami kemunduran dan negeri-negeri yang berada di bawah kekeuasaan khilafat tersebut mulai melepaskan diri satu persatu. Baghdad sendiri dikuasai oleh golongan Bani Buwaih pada tahun 334 H sampai 447 H. Beberapa saat kemudia ia pindah ke Bukhara dan menerima pengajaran pribadi dalam hal membaca, menulis, aritmatika, yurisprodensi dan logika. Di antara guru-gurunya adalah Abu Abd Allah al-Natili dan Isma'il sang zahid penganjur Isma'iliyah. Minat Ibn Sina terhadap filsafat tampaknya telah berkembang sejak ia menyimak percakapan mereka pada saat mengunjungi ayahnya, tetapi studi sistematikanya tentang logika dan kedokteran dimulai beberapa saat kemudian.
Bagi Ibn Sina memberikan argument tentang adanya tuhan adalah "puncak dari segala spekulasi metafisik" Konsep metafisika Ibn Sina adalah konsep yang istilahnya telah disinggung oleh al-Kindi dan al-Farabi. Ibnu Sina membagi wajib al-wujud menjadi dua ;
a.    Wajib al-wujud bi zatihi, yakni wujud yang wajib adanya sebab leh dirinya sendiri tanpa sebab dari luar. Wujud ini hanya satu, esa, zat tuhan
b.    Wajib al-wujud bi ghairi zatihi, yaitu wujud yang wajib adanya dengan adanya sebab dari luar dirinya. Wujud ini adalah makhluk.Adapaun mumkin al-wujud tidak memiliki kemestian wujudnya atau tidak wujudnya. Tetapi apabila mumkin al-wujud ini sudah menjadi ada meskipun karena dirinya, maka ia menjadi wajib al-wujud. Alasan Ibnu Sina, sebab wujudnya mumkin al-wujud ini berasal dari zat yang wajib al-wujud. Inilah yang oleh Ibnu Sina disebut wajib al-wujud bi ghairi zatihi Ibn Sina juga percaya penciptaan melalui pancaran/ emanasi (al-faid), di mana tuhan digambarkan menciptakan dunia melalui serangkaian perantara. Ia juga juga percaya dengan keabadian dunia, yang mendapatkan reakasi keras dari al-Ghazali (w. 1111)
Istilah yang digunakan oleh tiga filosof muslim ini sama dengan apa yang terdapat dalam beberapa kitab yang dikaji di beberapa pesantren, walapun ada sedikit penambahan istilah, seperti kitab Fath al-Majid yang dikarang oleh Imam Nawawi Banten (w. 676 H/1277 M) dan kitab Dasuqi 'Ala umm al-Barahin karangan Sayyid Muhammad Sanusi (1787-1859), penulis merasa kesulitan melacak secara pasti. Yang penulis temukan melalui situs en. Wikipedia.org, beliau adalah ulama Libya pendiri tariqah al-Sanusiah.Istilah-istilah tersebut adalah : 
  •  Al-wujub, yaitu sesuatu yang tergambar dalam akal kita tentang kepastian adanya sesuatu tersebut. Contohnya, adanya tuhan, kemudian tentang keharusan setiap benda menempati ruang. 
  •  Al-Mustahil, yaitu sesuatu yang tergambar dalam akal kita bahwa sesuatu itu harus tidak ada. Contohnya, suatu benda bergerak dan diam dalam satu waktu
  • Al-Jaiz, yaitu sesuatu yang tergambar dalam akal kita bahwa sesuatu itu bisa ada pada suatu saat dan tiada pada saat yang lain. Contohnya seseorang akan mempunyai anak atau tidak.ini menandakan bahwa "adanya" pengaruh filasafat (Islam) dalam pemikiran mereka. Filsafat juga mempengaruhi dalam munculnya ilmu Mantiq dan ilmu Kalam. Walaupun yang terakhir ini tidak bisa dikatakan jiplakan belaka dari filsafat, karena justru dalam ilmu Kalam nampak orisinalitas kaum muslim.
V. Metafisika al-Razi (865-925 M/ 251-313 H )
Al Razi dilahirkan di Ray (sekarang Teheran) propinsi Khurasan. Nama lengkapnya Abu Abdi Allah Muhammad Ibn 'Umar Ibn Al-Husain Fakhr Al-din Al-Razi. Ahli dalam bermain harpa dan menjadi penukar uang sebelum beralih kepada filsafat dan kedokteran. Disamping karya-karyanya yang hamper setiap aspeknya menyangkut bidang kedokteran, ada pula karya-karyanya yang berkaitan tentang filsafat, kimia, astronomi, tata bahasa, teologi, logika dan ilmu pengetahuan lain. Sedang bukunya yang paling besar adalah "Al-Hawi" yang merupakan ensiklopedia yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh seorang Yahudi yang bernama Faraj Ibn Salim
Pandangan al-Razi tentang metafisika ini diuraikan dalam bukunya yang berjudul Ilmu Ketuhanan. Namun buku tersebut sudah tidak ada lagi kini. Yang kini ada hanyalah berupa sangkalan-sangkalan dari beberapa paragrap buku tersebut dan yang dikumpulkan oleh Kraus. Menurut Al-Biruni persoalan metafisika yang digarap oleh al-Razi itu tidak lain hanyalah merupakan penjiplakan dari filsafat Yunani Kuno. Problem utamanya adalah tentang adanya ilmu prinsip yang kekal. Dan kelima prinsip tersebut adalah tentang Tuhan, jiwa yang universal, materi pertama, yang absolut dan waktu yang absolut.
Pemikiran al-Razi tentang lima postulat (dalil) tersebut kemudian dijadikan dasar dalam menetapkan wujud alam. Artinya jika lima hal tersebut ada, maka alam ini akan terbentuk dan sebaliknya jika lima hal tersebut tidak ada, maka alam inipun tidak ada. Adapun penjabaran dari lima postulat tersebut adalah sebagai berikut:
a.    Tuhan
Menurut al-Razi tuhan itu maha bijaksana. Ia tidak mengenal istilah lupa. Hidup ini keluar dari-Nya sebagaimana sinar terpancar dari sang surya. Tuhan adalah pencipta dari segala sesuatu. Kekuasaan-Nya tidak ada yang menyamai. Ia mengetahui segala sesuatu dengan sempurna. Pengetahuan tuhan berbeda dengan pengetahuan manusia. Sebab pengetahuan manusia dibatasi oleh pengalaman. Sedang pengetahuan-Nya tidak dibatasi oleh pengetahuan. Tuhan tahu tentang sifat jiwa yang cenderung bersatu dengan jiwa dan mencari kezatan material. Setelah jiwa bergabung dengan tubuh tuhan kemudian mengatur hubungan tersebut dengan harmonis. Yaitu dengan melimpahkan akal ke dalam jiwa. Lantaran memiliki akal jiwa menjadi sadar, bahwa selama masih bergandengan dengan tubuh ia akan menderita. Dengan akal, jiwa tahu tempat asalnya. Akal pulalah yang menginsafkan jiwa bahwa kebahagiaan tertinggi hanya akan diperoleh setelah jiwa mampu melepaskan diri dari dukungan tubuh.
b.    Jiwa Universal
Alam ini diciptakan tuhan dengan suatu tujuan. Semula ia tidak berkehendak untuk menciptkannya, namun kemudian kehenendak itu ada. Kalau demikian tentu ada yang mendorongnya, sudah berang tentu pendorong itu sendiri harus abadi bisa merupakan sebab dari yang hidup tetapi dungu. Karena menyadari kebodohannya, jiwa tertarik pada benda agar dapat memperoleh kesenangan material. Melihat nasib jiwa yang demikian ini.
Di saat jiwa mendekat pada tubuh, tubuh meronta. Melihat nasib jiwa yang tragis ini, tuhan berkenan menolongnya dengan jalan membentuk alam ini dalam susunan yang kuat, sehingga ruh dapat memperoleh kesenangan material di dalamnya.
Setelah itu tuhan menciptakan manusia. Dari substansi ketuhanan-Nya kemudian diciptakan akal. Fungsi akal adalah menyadarkan manusia, bahwa dunia yang dihadapinya sekarang ini bukanlah dunia yang sesungguhnya. Menurut al-Razi dunia yang sesungguhnya itu dapat dicapai dengan filsafat. Oleh karena itu siapa yang belajar filsafat akan mengetahui yang sesungguhnya serta memperoreh pengetahuan selamanya akan tetap berada di dunia sebelum disadarkan oleh filsafat.
c.    Benda Benda pertama terdiri dari atom-atom. Masing-masing atom tadi memiliki volume. Tanpa adanya penggabungan dari atom-atom tadi tak akan ada sesuatu yang terwujud. Karenanya sulitlah untuk membeyangkan adanya creatio ex nihilo. Atom-atom mempunyai sifat sendiri bila padat ia akan menjadi tanah, kalau kurang padat akan menjadi air. Bila lebih jarang akan menjadi udara dan akhirnya kalau paling jarang akan menjadi api. Sebenarnya teori al-Razi ini (tentang benda) merupakan penggabungan antara teori Demokritos dengan teori Empedokles. Selanjutnya. al-Razi mengatakan bahwa tidak ada di dunia ini sesuatu yang berasal dari sesuatu yang lain. Dan sesuatu yang lain adalah benda. Jadi benda itu abadi. Pada mulanya ia tidak terbentuk tetapi terpancar dimana-mana.
d.     Ruang Absolut Oleh karena materi pertama itu kekal, maka membutuhkan ruang yang sifatnya kekal juga. Sebab tidak mungkin kekal itu berada pada yang nisbi. Menurut al-Razi ruang itu ada dua macam, yaitu ruang yang absolute dan ruang relative. Ruang absolute tidak menggantungkan wujudnya pada alam maupun benda-benda yang membutuhkan ruang. Sebaliknya setiap ruang mesti diisi oleh benda. Ruang ini disebut ruang relative
e.    Masa Absolut
Waktupun menurutnya dibagi menjadi dua macam, yaitu waktu yang absolute dan waktu yang terbatas. Waktu absolute adalah perputaran waktu, sifatnya bergerak dan kekal. Waktu yang terbatas adalah waktu yang diukur berdasarkan pergerakan bumi, matahari dan bintang-bintang.
Harus dikemukakan segera bahwa al-Razi tidak mengajukan pembuktian apapun tentang kekekalan pencipta maupun jiwa. Cukup jelas ia mempercayai bahwa dunia diciptakan dalam waktu dan bersifat sementara. Berbeda dengan Plato yang mengatakan bahwa dunia ini diciptakan tetapi bersifat abadi. Oleh karena itu keabadian jiwa dan pencipta harus dinyatakan telah diajukan oleh al-Razi, sama dengan Plato, sebagai pernyataan aksiomatik. Tidak saja keabadian jiwa, baik a parte ante maupun a parte post, tetapi juga filsafat sebagai satu-satunya jalan ke arah penyucian jiwa dan pelepasannya dari belenggu tubuh, mencerminkan pengaruh Platonik-Phytagorean yang cukup kentara, yang bertentangan dengan konsep Islam tentang wahyu dan konsep kenabian. Sebenarnya karena keinginannya untuk menyesuaikan diri sepenuhnya dengan premis rasionalistiknya, al-Razi telah menolak secara terang-terangan konsep wahyu dan peranan para nabi sebagai mediator antara tuhan dan manusia. Menurutnya, kenabian itu tidak berguna, karena cahaya akal yang diberikan tuhan cukup memadai untuk menerima kebenaran, dan juga menjijikan, karena telah banyak menyebabkan pertumpahan darah dan peperangan antara suatu bangsa (mungkin, orang-orang Arab) yang meyakini dirinya dianugerahi wahyu ilahi dan yang lain sebagai orang-orang yang kurang beruntung
Menilik dari apa yang dipaparkan oleh para filsuf, baik dari Yunani kuno dan kalangan Muslim, terdapat persamaam yang sangat mendasar tentang konsepsi tuhan, walaupun dengan bahasa yang berbeda. Tuhan dalam pandangan mereka adalah wujud tunggal yang pasti adanya yang menjadi sumber dari wujudnya alam (segala sesuatu selain tuhan). Juga pandangan bahwa tuhan adalah lambang dari kebaikan dan hanya menghendaki kebaikan. Dengan mengambil nilai-nilai persamaan ini diharapkan akan tercipta saling menghargai antar penganut faham apapun. Ini penting sebagai pengetahuan agar kita bijak dalam menghadapi perbedaan.
Ibn al-'Arabi (560-638 H/1165-1240 M), salah seorang sufi terbesar, mengkritik orang yang memutlakkan kepercayaanya kepada tuhan, yang menganggap kepercayaannya itu sebagai satu-satunya yang benar dan menyalahkan kepercayaan orang lain. Kritik ini mengingatkan kita kepada kritik Xenophanes (kira-kira 570-480 SM), seorang filsuf Yunani terhadap antropoformisme tuhan, atau tuhan-tuhan :
Seandainya sapi, kuda dan singa mempunyai tangan dan pandai menggambar seperti manusia, tentu kuda akan menggambarkan tuhan-tuhan menyerupai kuda, sapi akan menggambarkan tuhan-tuhan menyerupai sapi, dan dengan demikian mereka akan mengenakan rupa yang sama kepada tuhan-tuhan seperti terdapat pada mereka sendiri. Orang Etiopia mempunyai tuhan-tuhan hitam dan berhidung pesek, sedangkan orang Trasia mengatakan bahwa tuhan-tuhan mereka bermata biru dan berambut merah.

Kepercayaan seorang hamba kepada tuhannya ditentukan dan diwarnai oleh kapasitas dan pengetahuan sang hamba. Kapasitas pengetahuan itu tergantung kepada "kesiapan particular" ( al-isti'dad al-juz'i) masing-masing individu hamba sebagai bentuk penampakan" kesiapan universal" (al-isti'dad al-kulli) atau "kesiapan azali" ayang telah ada sejak azali dalam "entitas-entitas permanent" (al-a'yan al-thabitah) yang merupakan bentuk penampakan diri (tajalli) al-Haq yaitu tuhan. Tuhan menampakkan diri-Nya kepada hamba-Nya sesuai dengan kesiapan sang hamba untuk mencapai pengetahuan tentang tuhan yang akhirnya "diikat" atau "dibatasi" oleh dan dalam kepercayaannya sesuai dengan pengetahuan yang dicapainya. Dengan demikian, tuhan yang diketahui oleh sang hamba adalah identik dengan tuhan dalam kepercayaanya. Dapat pula dikatakan bahwa tuhan yang diketahuinya adalah identik dengan kepercayaanya

VI. Kesimpulan
1.   Filsafat Metafisika adalah yaitu filsafat tentang hakekat yang ada di balik fisik, tentang hakekat yang ada yang bersifat transenden, di luar atau di atas kemampuan manusia.
2.   Filsafat Islam mendapat pengaruh dari pemikiran Yunani ( Hellenisme ). Walaupun demikian ada filasafat yang murni dari hasil pemikiran filosof Muslim, yaitu filsafat Profetik atau kenabian.
3.   Filsafat Metafisika Yunani berkisar tentang Faham: Monisme, satu faham yang mengatakan bahwa hakekat segala sesuatu ini berasal dari unsur tunggal, Dualisme, satu faham yang berpendapat bahwa unsur pokok segala sesuatu di alam ini dua, Pluralisme, bahwa unsur segala sesuatu di dunia ini banyak.
4.   Al- Kindi, Al- Farabi, dan Ibn Sina membagi wujud menjadi dua; wujud yang wajib dan wujud yang mumkin. Di luar wujud itu tidak ada wujud yang lain. Wujud yang wajib itu abadi, sempurna, hakekat yang sebenarnya. Dia adalah Allah.
5.   Problem utama dari filsafat Al- Razi adalah tentang adanya ilmu prinsip yang kekal. Dan kelima prinsip tersebut adalah tentang Tuhan, jiwa yang universal, materi pertama, yang absolut dan waktu yang absolut. Lima postulat ini dijadikan dasar untuk terbentuknya alam.

METAFISIKA : SEBUAH TINJAUAN TEORITIS

METAFISIKA : SEBUAH TINJAUAN TEORITIS

PENDAHULUAN         
Metafisika sama populernya dengan nama ontologi, membahas segala sesuatu yang ada secara menyeluruh dan sekaligus. Pembahasan ini dilakukan dengan membedakan dan memisahkan eksistensi itu, Pertanyaan-pertanyaan ontologis yang utama yang paling sering diajukan adalah sebagai berikut: Realita atau ada yang bergitu beraneka ragam dan berbenda-benda pada hakikatnya satu atau tidak, Ada tiga teori ontologis yang terkenal seperti, Idelisme, materialisme, dan Dualisme.
Alam Fisika dan Metafisika kedua bidang itu membicarakan etimologi kata ini sejenak, Fisika ialah ilmu alam, Beberapa sifat yang dipelajari dalam fisika merupakan sifat yang ada dalam semua sistem materi yang ada, seperti hukum kekekalan energi.Sifat semacam ini sering disebut sebagai hukum fisika.
Fisika sering disebut sebagai "ilmu paling mendasar", karena setiap ilmu alam lainnya (biologi, kimia, geologi, dan lain-lain) mempelajari jenis sistem materi tertentu yang mematuhi hukum fisika. Misalnya, kimia adalah ilmu tentang molekul dan zat kimia yang dibentuknya. Sifat suatu zat kimia ditentukan oleh sifat molekul yang membentuknya, yang dapat dijelaskan oleh ilmu fisika seperti mekanika kuantum, termodinamika, dan elektromagnetika, Kalau fisika membicarakan segala sesuatu yang dapat disentuh oleh pancaindra, adalah metafisika memperkatakan sesuatu yang tak terjangkau olehnya.
Rhodius,filosof Roma, mengumpukan karya-karya Aristoteles dan menyusunnya,Karangan-karangan filsafat Aristoteles disusunya setelah (dibelakang)karangan-karangan fisikanya. Meta (bahasa Italia) berarti setelah atau dibelakang. Jadi dalam susunan filosof Roma itu, karangan filsafat pertama(prote philosophina) disebut karangan filsafat itu metafisika.
 Metafisika bagi Aristoteles ialah dasar mendalam dari yang ada, bagi Plato ialah teori tentang ide, bagi Hegel pengetahuan tentang yang mutlak, bagi Heidegger, filosof eksistensialisme,metafisika ialah filsafat tentang hakikat kehidupan. Dan Comete seperti telah kita singgung menolak metafisika.

PENGERTIAN ALAM FISIKA
Fisika (BahasaYunani: φυσικός (physikos), "alamiah", dan φύσις (physis),"Alam") adalah sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas.Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu. Para fisikawan atau ahli fisika mempelajari perilaku dan sifat materi dalam bidang yang sangat beragam, mulai dari partikel submikroskopis yang membentuk segala materi (fisika partikel) hingga perilaku materi alam semesta sebagai satu kesatuan kosmos.[1]
Beberapa sifat yang dipelajari dalam fisika merupakan sifat yang ada dalam semua sistem materi yang ada, seperti hukum kekekalan energi. Sifat semacam ini sering disebut sebagai hukum fisika. Fisika sering disebut sebagai "ilmu paling mendasar", karena setiap ilmu alam lainnya (biologi, kimia, geologi, dan lain-lain) mempelajari jenis sistem materi tertentu yang mematuhi hukum fisika.Misalnya, kimia adalah ilmu tentang molekul dan zat kimia yang dibentuknya.Sifat suatu zat kimia ditentukan oleh sifat molekul yang membentuknya, yang dapat dijelaskan oleh ilmu fisika seperti mekanika kuantum, termodinamika, dan elektromagnetika.
Fisika juga berkaitan erat dengan matematika. Teori fisika banyak dinyatakan dalam notasi matematis, dan matematika yang digunakan biasanya lebih rumit daripada matematika yang digunakan dalam bidang sains lainnya. Perbedaan antara fisika dan matematika adalah: fisika berkaitan dengan pemerian dunia material,sedangkan matematika berkaitan dengan pola-pola abstrak yang tak selalu berhubungan dengan dunia material. Namun, perbedaan ini tidak selalu tampak jelas. Ada wilayah luas penelitan yang beririsan antara fisika dan matematika,yakni fisika matematis, yang mengembangkan struktur matematis bagi teori-teori fisika.
Soal fisika diuraikan oleh al-kandi dalam berberapa risalahnya. Risalah-risalah ini pun masih menunjukkan corak Aristoteles dan Platonisme, dengan jalan memiliki dan mengabungkan fikiran-fikiran kedua filosofi tersebut.[2]
Al-Kindi mengatakan bahwa alam ini ada liat-nya (sebab) yang jauh dan mejadikan sebagianya sebagai illat bagi yang lain. Karena itu alam ini asalnya tidak ada,kemudian menjadi ada, karena diciptakan oleh tuhan, dan karenanya pula, ia tidak dapat membenarkan qadimnya alam.
Ia juga mengatakan bahwa didalam alam ini terdapat bermacam-macam gerak, antar lain gerak kejadian dan empat illat yang telah diperkatakan oleh Aristoteles sebelumnya, yaitu illat materi- atau illat unsur (illat maddiyah; material cause), illat bentuk (illat shuriyah; form cause), illat pencipta (illatfa’ilah; moving cause), dan illat tujuan (illat ghayah; final cause),. Ia akhirnya sampai kepada apa yang dinamakannya “Illat penciptaan terjauh” bagitiap-tiap kejadian dan kemusnahaan, yaitu illat-pertama atau tuhan, dan ia juga sampai kepada illat terdekat, yaitu semua benda-benda langit Yang berkerja untuk menjadikan untuk memusnakan dengan perantaraan empat unsur dibawah ini.
Al-Kindi mengatakan bahwa benda-benda langit mempunyai kehidupan serta mempunya iindera-indera yaitu indera penglihatan dan indera pendengaran saja sebagai indera-indera yang diperlukan untuk dapat berfikir dan membedakan. Oleh karenaitu benda-benda langit adalah benda-benda yang hidup berfikir dan bisa membedakan.
Oleh karenaitu benda-benda langit menjadi illat terdekat bagi kejadian , kemusnahan dalam alam ini, maka kehidupan dibumi menjadi tergantung padanya. Benda-benda langit itulah yang menimbulkan kehidupan dibumi bagi akbat gerakannya yang abadi(terus menerus) menurut arah tertentu. Dengan demikian, maka kita harus merasakan keagungan kekuasaan tuhan.[3]
Tentang baharuanya alam, maka dalam mengemukankan bukti-bukti ini mengikuti ajaran agama islam dan pikiran-pikiran Aristoteles. Dalil Al-kind pangkal pada artigerak dan waktu (zaman), serta pertalian antara keduanya kemudian pertalian keduanya dengan benda.
Ia mengatakana bahwa zaman adalah zamannya benda, artinya masa wujudnya, karena zaman itu tidak mempunyai wujud tersendiri. gerak juga adnya gerakannya benda, karena gerak itu mempunyai wujud yang berdiri sendiri, Benda dalam alam ini bagaimanapun juga mengalami pengantian dengan satu macamnya tertentu, baik pengantian itu adalah gerak benda sekitar pusatnya (rotasi), ataupun gerak benda dari satu tempat ketempat lain (gerak relusi), atau gerak tombak atau gerak surat (kurang), atau gerak menjadi bentuk lain, atau gerak essensi (jauhariyyah) dalam bentuk kejadian dan kemusnahan (gerak menjadi ada dan menjadi tidak ada).
Tiap-tiap gerak berarti merupakan bilangan masa depan, dan oleh karena itu maka gerak hanya terdapat pada apa yang mempunyai zaman. Berdasarkan ini, maka gerak itu ada, apa bila ada benda, karena tidak mungkin ada benda yang semula diam kemudian bergerak, sebab benda alam ini ada kalanya baharu atau qadim. Kalau baru, maka wujudnya dari tiada adalah kejadian, sedang kejadian merupakan salah satu macam gerak. Jadi bahrunya benda alam adalah gerakan dan oleh karena itu baharu dan gerak selalu bergandengan. Jika benda  itu qadim dan diam yang mungkin bisa bergerak, kemudian bergerak sesudah itu, maka hal ini berarti bahwa sesuatu yang azali mengalami perubahan. Akan tetapi yang qadim tidak mugkin mengalami perubahan.
Jika benda tidak terdapat tanpa gerak, sedang gerak menjadi  syarat pokok bagi wujudnya zaman, dan zamanbenda adalah masa wujudnya, maka kelanjutannya dari ini semua ialah bahwabenda, gerak dan zaman terdapat bersama-sama dimana salah satunya tidakmendahului yang lain. Oleh karena itu ketiga perkara ini terbatas, terutama karena zaman tidak mugkin tidak terba harus terbatas, maka artinya masa wujudnyaalam ini terbatas pula. Jadi alam ini adalah baru. Bila demikian keadaanya,maka benda, gerak dan waktu harus terbatas permulaanya, dan apa bila terbatas pemulaannya maka artinya ketiga-tiga tersebut tidak azli.
Al-kindi berbeda sama sekali dari Aristotels sebab kalau Aristoteles tidak membenarkan bahwa kejadian itu (kejadian tidak sama sekali) adalah gerak, karena hal ini mengharuskan adanya sesuatu bagai tempat berlangsungannya gerak, maka kita dapati al-kindi mengatakan bahwa penciptaan (ibda’ kejadian dari tidak sama sekali) bagi benda bergandengandengan gerakannya. Apalagi al-kindi mengatakan dengan jelas adanya permulaan zaman, dengan menyalahi Aristoteles.[4]

PENGERTIAN  METAFISIKA
Perkataan metafisika berasal dari bahasa Yunani meta yang berarti selain, sesudah, atau sebalik, dan fisika yang berarti alam nyata.[5] Maksudnya ialah ilmu yang menyelidiki apakah hakikat di balik alam nyata ini. Persoalannya adalah menyelidiki hakikat segala sesuatu dari alam nyata dengan tidak terbatas padaapa yang dapat ditangkap oleh pancaindra saja.
Metafisika lebih merupakan upaya untuk menjawab problem tentang realitas atau kenyataanyang ada. Sebagian pakar sosiologi membagi metafisika menjadi dua bela-hanbesar, yaitu Metafisika Generalis atau yang kemudian dikenal dengan nama ilmu ontologi yaitu ilmu yang mempelajari semua yang ada.
Dan Metafisika Spesialis yang terbagi lagi menjadi tiga:
1.Antropologi yang membahas tentang hakekat manusia.
2.Kosmologi yang mempelajari tentang asal usul alam semesta.
3.Theologi yang mempelajari tentang konsep ketuhanan.[6]

Dalam perkembangannya, metafisika theologi ini yang kemudian dikenal sebagai ilmu metafisika. Bahkan istilah ini kemudian terdistorsi lagi menjadi ilmu gaib atau supranatural.
Ilmu metafisika juga sering dinamakan ontology yang berarti ilmu hakikat. Dengan itu orang menyelidiki alam nyata ini bagaimana keadaan yang sebenarnya. Ilmu ini dianggap sangat penting karena dari pengalaman hidup manusia sehari-hari ternyata bahwa untuk melihat, mengukur, atau menghukumkan bagaimana keadaanyang sebenarnya dari suatu benda itu, maka manusia selalu dikacaukan oleh dua perkara:
1. Ketidaktetapan (relativitas) yang ada pada bendayang kita nilai.
2. Ketidaktetapan (relativitas) yang ada pada pancaindera kita sendiri.

Misalnya kita lihat suatu benda es dalam keadaan beku, tetapi kemudian menjadi cair (air). Yang jadi persoalan adalah apakah es dan air itu berkeadaan satu hakikat yang sama atau berobah hakikat yang lain (dua hakikat)?  Begitu juga ketidaktetapan yang ada pada diri kita sendiri. Misalnya untuk menilai panasnya hawa dalam satu kamar yang sama adalah berbeda antara penghuni yang lama dan yang baru. Juga penglihatan, pandangan dan penciuman manusia selain tidak sama kesanggupannya antara manusia satu sama lain juga pada seorang manusia sendiri  selalu berobah dipengaruhi oleh penyakit, pertumbuhan badan dan pengaruh  keadaan sekitarnya.
Dalam hal diatas tentu saja menyukarkan penilaian kita, dan keran itu pula timbullahbermacam-macam pendapat yang berbeda dalam pembahasan metafisika itu.
Dalampembahasan metafisika seorang membaginya dalam bermacam-macam persoalan yang sering berbeda pembagiannya satu sama lain. Pembagian yang lebih ringkas adalah ontologi dan teologi.
Sementara itu Driyarkara menyamakan metafisika dengan ontologi, ia menyatakan bahwa filsafat tentang ada dan sebab-sebab pertama adalah metafisika atau ontologi, yang disamping membahas tentang ada dan sebab-sebab pertama tersebut, juga membahas mengenai apakah kesempurnaan itu, apakah tujuan, apakah sebab-akibat, apa yang merupakan dasar yang terdalam dalam setiap barang yang ada (hylemorfism),intinya adalah, apakah hakikat dari segala sesuatu itu.
Bahasan yang terdapat dalam metafisika secara umum antara lain meliputi,
(1) yang-ada (being),
(2) kenyataan (reality),
(3) eksistensi (existence),
(4) esensi (essence),
(5) substansi (substance),
(6) materi (matter),
(7) bentuk (form),
(8) perubahan (change),
(9) sebab-akibat (causality), dan
(10) hubungan (relation).

Salah satu contoh penalaran metafisika tentang Adalah yang pernah dilakukan oleh Plotinos sebagai seorang neo-platonis yang diperkirakan lahir di Mesir pada 204 atau 205 SM, dan hampir semua pengetahuan para filsuf tentang kehidupan dan pemikiran Plotinos didapatkan dari buku Vita Plotini yang ditulis oleh Porphyrius, salah seorang muridnya (232-305 SM).
Dalam persoalan ontologi orang menghadapi persoalan Bagaimanakah kita menerangkan hakikat dari segala yang ada ini? Pertama kali orang sudah dihadapkan padaadanya dua macam kenyataan. Yang pertama kenyataan yang berupa materi (kebendaan) dan kedua kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan).
Menghadapi dua macam kenyataan inilah tempatnya perbedaan antar fisika dan metafisika. Dalam ilmu fisika (ilmu alam) pembahasannya hanya terbatas pada adanya alam lahir yang dapat ditangkap oleh pancaindera. Adapun alam batin (rohani) tidak dipersoalkan oleh ilmu fisika. Di balik kenyataan lahir ini dianggap seperti tidak ada saja.
Selanjutnya ontologi mempersoalkan bagaimanakah hakikat dan hubungan antara dua macam kenyataan itu.
Apakah dua macam kenyataan itu berlainan hakikatnya satu sama lain ataukah merupakan satu hakikat yang berupa dua kenyataan, Kalau dua hakikat bagaimana hubungannya satu sama lain hingga berjalan sejajar bersama-sama. Dan kalau satu hakikat kenyataan yang manakah yang menjadi inti atau pokok (asal) dari hakikat itu.Kenyataan yang lahir ini (materi) atau kenyataan yang batin (rohani).
Demikianlah dalam pembahasan-pembahasan ini timbullah empat macam aliran pendapat dalam filsafat metafisika itu yakni:[7]
a. Dualisme (serba dua)
b. Materialisme
c. Idealisme (Spiritualisme)
d. Agnosticisme

a)     Dualisme
Dualisme; Aliran ini berpendapat bahwa alam maujud ini terdiri dari dua macam hakikatsebagai asal sumbernya yaitu hakikat materi dan hakikat rohani. Kedua macam hakikat itu masing-masing bebas dan berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi. Perhubungan antara keduanya itulah yang menciptkan kehidupan dalam alam ini. Contoh lain yang jelas tentang adanya kerja sama kedua hakikat ini ialah dalam diri manusia.
Descartessalah seorang tokoh dualisme menamakan kedua hakikat itu dengan istilah dunia kesadaran (rohani) dan ”dunia ruang” (kebendaan). Aristoteles menamakannya sebagai materi dan forma (bentuk yang berupa rohani saja).
Umumnya manusia tidak sukar menerima prinsip dualisme ini, karena kenyataan lahir dapat segera ditangkap oleh pancaindera kita, sedang kenyataan batin dapat segera diakui adanya dengan akal dan perasaan hidup.
Sebagai lawan daripada aliran dualisme ini ialah aliran monisme. Aliran ini mengganggap bahwa akikat yang asal daripada seluruh kenyataan ini hanyalah satu hakikat saja,tidak mungkin dua. Hanya dari selintas penglihatan saja seakan-akan ada dua hakikat itu. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal baik yang asal berupa materi atau pun berupa rohani. Tidak mungkin dua hakikat masing-masing bebas, berdiri sendiri. Haruslah salah satunya merupakan sumber yang pokok yang dominan menentukan prkembangan yang lainnya.
Monisme yang menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi dinamakan orang aliran materialisme, sedang sebaliknya monisme yang menganggap sumber yang asal berupa rohani dinamakan orang aliran idealisme atau spiritualisme.

b)     Materialisme
Aliran ini menganggap bahwa yang ada hanyalah materi dan bahwa segala sesuatu yanglainnnya yang kita sebut jiwa atau roh tidaklah merupakan suatu kenyataan yang berdiri sendiri. Jiwa atau roh itu menurut paham materialisme hanyalah merupakan akibat saja daripada proses gerakan kebendaan dengan salah satu cara tertentu.
Materialisme kadang-kadang disamakan orang dengan naturalisme. Sebenarnya ada sedikit perbedaan di antara dua paham ini. Naturalisme ialah aliran filsafat yangmenganggap alam saja yang ada, yang lainnya di luar alam tidak ada. Tuhan yangdi luar alam tidak ada. Sedang yang dimaksud alam (natural) di sana ialah segala-galanya, alam meliputi benda dan roh. Jadi di sini benda dan roh samanilainya dianggap sebagai alam yang satu. Sebaliknya materialisme menganggaproh adalah kejadian dari benda, jadi tidak sama nila benda dan roh seperti dalam naturalisme.
Namun begitu materialisme dapat dianggap sebagai suatu penampakan diri dari naturalisme.  Biasanya materialisme disangkut-pautkan dengan teori atomistik (atomisme) dalam bentuknya yang kuno (klasik). Menurut teori ini semua benda tersusun dari sejulah bahan yang disebut unsur. Unsur-unsur itu bersifat tetap, tak dapat dirusakkan. Dan bagian-bagianyang kecil dari unsur-unsur itulah dinamakan atom-atom.
Atom-atom dari  unsur yang sama rupanya sama pula, sedang atom-atom dari unsur-unsur yangberbeda rupanya pun berbeda pula. Tetapi, perbedan dan itu hanya mengenai besarnya dan beratnya. Atom-atom dari unsur yang sama atau unsur yang berbeda bersatu jadi molekul yang terkecil dari atom-atom itu. Selanjutnya atom-atom dengan kesatuannya molekul-molekul itu bergerak terus dengan menurutiundang-undang tertentu.
Kesimpulan-kesimpuln penting dapat kita tarik dari pendapat materialisme mengenai atomistik ini ialah sebagai berikut:
1.        Yang nyata ini hanyalah berupa atom-atom dan gerakan gerakannya
2.        atom-atom itu bersifat abadi dan berobah-obah wujudnnya dan tidak rusak.
3.        atom-atom dan gerakannya ttu hanya dapaydikirakan (di tentukan) menurut jumlahnya.
4.         atom-atomitu bertingkah laku dalam berkumpulnya dan berpisahnya menurut undang-undang yang tepat.
5.         semuakeadaan dan kejadian dapat dijelaskan selengkap lenkapnya dari tingkah lakuatom-atom itu.

Dari kesimpulan-kesimpulan di atas nyatalah aliran materialisme menganggap,kenyataan ini benar-benar merupakan mekanis seperti suatu mesin yang besar.
FilsafatYunani yang pertama kali timbul ialah juga berdasarkan materialisme. Mereka disebut kaum filsafat alam (natuur-filosofie). Mereka menyelidiki asal-usul kejadian alam ini pada unsur-unsur kebendaan yang pertama.
Thales (625-545 SM) menganggap bahwa unsur asal itu ialah air. Anaximandros (610-545SM) menganggap bahwa unsur asal itu ialah apeiron yakni suatu unsur yang takterbatas. Anaximenes (585-528 SM) menganggap bahwa unsur asal itu ialah udara.
Akhirnya tokoh terakhir dari kaum filsafat ala mini (alam baru) yakni Demokritos (k.l. 460-360SM) menganggap bahwa hakikat ala mini merupakan atom-atom yang banyak jumlahnya tak dapat dihitung dan amat halusnya. Atom-atom itulah yang menjadi asal kejadian peristiwa alam. Pada Demokritos inilah tampak pendapat materialisme klasik yang lebih tegas.
Ajaran-ajaranatomistic (materialisme) dari Demokritos itu dapat dikemukakan dalam dalil-dalil sebagai berikutyn
a)      Dari yang tidak ada tidak akan terjadi apa-apa. Apa yang ada tak dapat ditiadakanlagi. Semua perobahan hanya merupakan percampuran dan perpisahan dari bagian.
b)      Tidak ada suatu peristiwapun yang terjadi dengan kebetulan. Semua terjadi dari satu dasar dan dengan kepastian.
c)      Tidak ada yang lain dalam alam ini kecuali atom-atom dan ruang yang kosong.
d)    Atom-atom itu tak terhitung jumlahnya dan bentuknya berbeda-beda.
e)     Atom-atom yang lebih besar dengan melalui ruang kosong itu melabrak atom-atom yang lebih kecil dan dengan itu pula terjadilah gerakan-gerakan terus-menerus yang mengembangkan kejadian ini.
f)      Bangun dan rupa benda yang berbeda-beda dalam alam ini adalah disebabkan dari keadaan yang beraneka-ragam dari atom-atom yang berbeda jumlahnya,besarnya, bentuknya, susunannya.
g)      Jiwa juga terdiri dari atom-atom, hanya saja bentuk atomnya halus, licin dan bulat,serupa dengan atom-atom api. Atom-atom jiwa ini mempunyai sifat gerak yang paling banyak dan dengan gerakannya yang meliputi segenap badan lalu timbullah gejala-gejala hidup olehnya.

PerkembanganMaterialisme[8]
Di abad-abad pertama Masehi paham materialisme tidak mendapat pasaran. Juga di zaman abad pertengahan paham materialisme dianggap orang aneh dan mustahil. Baru di zaman Aufklarung (pencerahan) materialisme mendapat penganut yang penting di Eropa Barat. Sebabnya selain orang tertarik kepada prioritas yang diberikannya kepada kebijaksanaan akal (rasionalisme) dan pentingnya pengalaman (empirisme) juga orang-orang di Barat sudah terlalu jemu dengan khayalan-khayalan kaum pendeta(clericalisme).
Terutama pada pertengahan abad ke-19 materialisme tumbuh subur sekali di Barat. Faktor terpenting yang menyebabkannya adalah bahwa orang dengan materialisme mempunyai harpan-harapan yang besar atas hasil-hasil ilmu pengetahuan terutama dari ilmu pengetahuan alam. Selain itu paham materialisme itu praktis tidak memerlukan dalil-dalil muluk yang abstrak, juga teori-teorinya jelas berpegang pada kenyataan-kenyataan yang mudah dimengerti.
Tambahan lagiteori-teorinya jelas berdasarkan teori-teori ilmu pengetahuan yang sudah umum.Tetapi walaupun begitu kemajuan materialisme mendapat tantangan yang hebat kaum agama di mana-mana. Sebabnya materialisme abad ke-19 terang-terangan tidakmengakui adanya Tuhan (atheisme) yang sudah diyakini mi mengatur budimasyarakat.
Dalam pada itukritik pun datang dari kalangan ulama-ulama Barat yang menentang materialisme lepas dari sentimen keagamaan.
Adapunkritik-kritik itu di antaranya:
  • Materialisme mengatakan bahwa alam wujud initerjadi dengan sendirinya dari khaos (kacau balau), padahal (menurut Hegel) kacau-balau yang mengatur bukan lagi kacau-balau namanya.
  • Materialisme menerangkan bahwa segala peristiwa diatur oleh hukum alam; padahal pada hakikatnya hukum alam ini adalah perbuatan rohani juga.
  • Materialisme mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan pada asal benda itu sendiri, padahal dalil itu tambah menunjukkan adanya sumber dari luar alam itu sendiri yaitu Tuhan. 
  • Materialisme tidak sanggup menerangkan suatu kejadian rohani yang paling bersahaja sekali pun.
Kalau orang berkata bahwa peristiwa berpikir (kesadaran) itu adalah gerakan dalam otak,sudah jelaskah soal itu bagi kita, Bagaimanakah mungkin gerakan sel-sel otak itu sama dengan pikiran, Kalau pikiran itu hanya gerak sel-sel saja lalu apakah bedanya pikiran yang baik dengan pikiran yang buruk, sedang keduanya sama-sama gerakan belaka.
Dalam hal ini seorang anti materialisme (Friedrich Paulsen) berkata: ”Kalau materialisme itu benar maka sungguh segala sesuatu di dunia ini akan dapat diterangkan termasuk bagaimana atom itu dapat membentuk teori materialisme itu sendiri yaitu dapat berpikir dan berfilsafat. Ternyata hal itu sama sekali tak dapat diterangkan oleh kaum materialisme.

c)      Idealisme
Idealisme adalah lawan materialisme. Idealisme disebut juga spiritualisme. Idealisme berarti serba–cita sedang spiritualisme berarti serba-roh.
Aliran ini menganggap bahwa hakikat  yang beraneka warna ini semuanya berasal dari roh(sukma) atau yang sejenis dengan itu. Pokoknya sesuatu yang tidak berbentuk dan yang tidak menempati ruang. Menurut anggapan aliran ini materi atau zat itu hanyalah suatu jenis daripada penjelmaan rohani.
Alasan yang terpenting dari aliran ini adalah Manusia menganggap bahwa roh atau sukma itulebih berharga, lebih tinggi nilainya dari materi bagi kehidupan manusia. Roh itu dianggap sebagai hakikat yang sebenarnya, sehingga materi hanyalah badannya, bayangan atau penjelmaan saja.
Teori inimengajarkan bahwa ada yang sesungguhnya berada didunia ide, Segala sesuatu yang tampak dan mewujud nyta dalam alam indrawi hanya merupakan gambaran dan bayangan dari yang sesungguhnya, yang berada didunia ide. Dengan kata lain, realitasyang sesungguhnya bukanlah yang kelihatan, melainkan yang tidak kelihatan.Tokoh idealisme subjekif, George Berkely (1685-1753), menyatakan bahwa satu-satunya realitas sesungguhnya ialah aku subjektif yang spritual.
Bagi Berkeley tak ada substansi material dan sebagainya, seperti kursi dan meja karena semuanya itu hanya merupakan koleksi ide yang ada dalam alam pikiran sejauh yang dapat diserap. Eksponen idelisme transendental Immanuel kant (1724-1804),Berpendapat bahwa objek pengalaman kita, yaitu yang ada dalam ruang dan waktu,tidak lain dari pada penampilan dari yang tidak memiliki eksistensi dan independen diluar pemikiran kita. Idealisme objektif yang dikembangkan oleh GeorgeWilhelm Friedrich Hegel (1770-1831) menekankan bahwa segala sesuatu yang adaadalah satu bentuk dari satu pikiran. [9]

PENUTUP
Metafisika adalah studi keberadaan atau realitas, Cabang utama metafisika adalah ontologi,studi mengenai kategorisasi benda-benda di alam dan hubungan antara satu danlainnya. Ahli metafisika juga berupaya memperjelas pemikiran-pemikiran manusia mengenai dunia, termasuk keberadaan, kebendaan, sifat, ruang, waktu, hubungan sebab akibat, dan kemungkinan.
Sedangkan Alam Fisika adalah sains atau ilmu tentang alam dalam makna yang terluas. Fisika mempelajari gejala alam yang tidak hidup atau materi dalam lingkup ruang dan waktu. Para fisikawan atau ahli fisika mempelajari perilaku dan sifat materi dalam bidang yang sangat beragam, mulai dari partikel submikroskopis yang membentuk segala materi (fisika partikel) hingga perilaku materi alam semesta sebagai satu kesatuan kosmos.

DAFTAR PUSAKA
Hendrik San, Pengantar Filsafat, Yogyakarta: Raparkanisius, 1996.
Zalba Sidig, Sistematika Filsafat, Jakarta: BulanBintang, 1991.
Hanafi Ahmad, Pengantar Filsafat Islam, Yogyakarta:Bulan Bintang, 1969.

Footnote:
[2] Ahmad Hanafi, Penghantar Filsafat Islam,Yogyakarta: Bulan Bintang, 1969, Hal: 75.
[3] Ahmad Hanafi, Penghantar Filsafat Islam,Yogyakarta: Bulan Bintang, 1969, Hal: 76.
[4] AhmadHanafi, Penghantar Filsafat Islam, Yogyakarta: Bulan Bintang, 1969, Hal: 76-78.
[5]  SanHendrik, pengantar filsafat, yogyakarta: rapar Kanisius, 1996, Hal: 44.
[6] Sidiggazalba, Sistematika filsafat, Jakarta:Bulan Bintang, 1991. Hal: 6-8
[7]  SanHendrik, pengantar filsafat, yogyakarta: rapar Kanisius, 1996, Hal: 44-46
[9]  SanHendrik, pengantar filsafat, yogyakarta: rapar Kanisius, 1996, Hal: 45.